Pemeran film Titanic itu menyoroti bahaya efek rumah kaca dari produksi sampah plastik yang kini ditampung Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Sampah hasil buangan warga Jakarta ditampung di kawasan tersebut.
"Indonesia berada di peringkat kedua polusi plastik terbesar di dunia setelah Cina dengan laporan menghasilkan 187,5 ton sampah plastik per tahun, sekitar 1 juta ton di antaranya bocor mencemari laut," ujar akun Instagram @leonardodicaprio pada 15 Maret lalu.
[Gambas:Instagram]
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPST Bantargebang pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto merespons unggahan Leonardo sebagai pegiat lingkungan internasional.
Asep tidak memungkiri keberadaan sampah di Bantargebang berkontribusi negatif pada pencemaran lingkungan di sekitarnya. Pencemaran air tanah maupun polusi bau sampah menyebar melalui udara hingga menimbulkan ancaman penyakit.
"Lingkungan sekitar sudah pasti tercemar. Akan tetapi, kami upayakan untuk meminimalisasi dampak tersebut," ujar Asep dikutip Antara.
Dia menjelaskan TPST Bantargebang merupakan lokasi penimbunan sampah terbesar di Asia Tenggara dengan volume eksisting sampah saat ini berkisar 26 juta meter kubik.
Namun, pihaknya belum melakukan studi khusus terkait tudingan Indonesia sebagai penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia.
TPST Bantargebang berdomisili di tiga wilayah kelurahan seluas total 110,3 hektare, yakni Ciketing Udik, Cikiwul, dan Kelurahan Sumurbatu. Distribusi sampah rata-rata mencapai 7.452 ton per hari dari Jakarta.
Volume itu mengalami tren peningkatan setiap tahun berkisar 400 hingga 1.000 ton dengan komposisi 33 persen sampah plastik, sisa makanan 39 persen, 9 persen kain, 3 persen kulit atau karet, sampah B3 4 persen, kayu atau rumput 4 persen, kertas 4 persen, dan jenis lainnya 4 persen.
Sampah itu ditimbun sejak 1989 hingga sekarang pada lahan seluas total 74,5 persen dari luas lahan TPST. Timbunan sampah terbagi atas Zona I seluas 18,3 hektare, Zona II 17,7 hektare, Zona III 25,41 hektare, Zona IV 11 hektare, Zona V 9,5 hektare dan 28,39 hektare lainnya diperuntukan bagi fasilitas pengolahan sampah.
gGnungan sampah TPST Bantar Gebang, Bekasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
|
Proses ini dilakukan dengan mengeruk sampah eksisting, dipilah dengan mesin ayak untuk memisahkan kompos, logam, dengan nonorganik. Fasilitas tersebut ditargetkan mampu menekan volume sampah plastik hingga 1.000 ton per hari.
Fasilitas selanjutnya adalah teknik pengomposan untuk mengurangi sampah jenis organik seperti daun, sayur, ranting, dan sejenisnya menjadi pupuk dengan kapasitas produksi 40 ton per hari.
Fasilitas lainnya, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan kemampuan produksi listrik berkisar 400 kilowattjam (kWh) dari 100 ton pembakaran sampah nonorganik melalui kerja sama Pemprov DKI dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang bergulir sejak 25 Maret 2019 di sisi selatan TPST.
Pemulung Jadi Andalan
Di atas gundukan sampah yang membusuk, ribuan orang hidup sebagai pemulung sampah. Mereka menghabiskan hari-harinya dengan keranjang rotan yang menempel di punggung sebagai penyimpanan hasil pemilahan sampah plastik untuk didaur ulang atau dijual kembali.
Tercatat sedikitnya 4.000 pemulung beraktivitas memilah sampah di lima zona TPST Bantargebang. Mereka menjadi andalan DKI dalam meminimalisasi volume sampah plastik rata-rata 50 hingga 200 kilogram sampah per pemulung setiap harinya. Artinya, lebih kurang 800 ton sampah berhasil dihilangkan setiap hari melalui aktivitas tersebut.
Sampah itu berupa kemasan makanan, botol plastik, perabotan rumah tangga, hingga kantong kresek dipilah untuk dijual kepada pengepul sehingga menghasilkan nilai ekonomis.
Tumpukan sampah di TPST Bantar Gebang, Bekasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
|
Ridho mendapat omzet dari penjualan sampah plastik berkisar Rp75 ribu hingga Rp100 ribu per hari. Sedangkan pengepul mampu mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah per bulan dari transaksi daur ulang menjadi bijih plastik.
Sebagian bijih plastik tersebut dimanfaatkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum sebagai uji coba bahan baku aspal untuk pengecoran jalan umum.
Bau Sampah Saat Gerimis
Warga RT 02/RW04, Kelurahan Cimuning, Kecamatan Mustikajaya, Arisanto (32), mengatakan beberapa tahun lalu hampir setiap hari bau sampah menyeruak masuk ke setiap ruangan rumahnya yang berjarak sekitar 8 kilometer dari TPST Bantargebang.
Saat ini dia merasakan aroma sampah yang cukup kuat saat terjadi gerimis. Bau busuk sampah yang menyergap kawasan Cimuning biasanya terbawa oleh embusan angin.
Upaya meminimalisasi sebaran bau sampah dilakukan oleh operator melalui sejumlah cara, di antaranya berupa coversoil pada landfill untuk menekan perkembangbiakan vector penyakit, mengurangi potensi longsor, serta mengurangi bau.
Beberapa upaya itu memberi sumbangsih di tengah setumpuk persoalan pengelolaan sampah yang menjadi perhatian masyarakat dunia.
(pmg/pmg)http://bit.ly/2X1t4c2
June 24, 2019 at 03:14PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bantargebang, Leonardo DiCaprio dan Polemik Sampah Jakarta"
Posting Komentar