Dosen Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Ade Armando, menilai cara berpikir pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI tidak beres. Hal ini terkait dengan kritikan BEM UI yang menjuluki Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai The King of Lip Service alias Raja Membual.
BEM UI sebelumnya mengkritik Jokowi lantaran sering mengobral janji manis yang kerap tidak direalisasikan. Adapun topik yang disinggung adalah terkait revisi Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), penguatan KPK, hingga rindu didemo.
"Mereka menyerang Jokowi dengan cara tidak pintar, enggak beres kalian cara berpikirnya," ujar Ade dalam agenda debat terbuka dengan Blok Politik Pelajar dengan tema 'Kritik BEM UI Jokowi King Lip of Service', Senin (28/6) malam.
Menurut Ade, BEM UI tidak melakukan riset sebelum melayangkan kritik. Dalam debat tersebut, ia memberikan penjelasan terkait dengan revisi UU ITE. Ia paham UU ITE sudah memakan banyak korban, oleh karena itu, terang dia, Jokowi membuat terobosan dengan meminta agar UU ITE direvisi namun tak disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Atas dasar itu, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang pedoman implementasi atas Pasal-pasal tertentu dalam UU ITE. Menurut Ade, pedoman ini meniadakan pasal-pasal karet yang sebelumnya dipersoalkan banyak pihak.
Ia mengatakan pedoman tersebut memberikan penjelasan terhadap hal-hal yang berpotensi ditindak adalah fitnah dan pencemaran nama baik. Sementara, lanjut dia, unggahan BEM UI perihal kritik terhadap Jokowi tidak dikategorikan melanggar UU ITE.
"Itu salah satu contoh yang menunjukkan BEM UI enggak ngerti apa yang dia kritik," imbuhnya.
Perwakilan Blok Politik Pelajar sekaligus lawan debat Ade, Delpedro Marhaen, merespons penjelasan terkait revisi UU ITE tersebut.
"Terima kasih tadi cukup panjang sosialisasi UU ITE yang sebenarnya saya enggak nangkep," kata Pedro.
Dalam kesempatan itu, Pedro menyinggung pernyataan Ade yang menganggap BEM UI pandir. Ia menjelaskan BEM UI dalam kritiknya mengungkapkan beberapa poin yang memperlihatkan ketidakkonsistenan Jokowi, misal terkait kerinduan didemo.
"Mas Ade enggak tahu teman saya diangkut ke mobil polisi, saya nemenin ke Polda, Mas Ade enggak tahu. Padahal Jokowi bilang mau didemo. Artinya, lip of service benar, enggak salah kalau yang dipujanya Jokowi pembual, ya, pasti pion-pionnya jago membual kayak Mas Ade," ucap Pedro.
Lebih lanjut, ia menilai Ade tidak paham substansi UU ITE. Dalam hal ini ia menyandingkan dengan cuitan Ade yang menuding anak-anak BEM UI masuk kampus dengan cara menyogok.
"Lucunya Mas Ade melakukan dugaan menjurus ke pelanggaran UU ITE dengan bilang yang tidak boleh fitnah, pencemaran nama baik, tapi tweet Mas Ade bilang ini Leon [Ketua BEM UI] masuk UI nyogok, ya. Itu kan tuduhan serius, instansi UI dituduh bisa menerima suap, bisa menyogok," tutur dia.
"Harusnya Rektor UI salah manggil Leon dkk, harusnya manggil Ade, tanya apa maksudnya masuk UI nyogok," lanjut dia.
Ade lantas mengklarifikasi dirinya tak pernah menyebut nama Leon. Adapun terkait cuitan tersebut, menurut dia, sebatas menggunakan bahasa sarkastis.
"Ada gaya bahasa sarkastis atau sinis, kan mestinya yang masuk UI pinter, tapi ini, maaf ya, ini kok anak-anaknya enggak pinter, kok bisa masuk UI. Dugaan saya kalau pakai ujian biasa yang lolos masuk UI anak-anak pinter, kalau di sini ada anak-anak bodoh, jangan-jangan Anda masuknya enggak jalur resmi," pungkas Ade.
(ryn/fea)https://ift.tt/3hi5fbQ
June 28, 2021 at 11:50PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Debat Terbuka Ade Armando Soroti Jokowi dan UU ITE"
Posting Komentar