Liverpool yang kemungkinan besar bakal jadi juara Liga Inggris musim ini memang bakal menghadirkan kiamat. Namun hal itu berlaku dalam skala kecil, untuk Manchester United dan pendukungnya.
Manchester United dan Liverpool adalah rival sejati di sepak bola Inggris. Sejak era Premier League dimulai, MU dan suporternya terus menari-nari membanggakan pencapaian timnya yang selalu di atas 'The Reds'.
Di tahun 90-an, The Reds lewat Robbie Fowler, Michael Owen, dan Steve McManaman beberapa kali jadi pesaing serius MU dalam perburuan gelar namun selalu berujung kegagalan menyakitkan.
Masuk ke era 2000-an, Liverpool tak juga berhasil meruntuhkan kejayaan Manchester United era Sir Alex Ferguson. Pada musim 2008/2009, MU merebut gelar Liga Inggris yang ke-18 menyamai rekor gelar juara milik Liverpool.
Pendukung Liverpool sudah terlalu lama menunggu gelar Liga Inggris yang terakhir kali dimenangkan 1990. (AP Photo/Jon Super)
|
'Setan Merah' kemudian menambah dua gelar lagi di musim 2010/2011 dan 2012/2013 sehingga mereka berdiri sebagai pemegang rekor gelar Liga Inggris dengan torehan 20 gelar.
Khusus untuk era Premier League, MU mencatat 13 gelar di saat Liverpool hanya sanggup membayangkan mengangkat trofi juara. Liverpool bahkan makin jadi bulan-bulanan karena sejumlah kegagalan yang mereka lakukan, terutama ketika Steven Gerrard terpeleset di 2013/2014 dan ketika mereka mencatat rekor poin sebagai runner up, bahkan melebihi jumlah poin dari banyak tim juara di beberapa sebelumnya di 2018/2019. Tentu saja itu sebuah rekor menyakitkan.
Kegembiraan MU atas catatan-catatan itu sesaat lagi bakal terhenti. Liverpool bakal jadi tim terbaik di Liga Inggris musim ini. Nyaris mustahil bagi Manchester City bisa menyusul perolehan angka Liverpool di sisa kompetisi.
Ketika melihat pendukung Manchester City alias 'Noisy Neighbours' bergembira sudah terasa menyakitkan, haru biru Liverpool dan pendukungnya ketika merayakan gelar juara Liga Inggris bakal terasa makin perih dan pedih.
Parahnya lagi, gelar juara Liverpool datang di saat yang tidak tepat bagi Manchester United, yaitu saat mereka krisis identitas dan terancam kehilangan status sebagai tim besar.
Manchester United sulit untuk masuk dalam persaingan perburuan gelar juara. (AP/Dave Thompson)
|
MU dan Liverpool Bisa Tukar Nasib
Ketika Liverpool dipastikan juara Liga Inggris 2019/2020, komentar apa yang bakal sering muncul dari pendukung Manchester United?
Kemungkinan besar adalah komentar: "Gelar juara MU masih lebih banyak (20 gelar). Kami juga sudah 13 kali juara Premier League, Liverpool baru satu saja sudah sombong."
Lalu pendukung Liverpool akan membalas: "Hanya sejarah terus yang dibanggakan. Kita berbicara tentang saat ini."
Liverpool tampil sensasional di Liga Inggris musim ini. (AP/Jon Super)
|
Kalimat-kalimat seperti itu muncul berlawanan dari yang sering terucap pada satu dekade silam.
Saat itu pendukung Liverpool lebih banyak berlindung di balik sejarah kebesaran 'The Reds' dalam perdebatan melawan pendukung MU. Sementara pendukung-pendukung MU menepuk dada membanggakan pencapaian dan prestasi dalam situasi terkini.
Kembali ke masa kini, saat ini bagi Liverpool adalah surga. Mereka memenangkan Liga Inggris setelah tahun lalu jadi juara Liga Champions. Kekalahan di Liga Champions di musim ini tidak akan banyak dipusingkan lantaran mereka bakal lebih sibuk membayangkan perayaan gelar juara Liga Inggris.
Sementara itu bagi MU, kejayaan mereka mulai terasa sebagai masa lalu yang jauh di belakang. MU mungkin tidak akan terlalu kecewa melihat keberhasilan Liverpool juara Liga Inggris bila mereka masih bisa menjadi juara 2-3 musim lalu.
