Adalah Jenderal Johnson. Pada 1815, ia menjelajah Karanganyar, Jawa Tengah, dan menemukan Candi Sukuh dengan arca-arcanya yang menonjolkan sisi seksualitas, memperlihatkan alat vital manusia begitu jelas.
Kala itu, ia sebenarnya menjalankan misi dari Gubernur Letnan Hindia-Belanda, Thomas Stamford Raffles. Saat itu, perwakilan Kerajaan Inggris di Jawa tersebut sedang menulis buku The History of Java.
Namun, pemerintahan Inggris di Jawa tidak berlangsung lama lantaran Belanda menginvasi Indonesia. Perlahan, pemerintahan Inggris tergerus, pun akhirnya penelitian Candi Sukuh dilanjutkan oleh arkeolog Belanda, Van der Vlis.
Berdasarkan catatan Perpustakaan Nasional, penelitian VanderVlis dilaporkan dalam buku yang ia tulis, ProveEenerBeschrijten opSoekoeh enTjeto. Sejak itu, muncul berbagai tafsiran mengenai makna situs CandiSukuh.
Situs Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menuliskan salah satu tafsiran bahwa Candi Sukuh merupakan candi pertapa yang erat dengan tokoh Bhima sebagai penghubung manusia dengan Dewa Siwa dalam ajaran agama Hindu.
Hoepermans melanjutkan penelitian itu pada 1864-1867 dan melaporkannya dalam buku Hindoe Oudheiden van Java. Setelah itu, ada pula inventarisasi dari Verbeek pada 1889 dan penelitian kembali oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada 1910.
Dari berbagai penelitian tersebut, para ahli menduga candi itu dibangun untuk ruwat, ritual tolak bala atau menangkal hal-hal buruk.
Candi Sukuh diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Majapahit saat pemerintahan Ratu Suhita (1429-1446). Candi ini berada di dataran tinggi dengan ketinggian 910 mdpl, tepatnya bagian lereng sisi barat Gunung Lawu.
Bila dibandingkan dengan candi-candi berlatar Hindulaindi Jawa Tengah, arsitektur CandiSukuh bisa dikatakan menyimpang. CandiSukuh yang berbentuk punden berundak lebih mirip piramida Suku Maya (Meksiko) yang biasa digunakan sebagai tempat pemujaan.
Candi Sukuh. (iStockphoto/master2)
|
Penyimpangan itu diduga terjadi lantaran ajaran Hindu di Jawa mulai luntur ketika Islam juga mulai menginvasi pulau. Dosen Antrolopogi Universitas Gadjah Mada, Pande Made Kutanegara, juga menganggap Candi Sukuh bisa berbeda karena jauh dari pusat pemerintahan.
"Setiap generasi ada sekte dengan penerimaan yang berbeda dari agama Hindu. Semakin jauh lokasi candi dengan kerajaan, akan semakin berbeda bentuk candi tersebut," kata Pande kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Bukan hanya arsitektur, relief atau arca di Candi Sukuh juga berbeda. Pada arca di Candi Sukuh terdapat unsur lingga (phallus) atau alat kelamin laki-laki dan yoni (vulva) atau alat kelamin perempuan.
Berdasarkan situs Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lingga adalah pilar cahaya atau simbol benih dari segala sesuatu yang ada di alam semesta. Dalam ajaran Hindu, Dewa Siwa digambarkan sebagai lingga.
"Sebagai simbol organ maskulin, lingga mengandung energi penciptaan. Akan tetapi, energi tersebut akan berfungsi apabila disatukan dengan energishakti, yang disimbolkan dalam wujudyoni, untuk memberikan kekuatan bagi energi penciptaan tersebut," demikian penjelasan di situs tersebut.
Salah satu relief di Candi Sukuh. (iStockphoto/flocu)
|
Yoni sendiri merupakan simbol organ feminin yang berlawanan dengan lingga, tapi saling melengkapi. Persatuan lingga dan yoni merupakan simbol penghasil energi penciptaan yang menjadi fondasi dari seluruh penciptaan.
Penampakan lingga-yoni kerap dijumpai pada candi-candi Jawa Tengah kuno. Candi Sukuh merupakan candi dengan unsur lingga-yoni terbanyak, salah satunya relief penis dan vagina yang hampir bersentuhan di sebuah lantai.
Ada pula arca berbentuk manusia yang sedang memegang penis berukuran besar dan tidak proporsional dengan ukuran tubuh. Kemudian ada arca berbentuk alat kelamin lelaki dengan empat aksesoris berbentuk bulat dekat kepala penis.
Dalam jurnal bertajuk Makna dan Fungsi Simbol Seks dalam Ritus Kesuburan MasaMajapahit karya M. DwiCahyo di situsRistekdikti.go.id, simbol seks lebih sering dihubungkan dengan sekteSaiwaketimang aliran lain dalam agama Hindu mau pun Budha.
Candi Sukuh. (iStockphoto/javarman3)
|
Simbol seks biasa terdapat pada sejumlah arca dan relief yang menampilkan Bhima, seperti relief Sudamala di Candi Sukuh. Penjelasan dalam jurnal ini selaras dengan tafsiran usai penelitian Van der Vlis, bahwa Candi Sukuh adalah pertapaan yang dekat dengan Bhima.
"Sekte dari suatu agama itu kan lain-lain dan memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Ada yang menampilkan lingga-yoni secara vulgar dan dihaluskan. Candi Sukuh adalah salah satu yang menampilkan secara vulgar, dan ini bukan porno," kata Pande.
Ia melanjutkan, "Lingga-yoni itu kan lambang kesuburan dan orang dulu yang memiliki relasi dengan alam sangat percaya dengan folosofi itu. Penampakan lingga-yoni itu kan pengharapan dan permohonan kesuburan agar alam semesta gemah ripah loh jinawi."
Pande yakin simbol seksual pada tempat pemujaan tidak hanya terdapat dalam ajaran agama Hindu, tetapi sudah ada sejak zaman megalitikum. Agama Hindu kemudian memvisualisasikan dengan lebih jelas dan spesifik ketimbang sebelumnya.
Yang pasti, Pande menegaskan, simbol seksual pada Candi Sukuh dan candi-candi lain tidak serta merta sebagai hal yang porno. Simbol ini dianggap sakral dan penting oleh masyarakat tradisional.
"Bagi mereka, seksual bukan sekadar relasi untuk kepuasan dan rekreasi, tetapi melahirkan generasi baru dengan harapan yang lebih baik. Lagipula, sebenarnya alat kelaim bagian tubuh manusia yang biasa," kata Pande.
Ia kemudian berkata, "Justru masyarakat modern yang kemudian banyak melihat seksual sebagai relasi untuk rekreasi dan kenikmatan semata. Di situlah muncul porno, padahal sebenarnya lingga-yoni sangat filosofis."
(has/bac)https://ift.tt/3oYiD80
January 17, 2021 at 10:44AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Candi Sukuh, Pertapaan Bhima di Hamparan Arca Erotis"
Posting Komentar