CNN Indonesia | Kamis, 28/03/2019 14:00 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang ibu dengan empat orang anak asal Bahrain, Najah Yusuf, berbagi kisah di penjara karena mengkritik ajang balap Formula Satu (F1) yang berlangsung di negara Timur Tengah tersebut.Pada 2017, Najah mengkritik Grand Prix Bahrain di Facebook. Sejak saat itu, ia dipenjara, dipukul, hingga mengalami kekerasan seksual.
"Saya ibu dari empat orang anak, tetapi saya belum melihat anak-anak saya selama enam bulan terakhir. Hukuman yang sama juga dijatuhkan kepada teman satu sel saya, Hajer [Mansoor] dan Medina [Ali]. Situasi ini menghancurkan hati saya, tetapi saya menganggap diri saya beruntung dibandingkan dengan yang lain," kata Najah seperti yang dikutip tulisan terbuka dia di The Guardian pada Kamis (28/3)."Sikap saya tidak berubah. Selama bertahun-tahun, keluarga penguasa telah menggunakan seri balapan F1 di Bahrain untuk membersihkan reputasi internasional dan menghapus kepedulian terhadap hak asasi manusia. Selama itu juga F1 secara konsisten mengabaikan pelanggaran yang terjadi," katanya menambahkan.
Dalam tulisan tersebut, Najah mengaku sebagai seorang pegawai negeri sipil dari Bahrain. Ia menulis keresahannya itu dari penjara Isa Town yang berjarak 22 kilometer dari Sirkuit Internasional Bahrain yang menjadi tuan rumah Grand Prix tahunan F1.
![]() |
Atas unggahan di dunia maya, Yusuf diinterogasi di kantor polisi Muharraq yang merupakan markas dari Badan Keamanan Nasional yang terkenal sadis.
Sepekan setelah seri balap Bahrain 2018, Yusuf diinterogasi tanpa henti karena meminta balapan F1 Bahrain dibatalkan dan pembebasan bagi orang lain yang mengkritik F1.
"Tapi yang paling parah, petugas merobek jilbab saya dan berusaha melepaskan pakaian saya, sebelum seorang petugas melakukan pelecehan seksual terhadap saya. Rasa sakit dan penghinaan saat itu akan menghantui saya selama sisa hidup. Semua ini karena saya mengambil sikap menentang negara dan balapan Grand Prix," ucapnya melanjutkan.
Pada hari kelima, Najah merasa tidak tahan lagi atas segala perlakuan yang ia dapat di penjara. Ia lelah secara fisik, mental, dan emosi.
"Saya ingin ini segera berakhir, petugas memberi saya surat pengakuan untuk ditandatangani. Ketika saya baca, petugas memukul saya lagi dan mengancam akan memperkosa saya. Jadi saya menandatanganinya," ujar Najah."Dalam kondisi trauma secara emosial, saya menghadapi jaksa penuntut umum yang tidak tertarik dengan cobaan yang saya alami. Tanpa kehadiran seorang pengacara, saya sekali lagi menandatangani surat pengakuan yang dipersiapkan untuk saya," ucap Najah. (nva/har)
https://ift.tt/2Ov0r47
March 28, 2019 at 09:00PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kritik F1 Bahrain, Ibu Empat Anak Disiksa dan Dipenjara"
Posting Komentar