Berhitung Untung dan Rugi Klub Sepak Bola Go Public

Jakarta, CNN Indonesia -- Sepak terjang duet kakak beradik Pieter Tanuri dan Yabes Tanuri dalam dunia bisnis meluas hingga ke rumput hijau. Keduanya sepakat mengambil alih kepemilikan klub sepak bola Persisam Putra Samarinda pada 2015, kemudian menyulapnya menjadi Bali United. Termasuk memindahkan 'kandang' sesuai nama klub, dari Pulau Kalimantan ke Pulau Dewata.

Pieter Tanuri semula dikenal khalayak sebagai pengusaha ulung pemilik perusahaan ban PT Multistrada Arah Sarana Tbk. meski kini dia telah melego sahamnya kepada perusahaan ban asal Perancis, Michellin. Sementara itu, sang adik Yabes Tanuri memiliki tiga lisensi profesi dalam dunia jasa keuangan, atau sebut saja pialang saham.

Dalam 'usaha' klub sepak bola Bali United itu, Pieter diketahui menjabat komisaris utama, sementara Yabes sebagai Direktur Utama perusahaan.

Tak berhenti sampai membeli dan menyulap klub sepak bola, Tanuri bersaudara kemudian memutuskan untuk membawa perusahaan yang bernama resmi PT Bali Bintang Sejahtera Tbk itu ke lantai bursa saham pertengahan Juni 2019 lalu.


Dengan penjualan saham ke publik (go public) itu, Bali United mencetak sejarah sebagai klub sepak bola pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara yang bertengger di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI).

CEO Bali United Yabes Tanuri menyampaikan, dari sisi korporat, dia mengakui perusahaan membutuhkan modal untuk pengembangan usaha yang lebih besar dan lebih cepat. Selain bisnis klub sepak bola, perusahaan memiliki empat lini bisnis lain, sebut saja event organizer, restoran, merchandise, dan e-sport.

"Kalau dari sisi klub, dengan menjadi perusahaan terbuka, maka akan lebih dipercayai oleh perusahaan nasional maupun multinasional. Sponsor juga akan lebih percaya," ujarnya saat ditemui tim CNNIndonesia.com di kantornya, beberapa waktu lalu.

Melalui penjualan saham ke publik, perusahaan memperoleh dana tanpa beban bunga layaknya kredit ke bank. Pada akhirnya, lanjut Yabes, dana yang mencukupi dapat menjaga stabilitas prestasi klub.


Kendati demikian, bukan berarti perusahaan tak menelan risiko dari aksi go public tersebut. Tak dipungkiri, harga saham perusahaan akan dipengaruhi oleh sentimen hasil pertandingan setiap kali Bali United bermain. Dia mengakui, prestasi klub di masa mendatang akan turut mempengaruhi kinerja bisnis perusahaan.

Tantangan lain, Yabes juga mengaku mesti menyiapkan tim akuntan finansial tambahan yang mumpuni untuk mengurusi seluruh kewajiban sebagai perusahaan terbuka.

"Kalau sudah IPO, tiga bulan sekali harus laporan ke OJK, laporan keuangan diaudit, publikasi di media. Hal-hal legal harus tepat waktu dan tak boleh keteteran," sebut Yabes.

Tak hanya itu, transparansi kinerja klub juga menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Namun, Bali United 'nekat' ingin memperlihatkan transparansi klub kepada para suporter, hal yang selama ini enggan dilakukan klub sepak bola nasional lain. Beruntung, menurut dia, sejak awal manajemen telah menyiapkan tata kelola perusahaan yang baik, dan administrasi legal yang rapi.

Langkah go public Bali United juga membuat beberapa klub sepak bola Tanah Air ingin mengikuti jejaknya.


Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna memberi sinyal klub bola Arema FC akan menyusul Bali United menawarkan saham ke publik. Ia mengkonfirmasi telah bertemu dengan klub bola asal Malang tersebut.

"Jadi, memang Arema sudah kami lakukan pendekatan. Kami kontak mereka, mereka respons dan setelah itu kami datangi," ucap Nyoman, Senin (17/6).

Tak hanya Arema FC, BEI juga akan bertemu dengan Persija dan Persib untuk mendorong kedua klub itu melempar sebagian sahamnya ke publik.

Direktur Utama Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan dengan menjadi perusahaan publik, klub sepak bola bisa mendapatkan berbagai keuntungan.

Pertama, klub sepak bola bisa meraih dana segar dari gelaran IPO. Lebih lanjut, dana ini bisa digunakan klub bola untuk modal mengembangkan bisnisnya maupun menjaring pemain baru yang berkualitas.

