Lansia Disebut Bisa Tertular Covid-19 dari Cucu

Jakarta, CNN Indonesia -- Orang dengan usia lanjut atau lansia termasuk kelompok yang rentan penularan virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2. Karena itu kalangan ini mesti lebih berhati-hati sebab bisa dengan mudah tertular saat berinteraksi. Salah satunya dengan cucu mereka.

Ketua Aliansi Telemedia Indonesia, Purnawan Junadi mengatakan anak kecil berpotensi menjadi pembawa virus atau carrier tanpa disadari. Sebab daya tahan tubuh mereka masih bagus, sehingga gejala seringkali tak tampak.

"Memang agak riskan juga ya, cucu. Dari segi kesehatan, kalau kakek itu rentan, cucu itu biasanya tahan," jelas Purnawan dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan BNPB, Jakarta akhir pekan lalu.

Karena itu, dokter yang juga profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini mengingatkan kelompok lansia untuk menerapkan protokol kesehatan selama berinteraksi dengan cucu mereka. Misalnya, tetap menjaga jarak fisik, mencuci tangan secara teratur dan mengonsumsi makanan yang bergizi.
"Dia [cucu] bisa menjadi [carrier]. Jadi sementara hati-hati jika berhubungan dengan cucu, waspada, cuci tangan, pakai masker," kata dia lagi.

Selama ini, kasus Covid-19 nyaris absen menjangkiti kalangan anak-anak. Di China, dilaporkan hanya sebanyak 2,4 persen kasus covid-19 pada anak-anak dan hanya 0,2 persen yang sakit hingga kritis. Justru yang fatal dialami lansia.

Mereka yang berusia 80 tahun ke atas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki estimasi fatalitas 21,9 persen. Data sementara ini menunjukkan, virus penyebab Covid-19 itu rupanya punya efek lebih parah pada lansia dibanding anak-anak.

"Dengan infeksi pernapasan seperti ini, kita biasanya melihat kurva berbentuk U pada siapa yang paling terkena serangan. Anak-anak mudah di satu ujung U karena sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang dan orang tua di ujung lain karena sistem kekebalan tubuh lebih lemah," jelas Vineet Menachery, ahli virologi di University of Texas Medical Branch melansir dari The Washington Post.

Sementara itu Frank Esper, spesialis penyakit menular anak di Cleveland Clinic's Children mengatakan masih ada banyak pertanyaan mengenai sebab mengapa anak-anak tidak terpengaruh, tapi justru berpotensi mengakibatkan kelompok lain 'terbunuh'.

"Mungkin tak ada hubungannya dengan virus dan ada hubungannya dengan inang virus, seperti kondisi yang mendasarinya di paru-paru, diabetes atau hipertensi. Lagipula, beberapa anak berusia 7 tahun atau bayi baru lahir, mengalami hipertensi," kata Frank menduga.

Sementara itu Justin Lessler, ahli epidemi penyakit infeksi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health memperkirakan perlu waktu panjang untuk menemukan jawaban tersebut. Namun ia mewanti, saat anak-anak terkena infeksi, mereka tetap bisa menyebarkan virus meski gejala pada anak tidak begitu tampak atau bahkan tak terdeteksi.

"Jika kita berpikir kalau anak-anak tidak terinfeksi, maka penutupan sekolah mungkin justru menciptakan kesulitan ... Tapi data justru menunjukkan, menutup sekolah adalah hal penting demi mencegah penularan," ungkap Lessler seperti dikutip dari Wired.

(els/NMA)

Let's block ads! (Why?)