Mengutip Antara, minyak mentah berjangka Brent turun US$2,06 atau 4 persen ke posisi US$49,67. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melemah US$1,66 atau 3,2 persen menjadi US$50,52 per barel.
Sepanjang pekan, minyak Brent merosot hampir 14 persen. Penurunan tersebut merupakan keterpurukan mingguan terbesar sejak Januari 2016. Sementara WTI jatuh lebih dari 16 persen, terbesar sejak Desember 2008
Merebaknya virus corona memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global sehingga menekan permintaan energi. Enam negara di tiga benua melaporkan temuan pertama virus mematikan tersebut. Menanggapi kondisi tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk meningkatkan peringatan risiko virus corona menjadi 'sangat tinggi'.
China melaporkan 327 kasus baru, terendah dalam lebih dari sebulan. Namun, epidemi itu melonjak di tempat lain.
Angka WHO terbaru menunjukkan lebih dari 82 ribu orang telah terinfeksi di seluruh dunia, serta lebih dari 2.700 kematian di China dan 57 kematian di 46 negara lainnya.
[Gambas:Video CNN]
Jatuhnya harga Brent, membuat pasar memusatkan perhatian pada pertemuan minggu Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, atau dikenal sebagai OPEC+. Organisasi itu dijadwalkan bertemu di Wina pada 5-6 Maret.
"OPEC+ harus menurunkan produksi lebih dalam karena harga minyak tetap jatuh bebas," ujar analis pasar senior di OANDA di New York Edward Moya.
Beberapa anggota penting OPEC condong ke arah pengurangan produksi minyak dalam jumlah besar dari perkiraan sebelumnya. Sebuah sumber menuturkan, Arab Saudi sebagai produsen terbesar di OPEC, dan beberapa anggota lainnya sedang mempertimbangkan pengurangan produksi sebanyak 1 juta barel per hari (bph) pada kuartal kedua 2020. Angka itu naik dari usulan awal yakni 600 ribu bph.
(ulf/agt)https://ift.tt/2I7k3ck
March 02, 2020 at 07:25AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Minyak Anjlok 14 Persen Akibat Virus Corona"
Posting Komentar