Namun kondisi yang terjadi adalah MU terakhir kali jadi juara Liga Inggris pada tujuh tahun lalu. Tak sampai di situ, kondisi MU benar-benar memprihatinkan sehingga dalam beberapa musim terakhir mereka tak layak menjadi penantang gelar juara.
Khusus pada musim ini pun, MU hanya memasang ambisi untuk bisa lolos ke Liga Champions di akhir musim. Sebuah ambisi yang sejatinya cukup hina untuk klub dengan prestasi mentereng seperti MU.
Kualitas tim MU yang jauh di bawah Liverpool itu pula yang membuat pendukung MU bakal lebih banyak berlindung di balik sejarah dalam perdebatan beberapa waktu ke depan.
Jurgen Klopp berhasil membentuk tim elite hanya dalam kurun waktu lima tahun. (AFP/PAUL ELLIS)
|
MU Gelisah, Liverpool Tenang
MU musim ini adalah tim dengan salah satu pengeluaran gaji terbesar. Namun nama-nama pemain di dalamnya tidak menunjukkan diri sebagai pemain yang mampu mengangkat kualitas MU.
Pogba yang diharapkan sebagai pemimpin justru malah gelisah ingin pindah klub. Anthony Martial dan Marcus Rashford masih belum menunjukkan konsistensi dari pertandingan ke pertandingan.
Dalam banyak pertandingan, pola main MU seringkali tidak jelas. Krisis MU makin terlihat saat Harry Maguire yang baru datang langsung dijadikan kapten tim, sebuah pertanda pemain-pemain yang ada sebelumnya tidak cukup layak untuk menjadi pemimpin.
MU memang sedikit membaik seiring kehadiran Bruno Fernandes. Namun hal itu butuh pengujian lebih lama. Fernandes juga butuh tambahan rekan setim yang memiliki kualitas papan atas agar MU bisa bangkit.
Masalahnya, MU tidak akan lagi mudah menarik pemain bintang, terutama bila mereka kembali gagal lolos ke Liga Champions pada musim depan.
Situasi ini mirip yang dialami oleh Liverpool sebelumnya. Liverpool kesulitan menahan kepergian pemain bintang padahal mereka bersinar dan melejit bersama 'The Reds'.
Xabi Alonso, Fernando Torres, Luis Suarez, hingga Phillippe Coutinho adalah bintang-bintang yang diharapkan jadi pemimpin Liverpool namun akhirnya malah hengkang.
Liverpool dulu seringkali kehilangan pemain bintang yang diharapkan bisa jadi pemimpin tim. (AFP/PAUL ELLIS)
|
Hal yang sama bisa terjadi pada MU saat ini ketika mereka mungkin saja kehilangan Pogba, Anthony Martial atau bahkan Marcus Rashford.
Belum lagi membicarakan status Ole Gunnar Solskjaer. Meski berstatus sebagai salah satu legenda MU, Solskjaer belum sepenuhnya mendapatkan kepercayaan untuk kontrak jangka panjang.
Solskjaer masih berada dalam ancaman pemecatan sehingga proyek jangka panjang MU benar-benar buram ke depannya.
Situasi Liverpool kini jauh lebih baik. Liverpool berhasil menuai buah dari kesabaran mereka pada proyek jangka panjang Jurgen Klopp yang dimulai dalam lima tahun. Melihat Klopp seperti melihat ulang Ferguson mendapatkan kepercayaan dari MU untuk menyusun tim di akhir era 80-an dan memetik hasilnya beberapa tahun kemudian.
Liverpool saat ini jelas jadi salah satu tim papan atas Eropa. Mereka punya skuat yang solid, skema permainan yang jelas, dan pemain pengganti dengan kualitas di atas rata-rata.
Liverpool memang tetap bakal menghadapi potensi kehilangan 1-2 pemain bintang, namun kerangka tim yang disusun Klopp telah terbukti kuat dan kokoh, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Liverpool juga tak akan lagi mengalami kesulitan untuk menggoda pemain bintang melihat status mereka sebagai tim papan atas saat ini.
Liverpool bakal memasuki era keemasan ketika mereka selalu jadi favorit juara di berbagai ajang yang diikuti. Sebaliknya, MU dan pendukungnya bakal menghadapi hari-hari menyakitkan dan kiamat kecil terus berlanjut untuk mereka karena menyaksikan kegembiraan yang dirasakan Liverpool dan suporternya.
(jun)https://ift.tt/3edHsaz
June 18, 2020 at 09:05AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Liverpool Juara, Kiamat Kecil Pendukung Manchester United"
Posting Komentar