Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.025 per dolar AS pada Senin (1/2) pagi ini. Posisi tersebut menguat 5 poin atau 0,04 persen dari Rp14.030 per dolar AS pada Jumat (29/1).
Rupiah menguat bersama dolar Hong Kong 0,01 persen, baht Thailand 0,02 persen, peso Filipina 0,04 persen, won Korea Selatan 0,1 persen, dan ringgit Malaysia 0,015 persen.
Sementara yen Jepang stagnan. Sedangkan yuan China melemah 0,54 persen dan dolar Singapura minus 0,05 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, bergerak variasi pagi ini. Franc Swiss melemah 0,11 persen, dolar Kanada minus 0,08 persen, dan euro Eropa minus 0,06 persen.
Namun, rubel Rusia menguat 0,01 persen, poundsterling Inggris 0,12 persen, dan dolar Australia 0,2 persen.
Kendati menguat pada pagi ini, Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah pada hari ini karena sentimen kejatuhan indeks saham Asia. Proyeksinya, mata uang Garuda berada di kisaran Rp14 ribu sampai Rp14.100 per dolar AS pada hari ini.
Ariston melihat indeks saham Asia turun karena kondisi teknis awal bulan, di mana para manajer investasi melakukan koreksi pada penempatan saham-saham mereka. Selain itu, rupiah juga terpengaruh tingginya kasus harian covid-19 meski kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tengah diberlakukan.
"Pembatasan aktivitas ekonomi yang lebih ketat bisa mendorong pelemahan rupiah," ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com, Senin (1/2).
Kemudian, rupiah juga akan dipengaruhi oleh rilis kenaikan Indeks Harga Konsumen alias inflasi. Sebelumnya, para analis memperkirakan inflasi tahunan mungkin berada di kisaran 1,5 persen, namun proyeksi ini mungkin lebih rendah karena PPKM.
"Inflasi yang jauh lebih rendah dari ekspektasi mungkin bisa menekan rupiah karena itu bisa menunjukkan turunnya aktivitas ekonomi Indonesia," jelasnya.
(uli/agt)https://ift.tt/2NKDP3m
February 01, 2021 at 09:14AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Perkasa ke Rp14.025 di Tengah Tekanan Bursa Asia"
Posting Komentar