Peneliti menyatakan pelestarian lahan gambut tropis bisa menjadi kunci mencegah pandemi berikutnya.
Sebab, menurut mereka daerah lahan gambut merupakan sumber awal penyakit zoonosis atau penyakit yang bermula dari hewan.
Lahan gambut tropis merupakan hutan rawa yang banyak ditemukan di daerah sekitar khatulistiwa yang gambutnya sebagian besar terdiri dari materi pohon mati, bukan lumut seperti di garis lintang lainnya.
Lahan gambut adalah rumah bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan, termasuk orangutan dan merupakan penyerap karbon utama, area yang menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan mengimbangi emisi karbon dan gas rumah kaca.
Lahan gambut tropis kaya akan fauna dan flora, termasuk berbagai taksa vertebrata yang diketahui mewakili risiko zoonosis EID, seperti kelelawar, hewan pengerat, trenggiling, dan primata.
Negara-negara yang memiliki lahan gambut tropis juga sebagian besar merupakan negara berpenghasilan rendah atau menengah. Perburuan satwa liar, kebakaran hutan gambut, dan degradasi habitat adalah tiga hal yang sangat mempengaruhi lahan gambut, tetapi semuanya lebih mungkin terjadi di negara-negara dengan sumber daya yang lebih sedikit.
Sehingga, kontak manusia-satwa liar dan perburuan daging liar di lahan gambut tropis juga memberikan potensi lebih lanjut untuk kejadian penyebaran penyakit, di mana patogen dari satu spesies berpindah ke spesies lain dari satwa liar ke manusia untuk terjadi.
Tak hanya kontak manusia-satwa liar, munculnya EID secara zoonosis berkorelasi positif dengan kepadatan populasi manusia yang tinggi dan kekayaan inang satwa liar, hilangnya keanekaragaman hayati, penyebaran vektor dan patogen, serta ditambah perambahan, fragmentasi, dan perubahan habitat.
Dalam penelitian itu menyimpulkan bahwa pengelolaan berkelanjutan lahan gambut tropis dan satwa liarnya penting untuk mengurangi dampak pandemi Covid-19 dan mengurangi potensi kemunculan serta keparahan EID dari zoonosis di masa depan. Konservasi dan restorasi sangat diperlukan dalam hal tersebut.
"Mengelola lahan gambut tropis secara berkelanjutan penting untuk mengurangi dampak pandemi Covid-19 dan mengurangi kemunculan dan keparahan penyakit menular yang muncul dari zoonosis di masa depan," ujar penulis studi dari konservasi di University of Exeter, Mark E. Harrison, seperti dikutip Popular Science.
Ilmuwan kedokteran hewan di Universitas London, Richard Kock mengaku prihatin dengan banyak pihak yang fokus pada satwa liar sebagai vektor potensial penularan penyakit. Padahal, dia menilai patogen sebagian besar merupakan produk dari gangguan lingkungan.
"Saya mendukung pelestarian habitat ini, karena itu menciptakan stabilitas," ujar Kock.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal PeerJ, peneliti berkata sebagian besar kejadian penyakit menular baru (EID) didominasi oleh zoonosis (60,3 persen), dengan mayoritas (71,8 persen) berasal dari satwa liar, termasuk Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), Severe Acute Respiratory virus (SARS), Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Ebola, dan Covid-19.
(jps/eks)https://ift.tt/3fnHBtd
November 21, 2020 at 08:51AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Peneliti Ungkap Kaitan Pelestarian Lahan Gambut Cegah Pandemi"
Posting Komentar