Pendukung Trump Ngamuk, Sebar Isu Lewat Tiktok-Twitter

Jakarta, CNN Indonesia --

Pendukung Presiden Donald Trump disebut mengumpulkan dukungan massa lewat media sosial seperti Tiktok dan Twitter sebelum mengamuk dan menyerbu gedung kongres di Capitol, di Amerika Serikat (AS).

Mereka mendulang dukungan dengan melepaskan isu untuk melakukan aksi protes pada Rabu (6/1). Aksi unjuk rasa ini dilakukan sebagai bentuk protes atas hasil penghitungan suara pemilu Presiden.

Berdasarkan penelitian Advance Democracy, badan peneliti nonpartisan nonprofit, seruan untuk melakukan aksi kekerasan ditemukan dalam diskusi di Twitter, TikTok, platform sayap kanan Parler, dan forum online yang dibentuk tahun lalu untuk mendukung Donald Trump.


"Selama beberapa hari terakhir telah terjadi seruan kekerasan online yang sangat besar dari para pendukung Trump...(Hal ini) belum pernah terjadi sebelumnya," kata Daniel J. Jones, presiden Advance Democracy, seperti dikutip CNN

Sebelum aksi protes, beberapa video Tiktok yang menyerukan untuk melakukan aksi kekerasan telah ditonton ribuan kali.

Salah satu pengguna bahkan menyarankan agar para pendukung aksi protes untuk membawa senjata dalam aksi tersebut. Satu video Tiktok lain yang menarasikan kekerasan pun telah ditonton lebih dari 280 ribu kali.

Di Twitter, terdapat lebih dari 1.250 postingan dari akun yang terkait dengan teori konspirasi yang menokohkan Trump sebagai pahlawan AS dan ajakan kekerasan untuk aksi protes ini. Postingan ini sudah beredar sejak 1 Januari.

Akun-akun ini bahkan menyebarkan teori konspirasi tak berdasar yang menyebut pendukung pengunjuk rasa Demokrat, Black Lives Matter, dan Antifa berencana membunuh pendukung Trump. Sehingga, akun-akun ini menganjurkan agar menyingkirkan orang-orang ini.

Menurut Jones, merebaknya ajakan kekerasan ini dipicu oleh Presiden Trump dan pengacaranya yang terus-menerus membuat "klaim palsu" tentang kecurangan hasil Pemilu Presiden AS. Selain itu, 13 senator Republik juga menyatakan keberatan dengan hasil Pemilu.

"Kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang kita saksikan hari ini adalah akibat langsung dari retorika presiden," lanjutnya.

Kerusuhan ini menandai bahaya dari misinformasi yang disebarkan secara online yang akhirnya menjadi tindakan kekerasan di dunia nyata.

Massa pendukung Trump mulai menyerbu gedung Capitol pada Rabu (6/1) sore. Mereka mendobrak pembatas yang dipasang sekitar gedung. Mereka juga melabrak petugas yang berjaga yang dilengkapi dengan pelindung anti huru-hara.

Seorang wanita tertembak. Jendela pecah. Salah seorang pendukung Trump tertangkap gambar tengah berdiri di panggung Senat. Sementara pendukung lain masuk ke kantor Ketua DPR Nancy Pelosi.

Menanggapi hal ini, Facebook mengutuk aksi kekerasan yang terjadi di Gedung Capitol. Namun, layanan media sosial itu menyebut tak akan memblokir akun Presiden Trump.

"Kami melarang hasutan dan seruan untuk melakukan kekerasan di platform kami. Kami secara aktif meninjau dan menghapus konten apa pun yang melanggar aturan ini," jelas juru bicara Facebook Andy Stone.

Namun, Facebook menghapus video Presiden Trump pada Rabu sore yang meminta para pendukungnya untuk bubar. Namun, dalam video yang sama ia melontarkan nada simpatik dan menegaskan kembali klaim kecurangan pemilu.

Sementara itu, Twitter membatasi cuitan Presiden Donald Trump dan cuitan lain yang dilabeli "berisi risiko kekerasan."

Lewat akun resmi, Twitter menyebut tengah bekerja proaktif untuk melindungi kesehatan percakapan publik terkait dengan tindak kekerasan di gedung Capitol dan akan mengambil tindakan atas konten apa pun yang melanggar Peraturan Twitter.

(eks)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/38j6K6n

January 07, 2021 at 07:15AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pendukung Trump Ngamuk, Sebar Isu Lewat Tiktok-Twitter"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.