
Desakan itu diungkapkan menanggapi pernyataan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan tentang rencana Indonesia yang akan mengajukan proposal 28 proyek senilai US$91,1 miliar kepada investor China. Menurut Luhut, hal itu dilakukan sebagai bagian dari partisipasi pemerintah dalam China Belt and Road Initiative.
IESR mengusulkan program utama inisiatif ini dilakukan untuk mengembangkan pembangkit listrik energi terbarukan yang terdiri dari, 4.000 MW energi surya, 1.000 MW energi angin, 2.000 MW biomassa, 1.000 MW mini-hydro, dan 2.000 MW geothermal. Total investasi yang dibutuhkan US$ 17,3 miliar.
"Investasi energi terbarukan ini harus menggantikan pembangkit listrik tenaga batu bara (CFPP) sebelumnya yang saat ini didukung oleh investasi China," papar Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam keterangan tertulis, Kamis (21/3).
Fabby mengatakan pengembangan energi terbarukan perlu dilakukan dengan berfokus pada pembangunan skala utilitas pembangkit listrik tenaga surya, turbin angin, pembangkit listrik tenaga panas bumi, pembangkit listrik tenaga biomassa, dan pembangkit listrik tenaga mini-hidro.
Inisiatif ini dapat menghasilkan teknologi sesuai kebutuhan, pendanaan dan kerjasama investasi. Tentu pula harus melibatkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Pertamina Geothermal Energi (PGE), PT Geo Dipa Energi (Persero) dan perusahaan milik negara lain. Selain itu, pemerintah juga perlu melibatkan lembaga keuangan, sektor swasta di Indonesia dan mitra di China.
Pengembangan proyek energi bersih juga bertujuan memetakan potensi energi terbarukan, alih pengetahuan, dan investasi langsung yang melibatkan vendor teknologi, lembaga keuangan, dan kontraktor EPC dari pihak China.
Sebagai informasi, dalam proposal China Belt and Road Initiative, ada tiga proyek pembangkit listrik tenaga batu bara dengan total kapasitas 2.100 MW dan total nilai investasi US$2,94 miliar.
"Diperlukan investasi besar-besaran untuk pengembangan energi terbarukan, karena ditargetkan oleh Kebijakan Energi Nasional (KEN) untuk mencapai 23 persen energi terbarukan dalam bauran energi Indonesia," ujar Fabby.
Untuk mencapai 23 persen energi terbarukan, dibutuhkan tambahan 35 ribu MW pembangkit energi terbarukan pada 2025. Namun, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028 hanya merencanakan untuk 16 ribu MW pembangkit energi terbarukan pada 2028.
Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang tinggi, sama dengan generasi 716 ribu MW pada 2030. Perhitungan IESR menunjukkan untuk mencapai target energi terbarukan dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN), Indonesia membutuhkan investasi mencapai US$72,5 miliar pada 2025.
[Gambas:Video CNN] (lav/agt)
https://ift.tt/2TouThk
March 21, 2019 at 10:48PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jokowi Diminta Tawarkan 10 Ribu MW Energi Bersih ke China"
Posting Komentar