Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,12 persen dari 5.995 menjadi 5.928 pada perdagangan pekan lalu. Sementara, investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp1,03 triliun.
Analis Pasar Modal Riska Afriani menilai pada perdagangan singkat jelang libur Lebaran pekan ini, transaksi harian tampaknya bakal rendah. Selain karena libur panjang, ia juga melihat tren penurunan terjadi sejak Februari.
Dari pantauan dia, pada Januari 2021, secara rata-rata transaksi harian indeks mencapai 20,5 triliun. Kemudian turun pada Februari dan Maret menjadi 11 triliun per hari dan pada awal Mei hingga sekarang transaksi harian hanya berkisar antara 8 triliun-10 triliun.
Faktor lain yang juga membuat sepi adalah fenomena 'Sell on May' atau penjualan selama Mei yang terjadi setiap tahun selepas para emiten melaporkan laporan keuangan atau kinerjanya.
Pada perdagangan dua hari atau Senin dan Selasa (10-11 Mei) pekan ini, Riska memproyeksikan para investor masih akan melakukan aksi tunggu (wait and see). Adapun penggerak pasar, menurut dia, masih akan berasal dari pergerakan saham-saham lapis dua dan tiga.
Melihat rilis data makro yang relatif baik, Riska menyebut secara fundamental pasar sebetulnya bergerak menuju pemulihan. Tengok saja Purchasing Managers' Index (PMI) yang lagi-lagi menembus rekor pada April di level 54,6.
Selain itu, catatan cadangan devisa RI juga relatif meningkat pada bulan lalu dari bulan sebelumnya, dari US$137,1 miliar menjadi US$138,8 miliar. Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 pun meski kontraksi, namun masih dalam konsensus pemerintah, yaitu minus 0,74 persen.
Sedangkan obligasi jangka 10 tahun AS tercatat melandai ke level terendah sejak awal Maret 2021 menjadi 1,5 persen pada Jumat (7/5) lalu.
"Initial jobless claim (klaim pengangguran) AS pada Mei sudah di bawah 500 ribu, ini menunjukkan pemulihan," bebernya kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/5).
Sayangnya, momentum kenaikan tampaknya belum bakal langsung terjadi di dalam negeri. Ia melihat peluang investor untuk melakukan pembelian awal.
Untuk akumulasi jangka menengah hingga panjang, ia menilai bisa dilakukan mulai dari sekarang. Apalagi, sejak pekan lalu, investor asing tercatat mulai melakukan pembelian senilai Rp1,03 triliun.
"Saat yield (imbal hasil) obligasi AS rendah dan suku bunga juga ditahan rendah, akhirnya mereka (asing) akan cari aset-aset dengan risiko dan gain (untung) lebih tinggi seperti pasar berkembang," jelasnya.
Pekan ini, Riska merekomendasikan memantau sektor perbankan, konsumer, dan properti. Salah satu saham yang dijagokannya adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang saat ini dibanderol di harga Rp5.525.
Saham murah potensial lainnya, menurutnya, adalah BBRI, BMRI, dan BRIS.
Analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menyebut rilis kinerja emiten kuartal pertama tahun ini yang tercermin dari indeks LQ45 sejalan dengan ekspektasi pasar.
Per 4 Mei lalu, sebanyak 22 perusahaan LQ45 sudah melaporkan lapkeu kuartal I dan tercatat penurunan laba bersih sebesar 14 persen secara yoy, menguat 59,3 persen dari kinerja kuartal IV 2020.
Ia menyebut meski pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I masih negatif, sikap forward looking investor masih akan menumbuhkan optimisme pasar bursa dengan mempertimbangkan faktor pendapatan perusahaan.
Hariyanto menyebut saat ini pasar ditopang oleh harga-harga komoditas yang meroket, serta peningkatan konsumsi masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri.
"Berdasarkan pengecekan di lapangan, kami melihat terjadi peningkatan konsumsi selama Ramadan. Kami melihat toko penjualan elektronik ERAA iBox an Erafone dikerumuni para pelanggan," jelasnya dikutip dari riset.
Pada pekan ini, ia merekomendasikan delapan saham unggulan, yakni ANTM, HEAL, INDF, SIMP, JPFA, MAIN, ERAA, dan INCO.
(sfr)https://ift.tt/3vScixD
May 10, 2021 at 07:00AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bidik Saham Murah Potensi Cuan Jelang Lebaran"
Posting Komentar