Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menilai kebijakan teranyar pemerintah untuk menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Mikro terkait penanggulangan Covid-19 di 34 provinsi Indonesia mulai 1-14 Juni mendatang cenderung terlambat.
Imbasnya menurut dia, klaster-klaster di permukiman warga mulai terekspos menyusul aktivitas tes dan telusur yang dilakukan terhadap komunitas-komunitas terkecil selama periode larangan mudik 6-17 Mei, juga periode sebelum dan setelahnya.
"Klaster permukiman di kampung-kampung ini sangat terbuka seiring keterbukaan situasi selama lebaran, seperti aktivitas pariwisata, silaturahmi, dan lain-lain. Nah, ini sangat tergantung kapabilitas Pemda, kalau DKI cukup SDM-nya, lebih mudah memantau. Tapi kalau daerah akan sulit sekali," kata Hermawan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (20/5).
Berkaca pada temuan-temuan klaster permukiman di kota besar seperti DKI dan juga Kota Bogor (Jawa Barat), Hermawan yakin sebaran kasus virus corona di daerah yang minim aktivitas tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) bisa jadi lebih semakin parah.
Pengawasan-pengawasan yang dilakukan sejauh ini terpantau lebih banyak berfokus di kota yang menjadi tujuan arus balik mudik, seperti DKI Jakarta, ketimbang daerah lainnya. Sehingga otomatis 'penjaringan' kasus akan lebih mudah dilakukan di kota besar.
"Jadi kita agak terlambat menerapkan PPKM berbasis komunitas ini, dulu kita kan sempat diskusi akhir 2020 atau awal 2021, sudah panjang betul. Dulu saya merekomendasikan PPKM mikro menyeluruh, tidak terbatas," kata dia.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra. (CNNIndonesia/Feri Agus)
|
Hermawan juga meyakini kasus virus corona di Indonesia sejatinya melebihi kasus yang dilaporkan pemerintah setiap harinya.
Ia menyebut, The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang merupakan pusat penelitian kesehatan global independen di Universitas Washington, Amerika Serikat, telah memproyeksi sebaran kasus Covid-19 Indonesia 12,5 kali lipat dari yang dilaporkan pemerintah RI.
IHME juga memprediksi kasus kematian warga Indonesia yang terpapar Covid-19 2,5 kali lipat dari yang dilaporkan pemerintah. Selain itu, ia juga menyebut banyak masyarakat yang jenuh dan berusaha tidak melaporkan diri meskipun sebenarnya menyadari bahwa mereka terinfeksi Covid-19.
Berdasarkan laporan yang diterima IAKMI menurutnya masih banyak warga yang memilih mengobati diri sendiri saat terpapar Covid-19 dengan penyediaan suplemen dan lain-lain, alih-alih melapor ke fasilitas kesehatan terdekat dan mendapat arahan serta perawatan.
"Nah kita ketika ingin memperluas PPKM yang berlaku di 34 provinsi, kita dihadapkan kejenuhan masyarakat. Itu sebabnya momentum ini lebih sulit, tantangan lebih besar ketika masyarakat sudah lebih abai," kata dia.
Hermawan pun mewanti-wanti potensi kenaikan kasus Covid-19 pascalibur panjang sangat mungkin terjadi. Apalagi bila berdasar pengalaman, setiap pascalibur panjang, terjadi juga kenaikan kasus aktif hingga keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit Covid-19.
Bila berkaca pada libur panjang lebaran tahun lalu, penambahan jumlah kasus positif covid-19 baik secara harian maupun kumulatif mingguan melonjak hingga 93 persen sejak libur Idul fitri 22-25 Mei 2020. Lonjakan kasus itu terlihat dalam rentang waktu 10-14 hari kemudian. Hermawan pun sebelumnya memprediksi kenaikan kasus akan terjadi berkisar 30-40 persen 2-4 pekan pasca libur panjang lebaran.
"Ancamannya tetap, ledakan kasus akan terjadi, namun kita tidak berharap. Tapi kita harus bersiap, agar jangan seperti kasus di Januari kemarin," ujar Hermawan.
Adapun klaster-klaster penularan covid-19 yang muncul di permukiman warga mulai bermunculan. Teranyar, sebanyak 13 warga di RT4/RW2 Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, terkonfirmasi positif Covid-19, mayoritas dari mereka merupakan warga arus balik.
Belum lama ini, sebanyak 104 warga terpapar virus corona dari klaster RT di Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Dalam klaster RT itu ditemukan perbandingan 1:6,5 kasus dengan pemeriksaan, atau dari 683 warga yang dites, 104 diantaranya dinyatakan positif terpapar covid-19.
Klaster covid-19 di Perumahan Warga Perumahan Griya Melati, Bubulak Kota Bogor bertambah menjadi 60 orang per Selasa (25/5). Jumlah tersebut terungkap usai tambahan dua kasus positif pada hari ini.
Pun sebelumnya di luar Pulau Jawa, pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, menutup sementara akses keluar/masuk atau lockdown Desa Aek Tangga, Kecamatan Garoga. Pasalnya 147 warga di desa tersebut dinyatakan positif Covid-19 usai menghadiri sebuah pesta.
Wonogiri dan Cirebon Masuk Zona Merah, Sumatera Terbanyak
BACA HALAMAN BERIKUTNYAhttps://ift.tt/3hQ2II0
May 26, 2021 at 09:03AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Klaster RT Meluas, Penerapan PPKM Mikro se-RI Dinilai Telat"
Posting Komentar