Chearavanont, Keluarga Terkaya dari Negeri Gajah Putih

Jakarta, CNN Indonesia --

Jika Indonesia punya Hartono bersaudara maka Thailand punya klan keluarga Chearavanont yang menduduki posisi puncak orang terkaya di Negeri Gajah Putih.

Empat bersaudara Chearavanont merupakan pemilik bisnis pakan ternak dan udang terbesar di dunia, Charoen Pokphand Group (CP Group). Keempatnya, yaitu Jaran Chiaravanon, Montri Jiaravanon, Sumet Jiaravanon, dan Dhanin Chearavanont.

Saat ini, CP Group menaungi 8 lini bisnis yang memayungi 13 grup bisnis. Selain sektor pertanian dan makanan, perusahaan juga memiliki bisnis ritel, telekomunikasi, e-commerce, properti, otomotif, farmasi dan keuangan. Tak hanya itu, perusahaan juga berinvestasi di 21 negara, termasuk di Indonesia.


Gurita bisnis Chearavanont berawal dari usaha yang dirintis oleh sang ayah, Chia Ek Chor, pada 1921. Chor merupakan warga China yang mengadu nasib di Thailand.

Seperti dilansir Forbes, kala itu, Chor bersama saudaranya Choncharoen Chiaravanont mendirikan bisnis penjualan benih impor dari China kepada petani Thailand, Chia Tai, di kawasan Pecinan, Bangkok.

Dalam wawancara dengan Nikkei Asia, si bungsu, Dhanin menceritakan nama Charoen Pokphand baru dipakai pada 1953. Kala itu, kakak tertuanya, Jaran mulai mengembangkan bisnis keluarga itu ke sektor pakan ternak. "Charoen" artinya kemakmuran dan "pokphand" artinya produk peternakan dan pertanian.

Dhanin mendapat pesan dari sang ayah untuk bekerja dari bawah. Untuk itu, sejak usia 18 tahun, ia mulai bekerja sebagai asisten yang tugasnya membuka dan menutup toko.

"Dalam mengerjakan apa pun, buka jalan menuju posisi puncak dari bawah," kata Dhanin menirukan pesan ayahnya.

Pada 1970, Dhanin mulai memegang tongkat kepemimpinan sekaligus wajah dari bisnis keluarga itu. Selama 48 tahun, pria kelahiran 1931 ini menjadi chairman merangkap CEO CP Group. 

"Ia (Dhanin) yang membangun. Saudara-saudaranya tidak terlalu terkenal, bahkan di Thailand," ujar Associates Professor National University of Singapore Business School Yupana Wiwattanakantang, seperti dilansir Bangkok Post.

Meski ketiga saudara memiliki nama belakang yang sedikit berbeda, mereka memiliki porsi kepemilikan yang sama di bisnis keluarga itu. Menurut Yupana, yang juga seorang pengajar bisnis keluarga, berbagi kekayaan dilakukan untuk menjaga harmoni dan persatuan. Terlebih, menunjuk anak bungsu sebagai pemimpin bisnis keluarga sebenarnya tidak lazim dilakukan oleh keluarga bisnis Tionghoa.

Sebagai catatan, saat Dhanin menjadi orang nomor satu CP Group, Jaran dan Montri menjabat sebagai honorary chairman. Kemudian, Sumet memegang posisi executive chairman.

Juru bicara CP Group Viranon Futrakul menyebut ketiga saudara Dhanin memilih untuk merahasiakan kontribusi mereka terhadap bisnis keluarga. Pada 2014 lalu, porsi kepemilikan saham Sumet dan Dhanin pada CP Group masing-masing 12,96 persen, Jaran 12,76 persen, dan Montri 12,63 persen.

"Mereka (Sumet, Jaran, Montri) ingin informasi mereka tetap privat," ujar Futrakul ketika diwawancara oleh Bangkok Post.

Bisnis CP Group sempat limbung saat menghadapi krisis moneter 1997 mengingat perusahaan rajin berinvestasi dan berutang dalam denominasi dolar AS. Dhanin yang sempat merencanakan pensiun di umur 58 tahun harus menunda keinginannya.

Ia menawarkan diri untuk tetap memimpin dan menyelamatkan perusahaan dari krisis dengan menunda pembayaran utang, menghentikan beberapa proyek ventura, dan menjual sejumlah aset perusahaan.

"Ini menggambarkan ikatan keluarga yang kuat di mana ketiga kakaknya bersedia mengakui bakat Dhanin dan melepaskan tanggung jawab manajerial seluruhnya kepada Dhanin meski mereka tetap memegang porsi kepemilikan yang sama di CP Group," seperti ditulis dalam sebuah studi Harvard Business School yang dikutip dari Bangkok Post.

Studi tersebut juga menyebut bahwa Dhanin memutuskan untuk melakukan ekspansi bisnis pada 1978 dengan lebih banyak menerima kalangan profesional untuk mengurus bisnis tersebut. Keputusan ini awalnya mendapatkan penolakan dari keluarga. Namun, kedua kakak Dhanin akhirnya menerima perubahan itu.

Keempat bersaudara juga sepakat untuk tidak melibatkan istri, saudara perempuan, dan anak perempuan dalam mengelola bisnis itu.

Selepas Dhanin mundur dari kursi CEO pada 2017, ia tetap menjadi bagian perusahaan dengan menjabat sebagai senior chairman. Selanjutnya, bisnis keluarga itu dipegang oleh anak Dhanin, Soopakij sebagai chairman dan Supachai sebagai CEO.

[Gambas:Video CNN]

Per 1 April 2020, Forbes menempatkan Chearavanont bersaudara di peringkat pertama orang terkaya di Thailand dengan nilai kekayaan US$27,3 miliar atau sekitar Rp395,85 triliun (asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS).

Kemudian, pada Agustus 2020, keluarga Chearavanont menduduki peringkat 21 daftar keluarga terkaya di dunia versi Bloomberg dengan total kekayaan US$30,7 miliar atau sekitar Rp445,15 triliun.

(sfr/bir)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/321dS3D

April 11, 2021 at 09:09AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Chearavanont, Keluarga Terkaya dari Negeri Gajah Putih"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.