Anime bukan hanya akrab dan digemari masyarakat Indonesia, tapi juga digilai sebagian kelompok dan bahkan menyusup ke dalam ruang-ruang keseharian.
Secara asal-usul bahasa, anime berasal dari kata bahasa Inggris, animation. Sejatinya anime adalah adaptasi dari produk visual Barat yang kemudian tumbuh berkembang dengan ciri dan cara khas masyarakat Jepang.
Identitas ke-Jepang-an memang tak lantas hilang dengan kehadiran produk visual asing yang diduga datang pada era Meiji tersebut. Masyarakat Jepang memberikan sentuhan lain, bahkan jiwa lain -yang Jepang banget- sehingga anime menjadi suatu kelompok karya yang sulit disamaratakan dengan produk animasi lain.
Kekhasan, gaya grafis, cerita, nilai di dalamnya kemudian membuat banyak orang terpincut untuk jadi penggemar, juga terinspirasi, bahkan terobsesi olehnya.
Anime telah memiliki kisah perjalanan yang panjang dan melintasi seluruh negara di dunia. Penggemarnya pun tersebar di mana pun, termasuk di Indonesia.
Salah satunya adalah Aulia. "Karena pas masih kecil enggak punya teman, jadi banyak nonton televisi. Kalau akhir pekan dari pagi sampai siang ada anime tuh, sore juga ada lagi. Makanya jadi suka," kenang Aulia kala berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Demi kecintaan pada anime yang telah terhitung selama dua dekade itu, Aulia bahkan mengoleksi sejumlah barang yang terkait kesukaannya. Dan Aulia tak sendiri, banyak penggemar anime lain melakukan hal serupa.
Seperti yang dilakukan Ega. Ia menggemari bukan hanya sekadar memperdalam pengetahuan soal anime, tapi juga mengoleksi action figure hingga lemarinya penuh dan telah merogoh belasan juta rupiah untuk itu semua.
"Kebetulan memang karena hobi saja sama hitung-hitung investasi atau balas budi ke kreator yang sudah bikin karya untuk menghibur orang-orang," ujar Ega.
Ega menggemari bukan hanya sekadar memperdalam pengetahuan soal anime, tapi juga mengoleksi action figure hingga lemarinya penuh. (Dok.Pribadi)
|
Pengaruh dari anime itu yang membuat produk budaya ini memiliki setidaknya dua peran: diplomasi budaya sekaligus salah satu sumber ekonomi dari Jepang.
"[Anime] Bisa juga jadi [cara] diplomasi dari Jepang. Jepang tak mau 'main kasar' atau terang-terangan seperti Amerika," kata Roberto Masami Prabowo, akademisi Sastra Jepang Universitas Bina Nusantara.
"Memang animasi rata-rata propaganda, tapi untuk menggeser cara pemikiran penonton biar sama seperti kreatornya," lanjutnya.
Anime tercatat telah lama digunakan sebagai bahan propaganda. Mark Wheeler Macwilliams menulis dalam bukunya yang terbit pada 2008 lalu, Japanese Visual Culture: Explorations in the World of Manga and Anime, bahwa anime panjang pertama yang dibuat pada 1945 dibiayai oleh Angkatan Laut Jepang untuk propaganda kepada anak-anak.
Melalui anime, pemerintah Jepang kala itu mencoba membuat anak-anak untuk terinspirasi dan mau bergabung menjadi prajurit Angkatan Laut ketika Jepang sedang mengekspansi kekuasaan di Asia kala Perang Dunia II.
Anime karya Studio Ghibli, Spirited Away, berhasil meraih piala Oscar 2002 dalam kategori Best Animated Feature. (dok. Studio Ghibli)
|
Kini, anime lebih banyak berisi pesan moral dan pengingat bahwa manusia haruslah hidup saling berdampingan, baik kepada sesamanya maupun lingkungan.
Upaya diplomasi budaya Jepang melalui anime tidaklah sia-sia. Anime mampu diterima di berbagai belahan bumi, bahkan berhasil meraih gelar terbaik di salah satu ajang paling disorot dan dinanti: Academy Awards.
Anime karya Studio Ghibli, Spirited Away, berhasil meraih piala Oscar 2002 dalam kategori Best Animated Feature mengalahkan studio besar seperti Disney lewat Lilo & Stitch dan 20th Century Fox Animated lewat Ice Age.
Secara ekonomi, anime menyumbang banyak uang kepada Jepang. Pada 2018, menurut laporan Anime Industry Report 2019 dari The Association of Japanese Animations, industri anime baik dari produk visual hingga aksesori telah menghasilkan 2.181 miliar yen atau Rp285,9 triliun (1 yen = Rp131,13 pada 31 Desember 2018).
Angka itu naik sekitar 57 persen dari perolehan pada 2008, dan naik 99 persen dari perolehan pada 2002.
Anime Cardcaptor Sakura. Secara ekonomi, anime juga menyumbang banyak uang kepada Jepang. (dok. Clamp/NHK via IMDb)
|
Dari sedikit contoh tersebut, anime memiliki pengaruh lebih besar daripada sekadar animasi karya orang Jepang yang masuk dalam kategori produk hiburan. Anime lebih dari itu, bahkan bagi sebagian penggemar fanatik, ia adalah prioritas dalam hidup.
CNNIndonesia.com mencoba membahas sedikit dari dunia anime dalam Fokus: Terpincut Imut Anime edisi Juni 2020 kali ini. Ada banyak hal yang masih belum dibahas dalam fokus ini, namun setidaknya bisa membuka sedikit pandangan terkait anime yang banyak digemari berbagai kalangan.
Terlepas dari faktor urusan politik dan propaganda, anime sejatinya mampu menghadirkan sedikit kehangatan dan kebahagiaan bagi penikmatnya, di tengah berbagai masalah hidup dan situasi dunia yang tak menentu.
Lihat-lihatlah bunga andai ku mekar
Tiba saat mengucapkan selamat pagi
Masa depan semua mari kita bangun
Lalalala... lalalala... bernyanyi bersama...
Saya hidup di bumi ini masa depan dengan kapal angkasa
Mari kita banyak-banyak berhip riang
Menjadikan satu-satu kita wujudkan
Kita hidup di bumi ini
Pagi ini esok dan seterusnya
Masa indah sangat banyak kota impian...
Menjadikan satu-satu kita wujudkan
*Lagu penutup serial Doraemon versi Indonesia
https://ift.tt/3i3fJvz
June 28, 2020 at 09:00AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Anime, Diplomasi Layar Kaca Tersukses dari Tanah Jepang"
Posting Komentar