Suasana akhir Ramadan dan Idul Fitri bagi masyarakat Muslim di kota ini tak semeriah saudara seiman mereka yang lain di dunia. Masyarakat Muslim yang kebanyakan adalah bagian dari suku Uighur dan minoritas lainnya merayakan Idul Fitri kali ini dengan tekanan, setelah puluhan masjid dihancurkan.
Di sudut lain kota, slogan "Didik Rakyat untuk Partai" terpasang dengan warna merah menyala di dinding sebuah sekolah dasar. Para murid pun haru memindai wajah mereka sebelum masuk gerbang yang dililit kawat berduri.
Masyarakat mengenang Masjid Heyitkah sebagai bangunan yang indah. "Banyak orang dulu [salat] di sana," kata seorang penduduk Hotan.
Sedangkan pada masjid yang masih berdiri, para jemaat harus melewati metal detector untuk melaksanakan kewajiban mereka kepada Yang Maha Kuasa, atau sekadar menjalankan keyakinan mereka.
"Situasi di sini amat ketat, membuat saya deg-degan," kata seorang Muslim yang meminta disamarkan demi alasan keamanan. "Saya tidak pergi ke masjid lagi. Saya takut,"
![]() |
Berbeda dengan di Indonesia, masyarakat Muslim setempat merayakan Idul Fitri pada Rabu (5/6) lalu dengan sunyi. Sebagian dari mereka berjalan menuju Masjid Idkah untuk melaksanakan salat sunah Id dalam diam.
Tak ada pula gema takbir dan tahlil yang biasa didengar umat sebagai tanda 1 Syawal.
Menemani jemaat berjalan menuju masjid, pagar petugas keamanan dan pemerintah memantau dari sekeliling masjid.
Selama sebulan sebelumnya, sejumlah kota di China memiliki nuansa Ramadan yang berbeda-beda. Di Xinjiang, begitu petang tiba, beragam restoran sibuk meladeni pelanggan yang membatalkan puasa.
![]() |
James Leibold, pakar hubungan etnis dan kebijakan China di La Trobe University menilai Partai Komunis sebagai penguasa negara tersebut memandang agama sebagai ancaman yang nyata.
"Dalam jangka panjang, Pemerintah China ingin mencapai masyarakat yang sekuler," kata Leibold.
Pemerintah setempat juga diketahui telah menempatkan jaringan berteknologi tinggi di sepanjang negeri, memasang kamera, pos polisi mobil, dan pos pemeriksaan tampak di setiap jalan sebagai respons serangan mematikan yang dituduhkan kepada ekstremis dan separatis Islam dalam beberapa tahun terakhir.
Diperkirakan, satu juta masyarakat Uighur dan etnis minoritas berbahasa Turki lainnya ditahan di jaringan kamp pengasingan.
Setelah awalnya membantah atas keberadaan kamp tersebut, otoritas China tahun lalu mengakui bahwa telah menjalankan "program pendidikan dan pelatihan" yang bertujuan menjauhkan orang dari paham ekstremisme dengan mengajarkan hukum China dan Mandarin.
Di tempat-tempat tersebut, Ramadan berjalan berbeda.
Pemerintah Xinjiang mengatakan kepada AFP bahwa masyarakat dalam pusat pelatihan itu tidak diizinkan melaksanakan kegiatan kepercayaan mereka karena hukum China melarang melakukannya dalam fasilitas pendidikan.
Namun, kata pihak pemerintah, masyarakat tersebut bebas melakukannya "ketika mereka kembali ke rumah masing-masing pada akhir pekan".
AFP tidak melihat adanya perempuan berhijab atau pun laki-laki yang memelihara jenggot saat berkunjung ke daerah tersebut. Mantan tahanan kamp mengatakan mereka ditahan karena mengenakan simbol-simbol yang diyakini mewakili agama tersebut.
Puluhan lokasi ibadah juga telah dimusnahkan, atau dijadikan tempat terbuka publik. Polisi juga melarang jurnalis memasuki Artux, utara Kashgar, lokasi masjid raya kota tersebut dan masjid kampung-kampung dihancurkan.
Di Kashgar, dua kamera terpasang di menara masjid memantau para jemaat yang memasuki bangunan. Tak ada kubah atau pun simbol agama pada masjid.
![]() |
"Pemerintah China hanya ingin menghilangkan semuanya. Ini berbeda dengan China Han, segalanya milik budaya Uighur atau budaya Islam di kawasan ini," kata Omer Kanat, direktur Uighur Human Rights Project.
Juma Maimaiti, imam Masjid Idkah, mengatakan kepada AFP dalam sebuah wawancara yang diatur Departemen Propaganda Pusat CPC bahwa penghancuran masjid "tidak pernah terjadi sebelumnya di sini".
"Namun pemerintah kami telah mulai melindungi beberapa masjid utama," tambahnya dan mengatakan bahwa kota Kashgar memiliki lebih dari 150 masjid. (end)
http://bit.ly/2I13lw6
June 08, 2019 at 03:16PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tak Ada Riuh Riang Idul Fitri bagi Muslim Uighur di China"
Posting Komentar