Aliko Dangote, Merintis Jalan Kaya Sejak SD

Jakarta, CNN Indonesia -- Ketertarikan berbisnis sedari Sekolah Dasar (SD) mungkin telah menuntun Aliko Dangote menjadi orang terkaya di Afrika. Bagaimana tidak?

Ketertarikan tersebut telah membawa Dangote membuatnya bergelimang harta. Forbes mencatat total kekayaan pria kelahiran 1957 tersebut mencapai US$9,6 miliar.

Kekayaan tersebut menjadikannya sebagai orang terkaya nomor 136 di jagat raya dan di Benua Afrika.
 
Kesuksesannya tersebut didapat Dangote melalui sebuah proses yang panjang. Proses dimulai ketika ia masih SD.


Dengan berbekal uang saku yang diberikan orang tuanya untuk bersekolah kala itu, ia membeli permen. Permen kemudian ia  jual kembali demi mendapatkan keuntungan.

Ketertarikan tersebut berlanjut sampai dewasa. Untuk mendukung ketertarikannya berbisnis tersebut ia menimba ilmu bisnis ke Universitas Al Azhar, Mesir.

Lulus pada 1977, ia langsung tancap gas. Dangote yang saat itu berusia 21 tahun kembali ke Nigeria.

Ia meminjam modal US$3.000 kepada pamannya. Pinjaman memungkinkannya untuk mengimpor komoditas lunak dengan harga grosir dari pemasok internasional.

Dua impor utamanya adalah beras dari Thailand dan gula dari Brasil. Dia kemudian menjual barang-barang secara eceran kepada konsumen di desanya dengan harga yang miring tapi menguntungkan. 

Bisnis yang dijalankannya meraih untung besar. Dalam sebuah wawancara dengan Forbes, Dangote mengklaim ia bisa mendapatkan laba bersih US$10 ribu per hari.

Tak mengherankan, dalam waktu kurang dari tiga bulan ia sudah berhasil mengembalikan pinjaman ke pamannya. 

Usaha Dangote terus berkembang. Ia memperluas usahanya ke perdagangan komoditas lain, salah satunya beras. Bahkan, pada 1981 ia mendirikan dua perusahaan, Dangote Nigeria Limited dan Blue Star Services.

[Gambas:Video CNN]
Perusahaan dirikan demi mendapatkan lisensi impor komoditas secara besar-besaran. Dari perusahaan yang didirikannya tersebut, ia berhasil mendapatkan izin impor berbagai komoditas seperti baja, makanan bayi dan produk aluminium termasuk semen. 

Keberhasilan tersebut membuat bisnisnya kian bersaing dengan Lafarge, sebuah perusahaan Perancis yang saat itu menjadi pemasok sebagian besar semen di Benua Afrika.

Pada 1986, ia melebarkan saya bisnisnya. Perusahaannya berkonsentrasi pada impor garam, gula, beras dalam jumlah besar.

Ia juga merambah bisnis angkutan dan perbankan dengan membeli saham ekuitas di Liberty Merchant Bank dan  International Trust Bank (sebelumnya Gamji Bank). 

Ekspansi bisnis terus dilakukannya. Pada 1989, ia merambah sektor manufaktur dengan mengambil alih perusahaan tekstil Mills Limited yang mengoperasikan dua pabrik tenun tekstil di Kano dan pabrik Nigerian Textile Mills Limited di Lagos.

Pada 1997, pandangan bisnis Dangote terus berkembang. Ia tak ingin lagi menjadi middlemen atau perantara. Menurutnya, menjadi perantara adalah usaha mahal. 

Karena itulah ia memutuskan untuk membangun pabrik untuk memproduksi barang dagangan yang selama 20 tahun ia impor, seperti pasta, gula, gandum, garam dan tepung. Dangote secara signifikan memperluas operasi perusahaannya pada 2005 dengan membangun pabrik bernilai jutaan dolar.

Konstruksi pabrik dibiayai dengan US$ 319 juta yang berasal dari uangnya sendiri dan pinjaman US$ 479 juta dari International Finance Corporation.

Saat itu, setiap divisi manufakturnya telah dipisahkan menjadi perusahaan publik: PLC Pengilangan Gula Dangote., Perusahaan Garam Nasional PLC Nigeria, PLC Pabrik Tepung Dangote, dan PLC Semen Dangote.

Kegigihan tersebut telah menjadikan perusahaannya tumbuh besar. Pada 2017 lalu, perusahaan tersebut telah menghasilkan pendapatan hingga US$4,1 miliar dan mempekerjakan 30 ribu orang.

Perkembangan tersebut membawa Dangote Group menjadi perusahaan terbesar di Afrika Barat dan salah satu yang terbesar di Afrika. 


Tak Simpan Uang di Bank

Dangote bercerita kesuksesannya tersebut disebabkan oleh banyak rahasia. Salah satunya, tidak menyimpan uang di bank. 

Setiap ia mendapatkan keuntungan usaha, ia selalu memutar uangnya untuk digunakan kembali memutar roda bisnis. Dangote bercerita prinsip yang diterapkannya tersebut berbeda dengan orang Afrika kebanyakan.

Menurutnya orang Afrika banyak yang menyimpan sebagian besar uangnya di bank ketimbang menggunakannya untuk mengembangkan usaha. 

Selain strategi tersebut, ia bercerita kesuksesannya juga tidak bisa dilepaskan dari peran kakek nenek dari pihak ibunya yang menanamkan pola pikir bisnis ke dalam hidup Dangote pada usia muda.

Pola pikir tersebut membuat Dangote agresif dalam berbisnis. Dangote juga menekankan soal  keberanian untuk punya mimpi besar.

Dangote menggambarkan perjalanan profesionalnya cukup mengasyikkan. Meskipun demikian, ia mengatakan perjalanan tersebut juga tidak luput dari hambatan.

Karena mimpi besar itulah ia berhasil mengatasi hambatan yang dihadapinya. Faktor lain, dorongan diri bahwa apa yang dilakukannya bisa memberikan dampak kepada kemanusiaan. (agt)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/3ajoxbI

March 01, 2020 at 09:13AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Aliko Dangote, Merintis Jalan Kaya Sejak SD"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.