Raja Bhutan Daki Gunung dan Perbatasan Tinjau Prokes Covid

Jakarta, CNN Indonesia --

Raja Bhutan, Jigme Khesar Namgyel Wangchuck, mendaki pegunungan dan mengelilingi perbatasan negaranya demi memantau penangan dan pencegahan pandemi Covid-19 secara langsung.

Dengan mengenakan topi bisbol, jubah tradisional Gho selutut, sambil menggendong tas punggung, Raja Jigme menelusuri hutan hingga gunung selama 14 bulan dengan berjalan kaki, mobil, hingga menunggang kuda.

Ia mendatangi daerah di pelosok demi melihat penerapan protokol kesehatan di dusun-dusun terpencil.


Sejumlah pihak menganggap pendekatan Raja Jigme cukup efektif menekan angka penularan di kerajaan kecilnya yang memiliki 700 ribu penduduk.

Sampai saat ini, Bhutan tercatat hanya memiliki 2.006 kasus corona dengan satu kematian. Negara yang diimpit China dan India itu kini hanya memiliki 268 kasus corona aktif.

"Ketika raja melakukan perjalanan bermil-mil dan mengetuk, untuk memperingatkan warga tentang pandemi, maka kata-katanya yang rendah hati dihormati dan ditanggapi dengan sangat serius," kata Perdana Menteri Bhutan, Lotay Tshering, seperti dikutip Reuters.

"Kehadiran Yang Mulia jauh lebih kuat daripada hanya mengeluarkan pedoman publik."

Menurut Tshering, kehadiran raja membuat yakin masyarakat bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan melawan pandemi.

Tshering, seorang ahli urologi, sering menemani Raja Jigme menelusuri perbatasan Bhutan dekat India, negara yang tengah dilanda gelombang kedua virus corona.

Dalam beberapa pekan terakhir, Raja Jigme juga menelusuri jalan setapak selama lima hari melewati ketinggian hingga 4.343 meter demi mengucapkan terima kasih kepada para petugas medis dan kesehatan di daerah terpencil.

Selama 14 bulan perjalanannya, Raja Jigme juga menjalani beberapa kali karantina di sebuah hotel di Ibu Kota Thimphu.

"Raja mendatangi semua daerah perbatasan yang berisiko tinggi berkali-kali untuk memantau setiap tindakan yang dilakukan dan untuk memastikan praktik terbaik berjalan meski dengan sumber daya yang terbatas," kata perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Bhutan, Rui Paulo de Jesus.

Meski Bhutan menjadi negara monarki konstitusional pada 2008 setelah raja melepaskan kekuasaan absolutnya, kesetiaan warga kepada keluarga kerajaan masih mendominasi lanskap sosial-politik bangsa.

[Gambas:Video CNN]

Kantor kerajaan menolak permintaan wawancara Reuters, tetapi laman Instagram dan Facebook monarki memperlihatkan sejumlah dokumentasi perjalanan raja 41 tahun lulusan Universitas Oxford tersebut selama 14 bulan.

"Ketakutan terbesar raja kami adalah jika pandemi menyebar seperti kebakaran hutan maka (bangsa) kami bisa musnah," kata seorang pejabat istana.

Bhutan merupakan sebuah kerajaan kuno yang tertutup bagi orang asing hingga 1970-an. Bhutan sejauh ini memiliki keterbatasan petugas medis, di mana hanya ada satu dokter bagi setiap 2.000 warga.

Saat ini, Bhutan masih menutup seluruh perbatasannya sambil meningkatkan pengujian dan vaksinasi demi menghentikan penyebaran Covid-19.

PM Tshering mengatakan bahwa Bhutan juga tengah mempertimbangkan mencampur dosis vaksin berbeda karena kehabisan stok vaksin. Sementara itu, sekitar 90 persen penduduk Bhutan telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca.

(rds/has)

Adblock test (Why?)



https://ift.tt/2T6XiOP

June 26, 2021 at 01:59AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Raja Bhutan Daki Gunung dan Perbatasan Tinjau Prokes Covid"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.