Kronologi Hantu Resesi Bisa Dekati Ekonomi RI

Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia terancam masuk ke jurang resesi ekonomi pada 2020. Ancaman datang dari pandemi Covid-19 yang menekan hampir semua aspek termasuk perekonomian nasional.

Untuk mengantisipasi agar ancaman itu tak terjadi, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku telah mempersiapkan sejumlah skenario penyelamatan.

Ancaman resesi ekonomi sebetulnya sudah mulai terasa sejak periode pertengahan hingga akhir 2019. Namun, kala itu penyebabnya adalah perang dagang AS-China yang mempengaruhi perdagangan global.


Akibat perang dagang itu, perekonomian global mengalami perlambatan dan ketidakpastian. Sejumlah negara yang ekonominya banyak berkaitan dengan rantai pasok (supply chain) global mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2019 akibat perang dagang itu.

Sebut saja, Jerman tumbuh negatif 0,1 persen dan Jepang minus 1,9 persen. Terkait resesi, The Washington Post mengatakan terdapat sembilan negara yang terancam resesi seperti Jerman, Inggris, Italia, Meksiko, Brasil, Argentina, Singapura, Korea Selatan, dan Rusia.

Meski sejumlah negara sudah mengalami kontraksi, namun ancaman resesi ekonomi belum nyata bagi Indonesia. Bendahara negara dan sejumlah ekonom pun mengkonfirmasi hal tersebut.

Indonesia, baru pada tahapan memasang lampu kuning alias waspada. "Nanti lihat dari statistik, nanti lihat saja di BPS (pertumbuhan ekonomi) kuartal ketiga ini. Kami akan terus mewaspadai saja," ungkap Sri Mulyani pada Oktober 2019 lalu.

[Gambas:Video CNN]

Pernyataan bendahara negara diamini oleh sejumlah ekonom, salah satunya Ekonom Senior Indef Faisal Basri. Ia mengatakan pemerintah tak perlu panik bahwa resesi akan mendekati Indonesia.

Sebab, faktor eksternal bukanlah kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Jadi ancaman resesi dunia dan perang dagang, itu dampaknya kecil bagi Indonesia. Beda dengan Singapura, kalau dunia gonjang-ganjing, ia ikut gonjang-ganjing. Ekonomi dunia resesi, Indonesia tidak akan. Mungkin tidak semua orang percaya dengan saya," ujarnya.

Memasuki 2020, optimisme justru muncul alih-alih kewaspadaan pada perlambatan ekonomi global. Sebab, tensi dagang AS-China mereda ditandai dengan kesepakatan fase I dua negara.

Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, sempat berharap kesepakatan dagang itu memberikan sentimen positif dalam bentuk peningkatan aliran modal asing masuk (capital inflow) hingga penguatan nilai tukar rupiah.

"Tentu dinamika nilai tukar (rupiah) akan kami hitung berdasarkan ekonomi dalam negeri dan global. Tapi harapannya, perjanjian AS dengan China, kemudian suku bunga (global) yang rendah bisa menyebabkan capital inflow (bagi Indonesia)," ujarnya pada awal Januari lalu.

Virus corona sendiri pada awal tahun belum menjangkiti Indonesia, meskipun sudah menular di beberapa negara terutama China sebagai episentrum. Pemerintah pun belum melihat virus corona sebagai ancaman serius.

Tak butuh waktu lama, penyebaran virus corona makin masif ke beberapa negara termasuk negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Australia. Hingga akhirnya, pemerintah menyatakan secara resmi dua pasien positif tertular virus corona pada 2 Maret lalu. Menyusul, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan virus corona sebagai pandemi global dan menyebutnya sebagai Covid-19.

Sifat Covid-19 yang mudah menular antar manusia membuat penyebarannya semakin massif. Guna mencegah penularannya, maka Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai 10 April karena ibu kota menjadi episentrum virus corona di Indonesia.

