Pengumuman ini rupanya langsung membuat masyarakat panik. Bahkan, sebagian masyarakat langsung melakukan aksi memborong kebutuhan sehari-hari dan perlengkapan kesehatan serta kebersihan untuk menghadapi virus corona yang 'mampir' ke dalam negeri.
Masalahnya, membeli kebutuhan sehari-hari dalam jumlah banyak membutuhkan dana tambahan. Tak sedikit masyarakat yang pada akhirnya harus merogoh tabungan untuk menutup kebutuhan.
Selain itu, pasokan kebutuhan sehari-hari masyarakat sebenarnya masih terjamin di pasar, sehingga tidak perlu memborong, apalagi berebut. Misalnya, berebut beli masker, hand sanitizer, hingga mie instan.
"Kecuali yang terjadi sekarang ini adalah bencana alam, misalnya banjir dan gunung meletus yang membuat masyarakat aksesnya terputus, harus mengungsi, dan lainnya. Kalau sekarang ini kan sebenarnya masih mudah semuanya," ungkap Agustina kepada CNNIndonesia.com, Jumat (6/3).
Apalagi, bila Anda tidak mempunyai alokasi dana darurat. Agustina menjelaskan dana darurat merupakan anggaran berlebih yang sengaja dipegang untuk menghadapi kondisi mendesak.
Idealnya, kata Agustina, dana darurat sebesar tiga kali jumlah pengeluaran bulanan. Misalnya, pengeluaran Anda sekitar Rp3 juta per bulan, maka alokasi dana darurat perlu mencapai Rp9 juta.
Menurutnya, aset keuangan yang mudah dicairkan sebagai dana darurat adalah reksadana pasar uang dan deposito. Sebab, dari sisi imbal hasil biasanya tidak mudah naik turun dengan cepat.
Selain itu, proses pencairan terbilang cepat. Berbeda bila Anda meletakkan dana darurat di emas yang mudah naik turun harganya, apalagi ketika sentimen virus corona saat ini.
Kendati punya dana darurat, Agustina mengingatkan penggunaannya harus cermat. Jangan sampai dana darurat juga habis begitu saja karena dipakai secara tidak bijaksana.
![]() |
"Pencairan aset boleh asal jelas, tapi kalau utang sebaiknya jangan, itu pilihan benar-benar terakhir. Soalnya risikonya cukup besar di kemudian hari," ujarnya.
Di sisi lain, dampak penyebaran virus corona sebenarnya turut melemahkan perekonomian dan sektor keuangan, misalnya pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan anjlok sekitar 13 persen sejak awal tahun karena tertekan isu ini.
Begitu pula dengan rencana durasi investasi, misalnya, investasi sejak tahun lalu untuk kebutuhan tahun ini. Kedua, lihat pula dari sisi prospek instrumen investasi tersebut.
Misalnya, memiliki saham di perusahaan-perusahaan yang paling terkena dampak dari kekhawatiran virus corona. Lalu, sejak awal tahun, harga saham mudah jatuh setiap kali ada perkembangan terbaru dari wabah virus corona.
Agustina memberi saran, bila aset dicairkan tetapi masih ada waktu sebelum dana benar-benar digunakan, tidak ada salah untuk mengalihkan sementara investasi tersebut.
"Bisa dialihkan dananya sebagian ke deposito untuk mengantisipasi penurunan harga saham yang lebih dalam," imbuhnya.
Opsi pengalihan pun tetap terbuka bila tujuan investasi jangka panjang. Misalnya, memindahkan aset ke instrumen yang lebih konservatif dan punya prospek lebih baik di tengah sentimen virus corona.
"Bisa seperti reksadana pasar uang dan tabungan rencana," tuturnya.
Bila investasi perlu dialihkan ke instrumen lain, Andy menyarankan agar pemindahan dilakukan ke aset safe haven seperti emas. Apalagi harga emas tengah melejit di tengah sentimen wabah virus corona.
"Bila mau switching ke emas saja, saat ini lebih aman, meski harganya sudah ketinggian. Alternatif lain, bisa masuk ke deposito, sedangkan reksadana dari saham bisa dipindahkan ke pasar uang," jelasnya.
Namun, Andy menggarisbawahi, pastikan semuanya terukur dan tidak berlebihan. Jangan sampai kekhawatiran membuat Anda terlalu cepat mencairkan aset, sehingga memegang dana tunai yang sebenarnya belum mendesak dibutuhkan.
https://ift.tt/2PUaDW6
March 07, 2020 at 09:13AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sisihkan Dana Darurat di Tengah Wabah Corona"
Posting Komentar