The Fed dan BI Kompak Tahan Suku Bunga, Rupiah Menguat Lagi

Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.140 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Kamis (21/3) sore. Dengan demikian, rupiah menguat 0,33 persen dibandingkan penutupan pada Rabu (20/3) yakni Rp14.232 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.102 per dolar AS atau menguat dibanding kemarin yakni Rp14.231 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.093 hingga Rp14.140 per dolar AS.

Sore hari ini, sebagian mata uang utama Asia menguat pada hari ini. Yen Jepang menguat 0,24 persen, disusul oleh won Korea Selatan yang juga menguat 0,24 persen. Tak hanya itu, peso Filipina menguat 0,19 persen, rupee India menguat 0,18 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,07 persen.

Tak ketinggalan, yuan China menguat 0,04 persen dan dolar Hong Kong menguat 0,03 persen. Kendati begitu, masih ada mata uang Asia yang melemah seperti dolar Singapura sebesar 0,06 persen dan baht Thailand sebesar 0,07 persen.


Sementara itu, mata uang negara maju cenderung mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Euro melemah 0,13 persen kemudian poundsterling Inggris juga melemah 0,28 persen. Namun, dolar Australia justru perkasa terhadap dolar AS dengan penguatan 0,31 persen.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan penguatan rupiah kali ini didorong oleh kebijakan moneter.

Pertama, hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) semalam yang memutuskan suku bunga acuan AS, Fed Rate tetap di kisaran 2,25 persen hingga 2,5 persen. Bahkan, Gubernur The Fed Jerome Powell memperkirakan tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan sampai akhir 2019 mendatang.

"Selain itu, The Fed kini juga memperkirakan ekonomi AS tumbuh hanya 2,1 persen di 2019, jauh lebih rendah dibandingkan capaian sekitar 3 persen di 2018," jelas Ibrahim, Kamis (21/3).


Faktor kedua, keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) di angka 6 persen. Kebijakan ini diambil demi mengendalikan defisit transaksi berjalan dan menjaga daya tarik investasi domestik.

Meski demikian, bukan tidak mungkin ke depan BI akan menurunkan suku bunga acuan mengingat defisit transaksi berjalan bisa terkendali dan inflasi yang cenderung melandai.

"Mungkin sudah saatnya BI mulai mempertimbangkan relaksasi kebijakan suku bunga sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, itu dengan catatan defisit transaksi berjalan bisa lebih terkendali," jelas dia.

(glh/lav)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2FpGQiT

March 21, 2019 at 11:48PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "The Fed dan BI Kompak Tahan Suku Bunga, Rupiah Menguat Lagi"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.