Urusan Perut Ojol, Sekat Plastik atau Geruduk Balai Kota

Jakarta, CNN Indonesia -- Para pengemudi ojek online (ojol) sedang berusaha meyakinkan negara bahwa boncengan naik sepeda motor dengan penumpang bisa aman dilakukan pada masa new normal di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Jurus pamungkas yang disiapkan adalah sekat plastik dan ujungnya hanya ada dua pilihan, diterima lantas diizinkan beroperasi atau ojol akan geruduk balai kota.

Sekat plastik adalah alat seperti papan partisi yang digendong pengemudi ojol untuk mengurangi kontak fisik dengan penumpang. Alat yang berdasarkan prototipenya berukuran tinggi 55 cm, lebar 35 cm, tebal 55 cm ini sedang dikembangkan oleh asosiasi ojol Garda Indonesia.


Sekat plastik yang disebut Garda dibuat oleh 'produsen fiber board multinasional bersertifikat ISO' dengan berat 500 gram itu dipaparkan bukan sebagai barang anti Covid-19, melainkan untuk mengurangi potensi penularan.

Ketua Presidium Garda, Igun Wicaksono, mengatakan, desain sekat plastik sedang dikembangkan agar bisa nyaman digunakan pengemudi dan tak terlalu mengganggu penumpang. Selain itu barang ini disebut akan dijual ke pengemudi ojol dengan harga terjangkau atau tidak sampai Rp100 ribu.

Dia bilang harapannya sekat plastik berfungsi seperti face shield, salah satu alat pelindung diri (APD) yang dipakai untuk menangani pasien Covid-19.

Menurut Igun, sekat plastik adalah hasil kreativitas ojol yang mempersiapkan diri menghadapi new normal. Dia juga menyebut itu merupakan salah satu upaya keras ojol agar bisa diizinkan beroperasi mengangkut penumpang pada new normal atau setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berakhir.

Sekat plastik memicu tanggapan dari berbagai pihak, salah satunya dari kalangan pengamat transportasi yang mengatakan inovasi itu tidak sesuai dengan kebijakan jaga jarak sosial (physical distancing). Selain itu juga sekat plastik disebut butuh persetujuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 serta harus mendapat Standar Nasional Indonesia (SNI).

Praktisi keselamatan berkendara juga menyoroti tentang penggunaan sekat plastik yang dikatakan bisa mengganggu kestabilan berkendara dan saat boncengan. Sekat plastik itu dijelaskan bakal menimbulkan hambatan angin dan mengganggu keseimbangan pengendara hingga berpotensi kecelakaan.

Kekhawatiran lainnya terkait material plastik bisa menjadi media penyebaran Covid-19.

Igun menjawab pendapat itu dengan mengatakan pihaknya sedang melakukan uji coba, memperbaiki desain, dan menganjurkan penumpang selalu membersihkan sekat plastik dengan disinfektan sebelum berboncengan.

"Jadi gini, ini kan salah satu upaya dari kami untuk ojol bisa tetap bawa penumpang pada saat new normal. Memang akan ada hambatan-hambatan, apakah ini diizinkan atau tidak. Namun kami selalu melakukan kordinasi, kita juga melakukan uji coba, tes jalan. Material yang kita gunakan yang mudah dibersihkan," kata Igun saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (3/6).

Pengemudi ojol membuat inovasi berupa sekat plastik yang digunakan untuk mencegah penularan virus corona (Covid-19).Pengemudi ojol membuat inovasi berupa sekat plastik yang digunakan untuk mencegah penularan virus corona (Covid-19). (Dok.istimewa)
Lapor Kemenhub

Igun menyampaikan pihak Garda sudah bertemu dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada Selasa (2/6) untuk menyampaikan keinginannya agar ojol bisa mengangkut penumpang pada new normal. Garda mempresentasikan 15 poin protokol kesehatan ojol termasuk soal sekat plastik yang dirasa bakal menjadi kunci terwujudnya keinginan itu.

"Kami kemarin sudah ketemu dengan pak dirjen hubdar Budi [Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi] hari Selasa. Kami sudah menghadap dan sudah presentasi langsung di hadapan beliau termasuk pak direktur angkutan jalan [Direktur Angkutan Jalan Perhubungan Darat Ahmad Yani]," ucap Igun.

