
Ola menjajakan hasil bidikan bergambar para pengunjung Ragunan. Ia mulai bekerja sejak pagi, saat pengunjung yang datang sedang ramai-ramainya. Saat siang hari, dirinya mulai menggelar foto-foto pengunjung yang sudah dicetak.
Para tukang foto keliling ini berada di sekitar pintu masuk Ragunan. Ola memilih beroperasi di Pintu Barat Ragunan.
"Sudah sekitar 20 tahun. Saya yang pertama mulai foto di sini," ujar Ola saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.
Rumah Ola berada di sekitar Ragunan, tepatnya Jalan Saco, Jakarta Selatan. Ia mengaku sempat mengikuti sekolah foto sebelum menjadi tukang foto keliling di kebun binatang yang diresmikan pada 22 Juni 1966 lalu.
Saat pertama kali bekerja, dirinya masih menggunakan kamera film. Seiring berjalannya waktu, kini Ola dan rekan-rekannya yang lain sudah memakai kamera digital atau DSLR. Menurutnya, foto-foto pengunjung dicetak di sekitar Ragunan.
"Kita dekat dekat sini, ada di dekat pintu masuk. Kita nyetak bayarnya sore," ujarnya.
Sama seperti Ola, tukang foto keliling lain juga menjajakan fotonya di depan pintu masuk Ragunan. Lokasi ini dipilih agar lebih mudah memantau pengunjung yang mereka foto ketika akan pulang.
David (41), tukang foto keliling lainnya, mengatakan untuk mengetahui pengunjung yang ada di foto yang dicetak, dirinya mengenali lewat pakaian yang dikenakan. Jadi, kata David, dirinya bukan menghafal wajah mereka satu per satu.
"Pertama itu yang diapalin baju. Muka kan susah dihapalin, baju baru liat muka. Baju dulu udah sama baru liat mukanya," kata David kepada CNNIndonesia.com.
Berbeda dengan Ola, David mengaku belajar menggunakan kamera sendiri. Pertama-tama, dirinya diajak oleh rekannya untuk menjadi tukang foto keliling di Ragunan. Setelah cukup belajar, David kemudian memutuskan untuk bekerja sendiri.
"Awal mula diajak teman, bantuin dulu, kemudian belajar sendiri, otodidak lah pokoknya, enggak pake sekolah," tuturnya.
David mengaku sudah sejak tahun 2000 bekerja sebagai tukang foto keliling di Ragunan. Ia sendiri tinggal di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan. Biasanya ia memulai aktivitas sejak pukul 08.00 WIB.
Saat sedang berbincang, David tiba-tiba mengambil selembar foto dan memerintahkan rekannya untuk dibawa ke pengunjung yang ada di foto tersebut.
David mengaku menawarkan selembar foto itu seharga Rp25 ribu. Itu bukan harga mati. David mempersilakan pengunjung untuk menawar. Yang penting, bagi David, ada keuntungan sedikit yang bisa diperoleh dari satu lembar foto tersebut.
"Tergantung orangnya mau nawar apa enggak, namanya harga kan bisa berubah, kita nawarin, kalau mau nawar berapa ya kita jual, yang penting kita ada lebihannya," tuturnya.
Menurut David, omzet dirinya bisa meningkat ketika masuk musim liburan, termasuk libur Lebaran. Kendati pendapatan meningkat, namun dirinya suka pusing untuk mencocokan pengunjung dengan hasil foto karena terlalu banyak orang.
"Kalau liburan gini ya agak lumayan si (pendapatan) Cuma agak pusing juga ngeliat orang kebanyakan. Mending hari biasa agak kepantau," ujarnya.
David mengaku tak pernah memaksa pengunjung untuk membeli hasil fotonya. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada pengunjung apakah ingin membeli hasil fotonya atau tidak. Bahkan, tak sedikit pengunjung yang datang ke lapaknya untuk melihat apakah ada foto dirinya.
"Kami kan modelnya spekulasi, ada yang mau kami jual, menolak enggak apa-apa. Enggak ada unsur pemaksaan," tuturnya.
Pada hari ini sedikitnya ada sekitar 72 ribu pengunjung yang datang ke Taman Margasatwa Ragunan. Hari ini merupakan hari pertama Ragunan dibuka selepas Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah.
Pihak kebun binatang menargetkan pengunjung Ragunan saat musim libur Lebaran tahun ini mencapai 800 ribu orang. Puncak kunjungan wisatawan ke Ragunan diprediksi terjadi pada Minggu (9/6).
(fra/ain)http://bit.ly/2WpvKEO
June 07, 2019 at 04:42PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Suka Duka Tukang Foto Keliling di Kebun Binatang Ragunan"
Posting Komentar