Lokasinya yang tinggi, jauh dari pantai, dan bentukan alam terbuka menjadi alasan bagi warga untuk mengungsi.
Hanya saja ketersediaan air bersih bagi warga saat itu masih menjadi kendala. Sarana air bersih berupa pipanisasi dari pemerintah rusak karena gempa. Ribuan pengungsi yang tinggal di tenda darurat pun hanya mendapat pasokan air dari truk-truk pengangkut yang datang tiap hari.
Kondisi ini yang memicu Wahana Visi Indonesia (WVI), satu organisasi sosial, untuk membangun pipanisasi air bersih dengan memanfaatkan sumber mata air dari air terjun yang terletak dua hingga tiga kilometer dari Desa Wombo.
Pendamping WVI bagi warga di Desa Wombo, Budi Handoko mengatakan, pipanisasi air bersih ini mulai dikembangkan awal 2019, beberapa bulan usai gempa melanda Palu. Menurut pria yang lebih karib disapa Komo ini, air merupakan kebutuhan utama yang harus segera dipenuhi ketimbang aliran listrik maupun makanan.
"Air ini prioritas utama ketimbang listrik atau beras. Dari situ kami komitmen untuk memberdayakan potensi alam dengan mencari sumber mata air dari air terjun Desa Wombo," ujar Komo saat ditemui di Desa Wombo, beberapa waktu lalu.
Dibantu warga sekitar, Komo mulai membangunan intake atau lubang asupan air dan reservoir penampungan air yang disambungkan sepanjang 3,5 kilometer.
Kontur alam yang berbukit membuat penyambungan pipa menjadi panjang dengan akses jalan yang menanjak dan berpasir.
Sistem pipanisasi ini sudah mulai berjalan ke tiga desa dan diklaim mencukupi kebutuhan 1.000 kepala keluarga. Debit airnya mencapai 5-6 liter per detik. Nanti, aliran sistem pipanisasi ditargetkan mampu menjangkau tiga desa lagi di kawasan Kabupaten Donggala.
Ia pun telah membentuk Komite Air yang beranggotakan 70 orang warga desa untuk melanjutkan pengelolaan sistem pipanisasi air tersebut.
"Jadi ketika kami sudah selesai dan meninggalkan desa ini, mereka bisa menjalankan pengelolaannya secara mandiri," katanya.
Komo menuturkan pengembangan sistem pipanisasi air ini merupakan bagian dari program WaSH (Water, Sanitation, Hygiene) yang dijalankan WVI. Keberadaan pipanisasi air ini secara tak langsung juga mengubah gaya hidup masyarakat desa Wombo yang sebelumnya tak memiliki akses air bersih maupun toilet.
Di beberapa bagian juga dipasang tempat mencuci tangan dengan memanfaatkan alat-alat rumah tangga.
Selain air bersih, Komo juga tengah berupaya mengembangkan Desa Wombo sebagai kawasan ekowisata Kabupaten Donggala. Terlebih Desa Wombo selama ini terkenal sebagai salah satu penghasil bawang goreng yang khas sebagai oleh-oleh dari Kota Palu.
"Kita kembangkan jadi ekowisata karena dia punya potensi alam, pemanfaatan sumber air bersih, agro tanaman produksi bawang goreng yang dikenal," ucap Komo.
Sejumlah warga, khususnya ibu-ibu di Desa Wombo memang banyak yang bekerja sebagai penghasil bawang goreng. Umumnya, ibu-ibu di Desa Wombo membantu mengupas bawang merah sebagai bahan utama bawang goreng dengan bayaran Rp15 ribu per baskom ukuran sedang.
Dalam sehari mereka bisa menggarap satu hingga tiga baskom.
Komo juga mulai membangun wahana permainan dengan alat sederhana seperti tiruan kapal, ayunan, hingga pancuran air sederhana di lokasi tersebut.
[Gambas:Video CNN] (pris/asa)
https://ift.tt/2MjnyOu
October 06, 2019 at 02:10PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mata Air Desa Wombo Usai Setahun Goncangan Tsunami Palu"
Posting Komentar