
Seperti dilansir Reuters, Selasa (26/3), kelompok pemantau Jaringan Asia untuk Pemilu Bebas (ANFREL) menyatakan menemukan dugaan kecurangan kalau pemilu kali ini cenderung menguntungkan kelompok pro militer. Apalagi, lanjut organisasi berbasis di Bangkok itu, junta militer dan kelompok oposisi sama-sama mengklaim unggul.
Menurut Vier, salah satu yang membuat banyak warga Thailand bertanya-tanya adalah mengapa Komisi Pemilihan Umum setempat berlarut-larut dalam menyampaikan hasil penghitungan suara. Namun, mereka menyangkal berbuat curang dan baru akan mengumumkannya Jumat mendatang.
Partai Pheu Thai yang merupakan oposisi junta militer disebut berhasil merebut 138 kursi di Dewan Perwakilan Thailand, dari hasil hitung sementara. Sedangkan partai pro militer, Palang Pracharat, juga mengklaim unggul.
Calon perdana menteri dari Partai Pheu Thai, Sudarat Keyuraphan, menyatakan mereka saat ini sedang mendekati partai lain untuk membentuk koalisi.
Partai Palang Pracharat yang pro militer menyatakan juga akan membentuk koalisi. Mereka yakin akan menang dalam pemilihan umum 2019.
"Palang Pracharat akan berbicara dengan partai yang satu pemikiran dan dan ideologi yang sama untuk menggerakkan negara ke arah yang lebih baik," kata juru bicara Partai Palang Pracharat, Kobsak Pootrakool.
Salah satu partai yang kemungkinan besar bakal digandeng Partai Pheu Thai adalah Partai Kemajuan Masa Depan (FWP) yang dipimpin oleh pengusaha Thanathorn Juangroongruangkit.
Partai Pheu Thai merupakan pendukung kakak beradik sekaligus mantan perdana menteri, Thaksin Shinawatra dan Yingluck Shinawatra. Mereka masih mempunyai basis pendukung yang kuat terutama di daerah pedesaan. (ayp)
https://ift.tt/2USFSAZ
March 27, 2019 at 04:21AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemantau Sebut Pemilu Thailand Untungkan Junta Militer"
Posting Komentar