Anthony Sinisuka Ginting meluangkan waktu menerima CNNIndonesia.com di tengah latihan sehari-hari di pelatnas Cipayung.
Anthony Ginting begitu antusias berbagi cerita seputar karier, hobi, hingga pengalaman berkesan seputar fan. Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Anthony Ginting:
Apa yang ada di benak Anda ketika kalah lima kali beruntun di partai final?
Ya pastinya, sedih sih. Masak iya sudah lima kali sampai belum ada yang tembus [juara] begitu. Yang pasti, sampai di akhir tahun juga di World Tour Finals juga sampai final tidak tembus juga. Pastinya bertanya-tanya, kok kenapa ya? Tapi saya sudah berusaha, sudah berjuang, tak perlu terlalu disesali.
Soal senior, siapa yang paling Anda takuti saat pertama kali masuk pelatnas Cipayung?
Kalau senior sih enggak. Dahulu sih lebih cenderung segan kepada semua senior. Apalagi waktu itu memang masih kecil banget sih masuk sini. Jadi bukan takut sama senior, tapi lebih ke suasananya segala macam kehidupan di asramanya.
Tapi sempat kepikiran juga waktu sebelum masuk asrama, takut dikerjain sama senior. Waktu itu memang dengar-dengar saja. Ternyata pas masuk asrama memang ada. Tapi hanya usil-usilan saja, tidak parah, sekadar bercanda dan tidak bikin emosi. Masih normal saja.
Anthony Ginting masuk pelatnas PBSI sejak belia. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
|
Pertama kali kenal badminton karena dia juga. Maksudnya waktu pertama kali mulai badminton, kemudian sering lihat di televisi, ya ketika masanya Taufik Hidayat.
Tapi waktu itu hanya menonton melalui televisi. Tidak pernah menyaksikan langsung. Itu saja sudah senang sekali.
Apa yang Anda kagumi dari Taufik?
Kalau di lapangan ya cara mainnya dia, apalagi ketenangannya dia. Sempat ketika dia lagi bertanding saya menyaksikan di televisi sembari memegang raket, mengikuti gayanya main. Mengikuti gerakannya ketika dia smes dan lain-lain.
Anda juga punya khas kumis tipis. Ada rencana menebalkan kumis sebagai ciri khas kamu yang lain?
Hahaha...Tidak juga, apalagi saya sekarang malah lebih sering cukur kumis. Lebih rutin saja.
Bila punya kesempatan memilih satu pebulutangkis untuk teman latihan selama setahun, siapa pebulutangkis dunia yang Anda bakal pilih?
Sebenarnya banyak. Tapi antara Lee Chong Wei dan Lin Dan mungkin. Saya juga ingin tahu kehidupan mereka sehari-hari bukan hanya di lapangan. Jadi seperti apa yang harus saya bisa tiru. Lebih kepada kebiasaan-kebiasaan bagusnya sehingga bisa seperti mereka.
Pernah menangis ketika kalah? Di pertandingan apa?
Pernah. Waktu masih amatir kalah dari orang yang jauh lebih tua dari saya, pebulutangkis sungguhan waktu itu. Waktu itu saya masih sekitar 9-10 tahun.
Kalau sudah jadi pebulutangkis, waktu itu ketika [kalah] di [semifinal] Asian Games 2018. Yaa sedih mungkin karena waktu itu sempat kram. Awalnya tak ada ekspektasi juga bisa main bagus di perorangan, maksudnya bisa recovery cepat juga. Kemudian bisa mengalahkan Chen Long dan [Kento] Momota. Lalu di semifinal kalahnya malah sama Chou Tien Chen.
Padahal saat itu ekspektasinya sedang tinggi [di laga semifinal]. Apalagi mainnya di Indonesia, di Asian Games yang empat tahun sekali. Jadi rasanya keinginannya [untuk masuk final dan juara] besar sekali waktu itu.
Anthony Sinisuka Ginting ketika tampil di Asian Games 2018. (ANTARA FOTO/ INASGOC/Jessica Margaretha)
|
Pernah. Apalagi dulu sih waktu baru-baru masuk sini [pelatnas] ya. Memang waktu itu belum bisa membuktikan, apalagi baru masuk belum mengenal situasi tempat latihannya. Hasil-hasilnya juga kurang bagus waktu itu.