Selama masa PSBB, Pemprov DKI Jakarta menutup seluruh aktivitas, kecuali delapan sektor. Delapan sektor yang masih bisa beroperasi yakni kesehatan, pangan, energi, komunikasi, distribusi barang, keuangan dan perbankan, kebutuhan sehari-hari, dan sektor industri strategis.

Langkah DKI Jakarta diikuti oleh sejumlah daerah yang mulai terjangkit virus corona. Imbasnya, kegiatan perekonomian terpuruk akibat pemberlakuan PSBB.

Kondisi ini tampak dari anjloknya pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 menjadi 2,97 persen. Pertumbuhan itu turun dibandingkan dibanding kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen.

Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2019 yakni 4,97 persen. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan angka itu merupakan posisi terendah secara kuartal sejak 2001.

Pada kuartal I 2001 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 3,87 persen. Setelah anjlok di kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi diprediksi makin terpuruk pada tiga bulan berikutnya hingga mencapai minus.

Bendahara negara beberapa kali merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 hingga menjadi minus 3,8 persen. Pemicunya adalah penerapan PSBB di sejumlah daerah sehingga membuat aktivitas masyarakat praktis berhenti.

Pada titik ini, ancaman resesi ekonomi akibat Covid-19 mulai nyata di depan mata. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu sudah membeberkan skenario resesi ekonomi guna mengantisipasi kondisi tersebut.

Skenario pertama, pemerintah memproyeksi ekonomi Indonesia tumbuh positif pada kuartal III 2020, yaitu di kisaran 1,4 persen. Itu berarti, Indonesia bisa lepas dari jurang resesi lantaran kontraksi ekonomi hanya terjadi di kuartal II 2020 yakni minus 3,8 persen.

Skenario ini didasari kebijakan pemerintah sejumlah daerah melangsungkan masa transisi dari PSBB ke tatanan hidup baru (new normal). Kondisi new normal ditandai dengan pembukaan kegiatan ekonomi secara bertahap.

Selain itu, stimulus yang digelontorkan pemerintah diharapkan mampu mulai menopang daya beli masyarakat. Untuk diketahui, pemerintah menganggarkan dana penanganan Covid-19 sebesar Rp695,2 triliun. Dana itu bertambah dari usulan awal yakni Rp405,1 triliun.

Mayoritas bantuan, senilai Rp203,9 triliun dialokasikan untuk perlindungan sosial. Skenario kedua, pertumbuhan ekonomi melanjutkan kontraksi di kuartal III 2020, yakni minus 1,6 persen.

Jika kondisi tersebut terjadi, maka Indonesia mengalami resesi ekonomi lantaran sebelumnya juga mengalami kontraksi, tepatnya minus 3,8 persen. Proyeksi perekonomian minus 1,6 persen pada kuartal III 2020 muncul bila masyarakat tidak melakukan konsumsi yang signifikan di masa transisi, meski PSBB sudah mulai dibuka oleh pemerintah.

"Itu technically bisa resesi kalau kuartal III negatif dan secara teknis Indonesia bisa masuk zona resesi. Jadi range (kisaran) kami 1,4 persen sampai minus 1,6 persen untuk kuartal III 2020," ungkap Ani beberapa waktu lalu.

Kendati memiliki skenario resesi ekonomi, namun ia masih optimis bahwa laju perekonomian masih bisa positif pada kuartal IV 2020. Pasalnya, masa puncak pandemi virus corona diyakini terjadi pada pertengahan tahun ini.

Pada periode ini, pemerintah mematok prediksi pertumbuhan ekonomi pada rentang 3,4 persen atau skenario sangat buruk sekitar 1 persen. Dengan demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2020 yaitu di rentang minus 0,4 persen sampai 1 persen.

Sementara untuk tahun depan, Sri Mulyani menyatakan pemerintah masih optimis memasang target pertumbuhan 4,5 persen sampai 5,5 persen. Sebab, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sudah mulai dilakukan pada paruh kedua tahun ini.

(ulf/agt)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/3i5Rvkm

June 24, 2020 at 09:08AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kronologi Hantu Resesi Bisa Dekati Ekonomi RI"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.