Persiapan ini bahkan dilakukannya ketika 'hilal' Tunjangan Hari Raya (THR) belum tampak. Meski demikian, membeli tiket transportasi mudik tetap harus segera dilakukan. Maklum, tiket transportasi dari berbagai moda rentan ludes jelang mudik. Bahkan, ketika Ramadan belum benar-benar tiba.
"Sebelum dapat THR buru-buru beli tiket mudik, soalnya kalau setelah THR, tiket sudah pada habis," kata Deliar kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (8/6).
Alasan lain, karena tarif tiket moda transportasi umumnya kian menjulang tinggi ketika mendekati Lebaran, khususnya tarif tiket pesawat. Beruntung, Deliar masih memiliki cadangan pendapatan dari tabungan.
Untuk mudik, Deliar membeli dua tiket transportasi dari dua moda yang berbeda. Pertama, ia membeli tiket bus dari Jakarta ke Bandar Lampung.
Tiket bus itu sudah lengkap dengan biaya penyebrangan dari Pelabuhan Merak, Banten ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Harganya sekitar Rp295 ribu untuk satu orang.
Kedua, ia membeli tiket pesawat sekitar Rp400 ribu per penumpang untuk penerbangan Lampung-Jakarta. Harga tiket pesawat itu sudah termasuk potongan sekitar 30 persen yang berhasil diperoleh dari salah satu aplikasi penjualan tiket dalam jaringan (online).
"Beruntungnya waktu itu ada promo dari salah satu aplikasi penjual tiket pesawat. Kalau tidak ada promo dan beli cepat, mungkin harganya keburu Rp700 ribu sampai Rp800 ribu seperti tahun-tahun sebelumnya," ucapnya.
Setelah dua tiket transportasi pergi pulang dikantongi, Deliar bisa bernafas lega. Sebab, kebutuhan mudik lainnya baru dikeluarkan ketika berada di kampung halaman. Namun, gaji dan THR yang akan datang, membuatnya lebih tenang.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai swasta itu mengatakan setidaknya mengalokasikan Rp750 ribu dari total alokasi pengeluaran selama mudik untuk memberikan THR kepada saudara-saudaranya.
Selain itu, ada pula dana Rp1 juta dialokasikan khusus untuk biaya harian dan liburan selama berada di kota kelahiran dari 30 Mei-9 Juni. Sebab, selain berkumpul dengan keluarga, Deliar berencana mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Lampung.
Secara tidak langsung, dua pos pengeluaran terakhir akan menjadi sumber pendapatan di daerah. Pasalnya, uang THR dari Deliar akan masuk ke kantong saudara-saudaranya yang diperkirakan untuk membeli barang.
Sementara alokasi dana untuk biaya harian dan liburan juga akan masuk ke daerah dalam bentuk pajak tempat makan, retribusi parkir, hingga tiket masuk tempat wisata.
"Kebetulan saya bersama keluarga mengunjungi beberapa tempat wisata, biaya masuknya sekitar Rp10-20 ribu per orang," ucapnya.
![]() |
Sebagian besar dana yang dikeluarkan Deliar pada masa mudik memang berpotensi menjadi sumber perekonomian daerah yang didapat dari kantong-kantong pekerja di ibu kota. Bahkan, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jakarta Sarman Simanjorang memperkirakan akan ada perputaran uang mencapai Rp9,7 triliun ketika masa mudik berlangsung.
Perputaran uang terjadi karena para pekerja di Jakarta kembali ke kampung halamannya masing-masing. Proyeksi perputaran uang ini didapatnya dari asumsi ada 14,9 juta penduduk Jakarta dan sekitarnya yang melakukan mudik. Dari jumlah tersebut, estimasinya masing-masing rumah tangga akan menghabiskan sekitar Rp4 juta.
"Uang tersebut mayoritas beredar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Timur, sebagian Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku," tuturnya.
Bahkan, menurutnya, potensi perputaran uang di daerah ketika mudik bisa meningkat dari remitansi yang disalurkan sekitar 9 juta Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri kepada keluarganya di Tanah Air. Asumsinya, masing-masing TKI mengirimkan Rp1 juta kepada keluarga di Indonesia. Totalnya, ada potensi perputaran uang senilai Rp9 triliun ketika mudik dari kelompok pekerja ini.
Dari proyeksi ini, Sarman meyakini ekonomi daerah akan bergerak dan bergairah dengan jumlah transaksi yang signifikan. Bahkan, ia cukup optimistis bahwa sumbangan cuan dari para pekerja di ibu kota ke daerah bisa menciptakan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian yang semula tumbuh 5,07 persen pada kuartal I 2019 pun diyakini naik menjadi 5,2 persen pada kuartal II bertepatan dengan momen Ramadan dan Lebaran. "Momentum perayaan ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi," katanya.
Menggerakan Ekonomi Lokal
Senada, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga memperkirakan mudik bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi di daerah maupun nasional. Apalagi, ritual mudik masyarakat pada tahun ini cukup tinggi melalui jalur darat, sehingga potensi sumbangan ekonominya diperkirakan bisa lebih besar.
Sri Mulyani menjelaskan harapannya bukanlah 'pepesan kosong'. Sebab, kegiatan mudik sejatinya memang bisa memunculkan geliat ekonomi di sepanjang rute mudik. Contohnya, ketika masyarakat memutuskan mudik melalui tol, maka permintaan terhadap restoran di area peristirahatan alias rest area tentu meningkat.
![]() |
Ketika aktivitas perdagangan di rest area meningkat, maka hal tersebut akan memberikan sumbangan ke penerimaan daerah. Kalkulasi akhirnya, tentu akan pula memberi kontribusi ke kantong negara.
"Apalagi mereka menyampaikan tidak ada kemacetan, jadi mereka cukup punya waktu untuk berkonsumsi dan bersilaturahmi. Dampaknya, denyut ekonomi diharapkan mulai terjadi sampai seminggu ke depan," ungkapnya.
Ani menegaskan ritual mudik memberi dampak pemerataan ekonomi di seluruh pelosok. "Ini tidak terjadi di Jawa saja karena banyak yang melakukan perjalanan mudik ke Jawa, tapi saya lihat spill over-nya sampai ke daerah lain," imbuhnya.
Di balik prediksi itu, mudik kali ini, bisa jadi tak hanya jadi momen yang membahagiakan Deliar Noer, namun juga menular ke keluarganya saat merayakan Lebaran bersama. (uli/asa)
http://bit.ly/2MCqoBP
June 10, 2019 at 03:15PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mudik dan 'Serbuan' Triliunan Rupiah ke Kampung Halaman"
Posting Komentar