Kemampuan apa yang paling kamu kuasai selain bulutangkis?
Berenang. Jadi memang dari waktu kecil Mama kasih saya les berenang. Memang jadi sering berenang daripada badminton waktu itu. Sepekan bisa tiga kali. Bisa jadi perenang kalau tidak di bulutangkis waktu itu. Hahahaha...
Apa perbedaannya saat belum terkenal dan sudah terkenal ketika keluar ke tempat-tempat keramaian?
Orang-orang jadi banyak mengenali, ada yang minta foto, lalu ada yang ajak salaman tiba-tiba. Misalnya ketika lagi jalan tiba-tiba ada yang sapa: 'Mas Ginting ya?'Lalu minta foto atau tanda tangan.
Kadang merasa terganggu?
Kadang-kadang saja kalau suasana hati lagi tidak bagus. Atau semisal lagi melakukan sesuatu kemudian teralihkan. Misalnya saat sedang bicara serius dengan lawan bicara, terganggu juga. Tapi sebisa mungkin harus tetap ramah. Jangan sampai arogan.
Kelakuan para fan yang suka membuat kamu takjub?
Ya mungkin waktu pada waktu kejuaraan. Pertandingan belum mulai. Pertandingan baru mulai jam satu [13.00 WIB] misalnya, jam sembilan [09.00 WIB] sudah mengantre. Demi menonton kami sampai segitu berjuangnya. Luar biasa, saya salut.
Waktu Asian Games bahkan ada yang menunggu kami latihan di pelatnas [PBSI Cipayung] demi bertemu kami. Datang dari pagi-pagi sekali menunggu hingga sore. Makanya Satpam kadang sampai tidak enak hati. Memohon kami keluar sebentar menemui mereka.
Apa hadiah paling unik dari fan yang pernah kamu dapat?
Apa ya? Maksudnya, saking banyaknya sampai bingung. Hehehe...Maksudnya memang, saking banyaknya yang unik-unik.
Pemberian paling unik apa?
Mungkin dari tulisan tangan. Tulisan dari ayat-ayat Alkitab. Semacam toples isinya kertas kecil-kecil, tulisannya ayat-ayat Alkitab. Dia tulis pesan kalau sedang turun semangatnya, baca ayat-ayat ini agar kembali kuat. Dia juga tahu ayat favorit saya karena memang saya sering unggah ayat-ayat Alkitab di Instagram.
Apa saja ayat-ayat favorit Anda?
Banyak sih. Tergantung persoalan yang saya alami atau inspirasi yang saya dapatkan.
Gelar juara di berbagai kejuaraan menambah popularitas Anthony Ginting. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
|
Sepak bola, maksudnya memang suka main juga. Kadang kalau istirahat latihan [bulutangkis], suka main sepak bola juga. Saya juga sangat hobi nonton sepak bola.
Sebagai pria yang lahir di Jawa Barat, apakah anda termasuk Bobotoh atau fan berat Persib?
Fan berat sih enggak. Maksudnya memang saya suka bolanya saja. Misalnya ada orang sukanya sama Liverpool. Ya sudah, sampai mau klub itu mau naik atau turun ya tetap sama Liverpool. Kalau saya jujur tak ada satupun klub seperti fan berat begitu. Cuma emang suka olahraganya saja.
Siapa sosok yang paling berjasa di karier Anthony Ginting selain kedua orang tua?
Banyak sih. Tapi paling diingat banget sih pasti, yang nomor satu sampai saat ini, Koh Hendri [Saputra] dan Irwansyah. Kemudian saat saya masih junior ada mas Imam [Tohari] dan mas Budi [Santoso]. Itu memang maksudnya yang ajarannya tetap benar-benar saya pegang sampai sekarang sih.
Termasuk soal kedisiplinannya?Banyak. Kedisiplinannya, juga bukan hanya di lapangan tapi di luar lapangan. Misalnya jangan sampai ada hal yang mengganggu dari luar lapangan.
Soal nasihat?
Nasihat yang paling saya ingat adalah jangan sampai terlalu terpengaruh apa kata orang. Tetap fokus saja. (bac/ptr)
https://ift.tt/2ROGTuX
February 02, 2020 at 03:19PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Anthony Ginting: Saya Pernah Menangis dan Diremehkan"
Posting Komentar