Menurut Igun pihak Kemenhub mengapresiasi inovasi sekat plastik. Dia menjelaskan pihak Kemenhub mau menjadikannya sebagai acuan penyusunan skema protokol kesehatan transportasi publik, khususnya ojol.

Igun bilang Kemenhub akan mengoordinasikan hal itu dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Budi yang dihubungi CNNIndonesia.com menjelaskan akan membahas skema itu di rapat lintas kementerian. Dia belum bisa memastikan sekat plastik bakal membuat ojol diizinkan beroperasi mengangkut penumpang pada new normal sebab masih menunggu pendapat dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

"Bagus idenya itu menurut kita membantu minimal idenya bagus semangat dan kesadaran ojol untuk ikut mencegah Covid-19," ucap Budi.

Igun mengatakan sejauh ini ide Garda terkait faktor yang membantu agar ojol diizinkan beroperasi mengangkut penumpang hanya sekat plastik. Kata dia ide itu muncul murni dari lapangan dan tidak ada koordinasi dengan penyedia jasa transportasi online Gojek dan Grab.


I Gun Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia merespon permintaan maaf dari Shamsubahrin di depan Kedutaan Besar Malaysia, Jakarta, Jumat (30/8).I Gun Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia merespon permintaan maaf dari Shamsubahrin di depan Kedutaan Besar Malaysia, Jakarta, Jumat (30/8). (CNN Indonesia/Daniela)
Protes Besar

Para pengemudi ojol yang disebut Garda jumlahnya sekitar 5 juta di dalam negeri sangat berharap bisa mencari nafkah lagi setelah hampir sebulan mandek karena fitur antar penumpang dimatikan sementara oleh Gojek dan Grab yang patuh pada aturan PSBB.

Menurut Igun pemerintah pusat mengizinkan ojol mengangkut penumpang, namun keputusan akhir soal itu 'dilempar' ke pemerintah daerah. Ojol juga mengalami tarik-ulur kebijakan dari berbagai kementerian yang beda pendapat.

Garda pernah mengatakan bakal menggeruduk Istana Negara bila tetap tidak diizinkan beroperasi pada masa new normal. Hal itu diungkap merespons aturan baru Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang mengatakan ojol dan ojek konvensional tetap ditangguhkan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Kemendagri lantas merevisi aturan tersebut dan menyatakan tidak ada ketentuan melarang operasional ojol dan ojek konvensional.

Igun menyatakan ancaman geruduk yang sama bila ojol tetap dinyatakan tidak boleh beroperasi pada new normal. Kata dia ojol sejauh ini sudah berupaya keras mencari cara memastikan pengemudi dan penumpang 'aman' semasa pandemi.

"Untuk menentukan kebijakan Kemenhub mengizinkan atau tidak, kami berkoordinasi untuk memberikan protokol kesehatan dan partisi ini tujuannya agar menunjukkan ojol punya inovasi dibanding transportasi lain yang hanya terima beres," kata Igun.

Selain berharap pada Kemenhub dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Garda juga meminta gubernur yang memimpin pemerintahan daerah mengizinkan ojol beroperasi. Peran gubernur dikatakan Igun juga penting sebab menjadi penentu akhir keputusan itu.

"Jakarta sebagai barometer aturan PSBB ataupun aturan new normal nanti [bila] tidak mengizinkan ojol beroperasi membawa penumpang ya pastinya kita bisa turun di balai kota," ucap Igun.

Menurut Igun posisi ojol saat ini sedang sulit urusan perut. Dia menyebut massa dari seluruh Jabodetabek siap masuk Jakarta untuk protes besar-besaran menuntut izin operasional.

"Tinggal peran aktif pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah, karena pemerintah pusat sudah mendukung kita. Apabila new normal ojol tidak diperbolehkan membawa penumpang itu akan terjadi luar biasa, protes besar. Ini kayaknya kan dilemparnya ke pemerintah daerah, perda, karena dikembalikan ke daerah, kalau daerah tidak mengizinkan membawa penumpang kita geruduk balai kota," ujar Igun. (fea)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/304hZfh

June 04, 2020 at 08:12AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Urusan Perut Ojol, Sekat Plastik atau Geruduk Balai Kota"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.