Adalah mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin yang pertama menggagas biopik tentang tokoh politik sekaligus penulis asal Sumatera Barat itu. Ia menawarkan kepada produser Starvision Plus, Chand Parwez untuk membuat film tentang Buya Hamka.
Tanpa pikir panjang Chand Parwez langsung merespons tawaran yang datang pada 4 November 2014 itu. Ia sampai hadir dalam pertemuan di kantor MUI. Menurutnya, ini merupakan film Indonesia pertama di mana rumah produksinya bekerja sama dengan MUI.
"Buya Hamka adalah orang yang terkenal ketokohannya. Tapi apa yang kita berikan [semoga bisa jadi] pencerahan dan inspirasi bagi kita semua," kata Chand saat jumpa media di kantor Falcon Pictures, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Senin (25/3).
Setelah disepakati pada 2014, film Buya Hamka melalui proses panjang. Terutama soal penulisan naskah. Diceritakan Chand, naskahnya harus direvisi berkali-kali karena dirasa belum 'kena.' Penulisan naskah akhirnya baru rampung setelah tiga tahun lamanya.
Chand mempercayakan penulisannya pada Alim Sudio. Ia dikenal sebagai penulis naskah untuk Ayat-ayat Cinta 2, Surga yang Tak Dirindukan, Guru Ngaji, dan Ranah 3 Warna.
Sementara sutradara diserahkan pada Fajar Bustomi, yang sukses menggarap Dilan 1990 (2018) yang berhasil meraup 6,3 juta penonton dan Dilan 1991 yang masih tayang di bioskop.
Fajar terkesan oleh tulisan-tulisan Buya Hamka. Salah satu yang membekas di ingatannya, "Seorang muslim yang baik harus menghargai dan menghormati seluruh makhluk dan manusia yang berbeda agama." Fajar pun tersentuh, apalagi melihat kondisi Indonesia belakangan.
"Saya rasa perlu hadir sosok seperti beliau untuk menyejukkan Indonesia," kata Fajar.
Pemeran Buya Hamka sudah dipastikan jatuh ke tangan aktor peran Vino G. Bastian yang baru-baru ini memerankan Wiro Sableng. Ini bukan kali pertama Vino memerankan karakter nyata. Sebelumnya ia menampik segala keraguan penggemar saat memerankan Chrisye pada 2017.
Ia sudah bertemu keluarga Buya Hamka untuk riset perannya. Vino pun membaca buku-buku karangannya, seperti Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Menurut Vino, Buya Hamka telah melewati beberapa perubahan hingga menjadi sosok yang dikenal banyak orang. Ia mengetahui itu setelah membaca beberapa bukunya.
"Ketika bertemu Fajar [Fajar Bustomi, sutradara] dan dikasih buku Akhlaqul Karimah, itu mengubah pikiran saya tentang Hamka itu siapa. Saya harus pelajari bahasa Arab, salah satu bahasa yang ia kuasai, kemudian apa yang ia lakukan saat kemerdekaan. Sangat krusial dan sensitif, tapi itu yang menarik bagi saya untuk memerankan ini," kata Vino.
Istri Buya Hamka, Siti Raham akan diperankan oleh Laudya Cynthia Bella.
Aktris asal Kota Kembang ini merasa bangga bisa terlibat dalam film Buya Hamka, salah satu tokoh yang ia hormati. Namun tak memungkiri, ia juga merasa kesulitan.
"Kesulitan banget, dari bahasa juga. Kemudian saya lahir 1988, sementara latar belakang film ini zaman kakek saya," kata Bella.
Selain Vino dan Bella, film ini juga dibintangi oleh Desi Ratna Sari sebagai ibu Buya Hamka bernama Safiyah dan Donny Damara sebagai ayahnya, bernama Abdul Karim Amrullah.
Selain itu ada Ayu Laksmi, Ayudya Bing Slamet, Mawar de Jongh, Ben Kasyafani, Verdi Solaiman, Teuku Rifnu Wikana dan Rey Bong.
Pengambilan gambar film ini dimulai pada April mendatang di Sumatera Barat, Semarang, Tegal, Jakarta, dan Sukabumi. Direncanakan syuting akan selesai dalam waktu 62 hari.
Buya Hamka merupakan salah satu tokoh agama Islam paling terkenal di Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai ketua MUI dan aktif di Muhammadiyah. Ia juga sastrawan andal. Buku-bukunya yang terkenal, Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938) dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1938) sudah lebih dahulu diadaptasi menjadi film. (adp/rsa)
https://ift.tt/2us0qVt
March 26, 2019 at 03:05AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kehidupan Buya Hamka Diangkat Jadi Film"
Posting Komentar