Inflasi Turki Meroket, Usai Gonta-Ganti Gubernur Bank Sentral

Jakarta, CNN Indonesia --

Inflasi Turki meroket hingga di atas 16 persen pada Maret 2021, pertama kalinya sejak pertengahan 2019.

Data inflasi yang dipublikasikan pada Senin (5/4), memberikan tekanan bagi Gubernur bank sentral Turki yang baru, Sahap Kavcioglu untuk memperketat kebijakan moneter.

Sebelumnya, keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengganti gubernur bank sentralnya, Naci Agbal, secara tiba-tiba mengakibatkan penjualan mata uang lira secara berjamaah.


Inflasi telah terjadi secara enam bulan berturut-turut dan meroket dua kali lipat sejak empat tahun terakhir.

Melansir Reuters, Naci Agbal dicopot setelah menjabat hanya empat bulan sebagai gubernur bank sentral. Ia sempat menaikkan suku bunga acuan dari 10,25 persen menjadi 19 persen. Setelah ia lengser, mata uang lira pun melemah 12 persen.

Keputusan Presiden Erdogan gonta-ganti empat gubernur bank sentral selama dua tahun belakangan 'melukai' kredibilitas moneter Turki. Juga, membuat lira tertekan sehingga mendorong inflasi lewat aktivitas impor.

Ujung-ujungnya, pelemahan uang lira mendorong kenaikan harga. Hal ini tercermin dari kenaikan indeks harga produsen sebesar 4,13 persen secara bulanan pada Maret. Secara tahunan (year-on-year/yoy), kenaikan tercatat sebesar 31,2 persen.

Kenaikan tahunan didorong oleh harga energi dan impor yang menaikkan harga transportasi hampir 25 persen.

Kenaikan IHK juga disebabkan oleh kenaikan permintaan sektor kesehatan, pendidikan, dan industri hospitality, termasuk restoran.

Menurut ramalan Februari, bank sentral memperkirakan inflasi maksimal di kisaran 17 persen pada Maret dan mulai turun pada April.

Berpendapat lain, analis memperkirakan inflasi masih naik hingga April, Goldman Sachs memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya di level 18 persen.

[Gambas:Video CNN]

(wel/bir)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/3dIvCGu

April 06, 2021 at 10:07AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Inflasi Turki Meroket, Usai Gonta-Ganti Gubernur Bank Sentral"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.