
Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas Transjakarta Nadia Diposanjoyo mengatakan proses seleksi berlangsung cukup ketat.
"Belum ada yang deal. Untuk sepakat itu tidak bisa langsung, kami harus melakukan seleksi," kata Nadia melalui pesan singkat, Kamis (13/2).
Nadia menyampaikan proses seleksi dilakukan melalui berbagai indikator. Pertama yakni soal kesesuaian spesifikasi bus yang ditawarkan dengan kondisi lalu lintas Jakarta. Kemudian Transjakarta juga meminta bus listrik tersebut punya kandungan lokal alias diproduksi di Indonesia.Dia menjelaskan Tingkat Kandungan Lokal Dalam Negeri (TKDN) bus listrik dapat diperoleh jika penyedia melakukan perakitan, minimal produksi karoseri di Indonesia. Sedangkan sasis dan teknologi bus bisa saja didatangkan langsung dari negara asal merek tersebut.
Ketatnya seleksi, dikatakan Nadia sebab Transjakarta ingin menyeragamkan kualitas antara bus listrik dengan model sebelumnya yang menggunakan mesin bakar.
Bus Transjakarta saat ini terdiri dari beragam merek, di antaranya Mercedes-Benz (Jerman), Scania (Swedia), Volvo (Swedia), hingga Zhong Tong (China).
Transjakarta memiliki sekitar 3.700 kendaraan angkutan umum bermesin bakar. Dari jumlah tersebut sekitar 2.000 unit merupakan bus, sedangkan 1.500 lainnya angkutan mikro bagian dari sistem pengumpan.
"Tentunya kami ingin supaya kualitas dan kenyamanan terjaga dengan baik untuk layanan masyarakat ini," katanya.
Ia menambahkan merek bus listrik yang terdaftar dan mengikuti proses seleksi pengadaan bus listrik berasal dari Eropa, China, Jepang, dan Rusia. Dua di antara peserta itu diketahui merek China BYD dan MAB (Mobil Anak Bangsa) asal Indonesia.
"Jadi sampai akhirnya deal itu masih panjang. Mereka mesti lewatin dulu uji coba. Dari 28 yang mampu uji coba bisa gugur 50 persen," kata Nadia. (ryh/fea)
https://ift.tt/38trXZg
February 14, 2020 at 03:18PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "28 Merek Bersaing Ikut Program Bus Listrik Transjakarta"
Posting Komentar