Jaringan internet di beberapa wilayah Papua mengalami kelumpuhan selama hampir tiga minggu ini. Lumpuhnya jaringan internet ini membuat masyarakat sekitar mengalami kesulitan untuk mengakses informasi, apalagi bagi masyarakat yang bekerja di bidang komunikasi termasuk para jurnalis.
Salah satu jurnalis Kompas, Fabio, yang berdomisili di wilayah Jayapura mengeluhkan kesulitan yang dia alami sejak jaringan internet putus pada awal Mei lalu. Padahal untuk mengunggah dan mengirim berita ke Jakarta dibutuhkan kualitas internet yang kuat agar surel, foto, hingga video bisa terkirim dengan paripurna.
Apalagi kata Fabio, kerja jurnalis online pun memang harus cepat, sehingga matinya jaringan menjadi kendala yang cukup besar.
Saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui telepon, Fabio mengaku kerap mengirim berita melalui layanan pesan singkat (SMS). Namun, katanya, itu pun menimbulkan kesulitan tersendiri karena SMS yang terbatas jumlah karakter hurufnya.
"Di minggu-minggu pertama itu saya kirim berita pakai SMS. Susah, kadang sampai sepuluh kali kirim SMS hanya untuk satu berita, itu juga kadang beberapa kali gagal terkirim," kata Fabio melalui sambungan telepon, Selasa (25/5).
Untuk menghubungi sang jurnalis tersebut, CNNIndonesia.com sempat mengalami kesulitan mengontaknya via aplikasi pesan sosial. Alhasil, jalur komunikasi nirkabel konvensional yakni via pesan singkat dan telepon seluler pun dilakoni untuk berbincang dengan Fabio tersebut.
Bukan hanya Fabio, sejumlah narasumber CNNIndonesia.com yang berada di wilayah pulau besar paling timur Indonesia itu pun susah dihubungi via pesan digital.
Fabio menerangkan baru kemudian pada pekan kedua beberapa tempat mulai diberi penguat sinyal oleh pihak Telkom. Penguat sinyal dipasang di beberapa fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, kantor pemerintahan hingga kantor polisi.
Tak jarang kata Fabio untuk mengirim berita dia dan beberapa teman jurnalis lain di Papua harus datang ke tempat-tempat tersebut.
"Tapi itu juga bukan hal yang mudah karena Papua ini kan luas, kita liputan dari satu wilayah, terus untuk kirim berita harus ke kantor-kantor pemerintahan biar dapat sinyal, itu juga cukup jadi kendala," kata Fabio.
Saat ini kata dia, kendala tersebut memang sangat merugikan pihaknya. Apalagi kata dia, sebelum internet terkendala pun menjadi jurnalis di Papua bukan perkara mudah karena wilayah yang memang luas, maka dengan matinya jaringan internet ini tentu menambah beban kerja para jurnalis di lapangan.
"Jujur saja ini menambah beban kerja kami, sebelum internet putus saja sudah susah, apalagi sekarang," kata dia.
Padahal kata Fabio mestinya pihak terkait bisa mengantisipasi hal tersebut, sebab perkara rusaknya jaringan internet di Papua ini bukan kali pertama terjadi. Hal ini kata Fabio telah terjadi sejak 2016 lalu.
"Ini sudah kali keempat, harusnya ada antisipasi dan pencegahan dari pihak terkait soal internet ini," kata Fabio.
Terkait putusnya jaringan internet di Papua, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk terus mengupayakan percepatan pemulihan layanan demi memastikan pelanggan dapat kembali menggunakan layanan dengan nyaman.
Pada 20 Mei lalu dalam keterangan resminya, Vice President Corporate Communication Telkom, Pujo Pramono mengklaim saat ini seluruh layanan TelkomGroup di Jayapura, baik suara maupun data, mulai dari fixed broadband IndiHome hingga mobile broadband Telkomsel sudah kembali beroperasi.
Pelanggan dapat kembali menggunakan layanan internet Telkom sambil menunggu penyelesaian proses penyambungan kabel dengan menggunakan kapal khusus.
Pada akhir April lalu, jaringan internet di Papua mengalami gangguan pasca-putusnya sistem komunikasi kabel laut Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) ruas Biak-Jayapura di dasar laut, 280 km dari Biak dan 360 km dari Jayapura.
Diduga penyebab putusnya kabel laut fiber optic tersebut karena faktor alam, mengingat lokasi kabel yang terputus berada di kedalaman 4.050 meter di mana lokasinya jauh dari aktivitas maritim seperti nelayan, jangkar kapal, dan lain-lain.
Telkom baru dapat melakukan identifikasi lebih lanjut penyebab putusnya kabel setelah pengangkatan kabel dari laut.
(tst/kid)https://ift.tt/2SmZu41
May 26, 2021 at 11:17AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Jurnalis Sukar Kerja karena Internet Papua Tak Bernyawa"
Posting Komentar