
"Gerakan pembangkangan sipil akan dimulai mulai Minggu dan baru berakhir setelah pemerintahan sipil bisa meraih kekuasaan," demikian isi pernyataan SPA, seperti dilansir AFP, Minggu (9/6).
Menurut SPA, gerakan itu adalah aksi damai dan dianggap ampuh untuk melawan pemerintah junta militer. Hal ini adalah bentuk penolakan terhadap militer yang melakukan kudeta terhadap Omar al-Bashir dan kembali berkuasa.
Mereka juga memprotes tindakan represif aparat yang membubarkan aksi unjuk rasa di Ibu Kota Khartoum sejak Senin lalu, yang berujung menewaskan 113 orang.
RSF dibentuk dari milisi Janjawid, yang diduga kuat melakukan kejahatan perang dalam konflik di Darfur pada 2003 sampai 2004.
Ajakan membangkang terhadap pemerintah junta militer itu dilakukan sehari setelah kunjungan Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed. Dia mencoba menjadi penengah antara kelompok pegiat sipil dan dewan jenderal.
"Militer, rakyat, dan politikus harus berani bertindak dan bertanggung jawab untuk segera mengambil langkah-langkah dalam masa transisi yang demokratis dan sesuai kesepakatan bersama," kata Ahmed.
"Tentara harus menjaga keamanan negara, sedangkan rakyat dan politikus harus berpikir mengenai masa depan bangsa," ujar Ahmed.
Akan tetapi, nampaknya upaya mediasi yang dilakukan Ahmed belum membuahkan hasil. Sebab, tentara menangkap tiga tokoh kelompok oposisi Sudan yang bertemu dengannya.
Mereka adalah politikus Mohamad Esmat, dan ketua serta juru bicara Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (SPLM-N) yakni Ismail Jalab dan Mubarak Ardol.
"Sekelompok orang bersenjata datang sekitar pukul 03.00 dan menangkap Ismail Jalab tanpa menjelaskan alasannya," kata staf Jalab, Rashid Anwar.
Esmat dan Jalab adalah pemimpin kelompok Aliansi untuk Kebebasan, yang menaungi sejumlah tokoh oposisi dan pemberontak. Mereka turut menggerakkan aksi unjuk rasa sejak Desember 2018 hingga berujung kudeta terhadap Al-Bashir.
Akibat kekerasan aparat militer terhadap pengunjuk rasa, Uni Afrika memutuskan membekukan keanggotaan Sudan dalam organisasi itu. Mereka mendesak aparat harus melindungi dan menjamin keamanan rakyat sipil, serta menghormati hak asasi serta kebebasan.
Proses perundingan antara kedua kelompok ini pada pertengahan berakhir tanpa hasil. Oposisi menolak pemerintahan militer karena mengulangi masa pemerintahan Al-Bashir selama tiga dasawarsa yang juga dimulai dengan kudeta.
Mereka kini khawatir aspirasi supremasi pemerintahan sipil tidak terwujud dan cemas akan bernasib sama dengan negara tetangga mereka, Mesir. (ayp/ayp)
http://bit.ly/2I4dTdJ
June 09, 2019 at 07:05PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Aktivis Sudan Ajak Rakyat Membangkang dari Junta Militer"
Posting Komentar