Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Saparis Soedarjanto mengatakan kontribusi tambang, perkebunan, dan pertanian terhadap banjir di sana tidak signifikan.
Menurutnya, luas wilayah tambang di sana hanya 828 hektare atau 0,13 persen dari luas total wilayah tangkapan air yang mencapai 600 ribu hektare. Jika ditambah wilayah pertanian kering seluas 10 ribu hektare dan perkebunan, total luasnya tidak sampai lima persen dari luas tangkapan air di sana."Misalnya ditambah perkebunan, dibawah 5 persen lah totalnya. Artinya ya mereka cuma 5 persen dari daerah tangkapan air itu," kata pria yang akrab disapa Toto itu kepada CNNIndonesia.com, Kamis (13/6).
Kendati begitu Toto juga tidak menyangsikan bahwa erosi dan sedimentasi dari pertanian lahan kering, tambang ikut berkontribusi. Hal itu terlihat dari warna air banjir yang cokelat.
![]() |
"Memang erosi dan sedimentasi menyebabkan pendangkalan sehingga kapasitas kampung dan kapasitas mengalirkan jadi berkurang," ujarnya
"Memang ada [sedimentasi] dari tambang, tapi cuma 0,13 persen. Dia (Konawe) ada tambang, cuma 0,13 persen, ada kebun pertanian kering. Itu dikumulatifkan di bawah 5 persen, ya pastinya tidak signifikan [kontribusinya pada banjir]," lanjut Toto.
Lubang Bekas TambangSelain Konawe Utara, banjir juga terjadi di sebagian wilayah Samarinda, Kalimantan Timur. Toto mengatakan banjir di sana juga bukan terjadi akibat aktivitas tambang batu bara di wilayah tersebut.
Diketahui, wilayah Kalimantan banyak terdapat aktivitas tambang batu bara dan mengakibatkan lubang bekas galian tambang. Lubang-lubang itu ditengarai menjadi salah satu penyebab banjir di sana.
![]() |
Namun, kata Toto, banjir di sana terjadi karena curah hujan yang tinggi. Hal itu kemudian ditambah dengan wilayah yang terkena banjir itu berada di dekat delta mahakam.
Sebelumnya, banjir bandang yang melanda sebagian wilayah di Sulawesi dan Kalimantan Timur memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat banjir di Sulawesi terjadi di sejumlah kota dan kabupaten di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.Salah satu wilayah paling parah terdampak banjir adalah Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. BNPB mencatat perkembangan situasi per 9 Juni 2019, banjir di Kabupaten Konawe Utara mengakibatkan 1.091 KK atau 4.198 jiwa mengungsi.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Tenggara menyebut ada 71 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kabupaten Konawe Utara hanya pada periode 2009-2012.
![]() |
"Untuk penyebab banjir di Konawe Utara, kita jangan sembarang berspekulasi, perlu dilakukan kajian ilmiah, jangan kemudian kita langsung beranggapan bahwa penyebab banjir ini adalah karena aktivitas tambang," kata dia, dikutip dari Antara.
(SAH/arh)http://bit.ly/2KT3i7v
June 14, 2019 at 02:38PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "KLHK Klaim Tambang dan Perkebunan Bukan Dalang Banjir Konawe"
Posting Komentar