Menakar Untung Rugi IPO Klub Sepak Bola Uji coba tim U-23 melawan Bali United. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf).

Bali United tercatat mengantongi dana segar sebesar Rp350 miliar. Manajemen mengatakan akan menggunakan dana hasil IPO untuk memenuhi kebutuhan investasi, memperkuat struktur permodalan di entitas anak, dan sisanya untuk modal kerja.

Kedua, gelaran IPO ini diyakini bisa meningkatkan fanatisme fans klub bola itu. Ia meyakini banyak fans Bali United yang memborong saham emiten berkode BOLA itu. Toh, kini membeli saham di pasar modal makin mudah dilakukan, bahkan bisa dengan modal Rp100 ribu.

"Ketiga, mereka mendapat sarana iklan lewat go public. Jadi ketika diliput oleh media itu menjadi sarana iklan bagi mereka," ujarnya.

Namun demikian, perjuangan klub bola tidak berhenti hanya dengan euforia go public. Ia bilang klub bola harus mampu menunjukkan kinerja perusahaannya sekaligus menjaga prestasinya.

Pasalnya, bisnis klub bola ini cenderung unik dan berbeda dibandingkan perusahaan lainnya. Pendapatan mereka terutama didapat dari iklan, penjualan merchandise, penjualan tiket, hak siar, dan sebagainya. Dari sisi pengeluaran, klub bola harus menggaji pemain dan membeli pemain. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi klub bola dibandingkan dengan perusahaan pada umumnya.


"Menariknya klub bola berprestasi cenderung mendapatkan iklan dan penjualan tiket lebih banyak. Namun, mereka juga butuh pemain yang lebih mahal, jadi tidak mudah bagi klub bola untuk balance (menyeimbangkan) itu," tuturnya.

Selain kinerja perusahaan, ia bilang klub bola juga dituntut untuk menjaga prestasinya. Sebab, hal itu akan menjadi salah satu tolak ukur bagi investor maupun basis fans klub bola itu.

Secara umum, ia merekomendasikan beli untuk untuk saham BOLA. Alasannya, industri sepak bola tanah air masih memiliki prospek bagus ke depan serta sepak bola menjadi salah satu olahraga favorit di Indonesia.

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan IPO akan membantu klub bola mencari alternatif pendanaan.


"Apalagi masing-masing klub sepak bola dituntut agar independen dalam rangka mencari sumber pendanaan," tuturnya.

Di luar sisi materiil, dengan menjadi perusahaan tercatat klub bola dipastikan lebih profesional dalam pengelolaan bisnisnya. Sebab, sebagai perusahaan tercatat, mereka diwajibkan memberikan transparansi kepada publik sebagai pemegang saham.

Misalnya dari sisi laporan keuangan, perusahaan tercatat harus memberikan laporan keuangan setiap kuartal. Laporan keuangan ini bisa diakses oleh publik melalui laman resmi BEI. Pun demikian, dengan seluruh aksi korporasi perusahaan harus dilaporkan kepada bursa sebagai otoritas di pasar modal.

"Saya pikir sisi positifnya klub sepak bola akan lebih profesional dalam mengelola bisnisnya, kalau dulu hanya sebatas pembinaan sepak bola," katanya.

Namun, hal tersebut juga menjadi tantangan tersendiri bagi klub sepak bola. Sebab, jika kinerjanya buruk atau tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, maka akan memberikan dampak negatif bagi pergerakan saham maupun prestasi klub bola sendiri.

Ia menilai saham BOLA bisa dijadikan alternatif investasi jangka panjang. Alasannya, secara fundamental perseroan menunjukkan perbaikan kinerja keuangan. Pada 2018, perseroan berhasil mengantongi kenaikan pendapatan sebesar 119,42 persen dari Rp52,5 miliar menjadi Rp115,2 miliar. Kenaikan pendapatan membuat perusahaan meraup pertumbuhan laba sebesar 885,89 persen dari Rp481,63 juta menjadi Rp4,74 miliar.

"Apalagi animo sepak bola di tanah air sangat besar, bahkan terbesar di Asia. Kalau melihat pertandingan sepak bola pasti padat. Jadi investor hanya perlu mencermati kinerja fundamental dan good corporate governance (tata kelola perusahaan)," ujarnya. (lav)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2IArJF1

June 23, 2019 at 03:58PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Berhitung Untung dan Rugi Klub Sepak Bola Go Public"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.