Jurus Jaga Saldo Uang Elektronik dari Ancaman Pembobolan

Jakarta, CNN Indonesia --

Uang elektronik secara perlahan telah menggeser posisi vital duit tunai dalam perdagangan dan kehidupan masyarakat. Perkembangan pesat e-commerce dan tingginya volume transaksi jual beli secara daring belakangan ini menjadikan layanan dompet digital kian ramai digunakan.

Tak hanya mudah digunakan, insentif yang ditawarkan dari penggunaan layanan dompet digital,  seperti potongan harga hingga pengembalian uang (cash back), seringkali menggiurkan.

Selain itu, pandemi covid-19 yang membatasi transaksi fisik masyarakat juga turut mendorong digitalisasi. Akibatnya, penggunaan uang elektronik pun menjadi sering dilakukan.


Maka tak heran jika jumlah transaksi uang elektronik saat ini sudah hampir sama dengan lewat ATM.

Mengutip laman resmi BI, uang elektronik bisa diartikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk digital. Di sini, nilai uangnya akan disimpan dalam media elektronik tertentu.

Sebelum menggunakan uang elektronik, pengguna harus menyetorkan uangnya kepada penerbit dan disimpan dalam media elektronik. Ketika sudah digunakan, nilai uang elektronik yang tersimpan dalam media elektronik akan berkurang sebesar nilai transaksi.

Di Indonesia, uang elektronik bisa diterbitkan oleh bank dan non bank. Untuk non bank, beberapa contoh uang elektronik yang seringkali digunakan oleh masyarakat adalah Gopay, Ovo, dan Dompet Digital Indonesia (Dana).

[Gambas:Video CNN]

Meski sudah banyak digunakan, sayangnya, jaminan  keamanan saldo uang tersebut masih belum jelas. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan belum ada aturan jelas mengenai siapa yang mengatur pengawasan saldo uang elektronik. 

Mereka juga belum mendapatkan mandat untuk menjamin saldo uang elektronik masyarakat.

Ketiadaan jaminan perlindungan ini mengharuskan masyarakat untuk ekstra hati-hati dalam menjaga saldo uang elektronik mereka di dompet digital supaya tidak dimaling orang. Untuk menghindari ancaman pembobolan saldo e-wallet itu, berikut beberapa tip yang bisa dilakukan.

1. Buat Anggaran Dompet Digital

Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Assad menyebut hal pertama yang harus dilakukan agar saldo uang elektronik tak kebobolan adalah membuat anggaran dompet digital bulanan. Ini memiliki banyak manfaat.

Pertama, bisa mengontrol dan membuat kita tidak kebablasan dalam menggunakan uang elektronik.

Kedua dan berkaitan dengan pembobolan, perencanaan anggaran dibuat untuk memastikan tak ada saldo mengendap di dompet digital pengguna yang rentan dicuri. 

Dalam membuat anggaran, Anda harus mengidentifikasi dulu apa saja pengeluaran rutin yang dibayarkan lewat dompet digital. Pengeluaran itu misalnya, transportasi, konsumsi, dan pembayaran rutin seperti listrik, air, pulsa/internet.

Selain pengeluaran rutin, Teja menyebut Anda juga dapat menganggarkan pos 'jajan' untuk belanja online. Selain membuat anggaran, pengguna juga harus disiplin agar tak tergoda diskon yang ditawarkan, meski niatnya adalah mengirit.

"Niatnya begitu (mengirit) karena ada diskon, ongkir gratis dan sebagainya, tapi jadinya kelewatan. Godaannya banyak banget, jadi yang pasti mesti tahu berapa sih budget untuk pemakaiannya," katanya.

Dalam membuat rencana anggaran, Teja tak mematok berapa besar pengisian dompet digital bulanan yang harus dilakukan. Menurutnya, setiap orang memiliki tujuan dan pendapatan yang berbeda-beda.

2. Hanya Top Up Saat Perlu

Jika melakukan penganggaran dinilai terlalu ribet, Perencana Keuangan Aidil Akbar menyarankan untuk mengontrol pengeluaran lewat sistem isi saldo (top up) saat perlu.

Meski idealnya memiliki budget, namun untuk mereka yang tak suka menyiapkan anggaran bulanan, dapat mengontrol pengeluaran lewat pengisian saldo secara minimal.

"Selain melindungi dari pencurian juga melindungi dari pemborosan, milenial sekali transfer ke e-wallet bisa beberapa ratus ribu dan enggak terasa 2 hari sudah menghabiskan ratusan ribu, (makanya) selalu maintain (jaga) saldo minimum," sarannya.

Ia meyakini metode yang disarankannya ampuh untuk mengerem pengeluaran bagi mereka yang kerap merasa 'gatal' menghabiskan saldo di dompet digitalnya.

3. Catat Biaya Top Up

Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Lusiana Darmawan menyebut dalam banyak kasus, pengguna kehilangan kontrol terhadap pengeluaran yang dibayar lewat dompet digital karena sering melakukan top up dengan nominal kecil yang kalau ditotal jumlahnya mengejutkan.

Karena tarif pengisian terbilang murah yaitu di kisaran Rp1.000 hingga Rp2 ribu per transaksi, pengguna kerap mengabaikan biaya administrasi.

Dia menyarankan untuk membukukan setiap detail pengeluaran dari saldo hingga biaya top up agar total pengeluaran bulanan Anda akurat.

"Pada banyak kasus, kita kehilangan kontrol terhadap pengeluaran yang dibayar dengan menggunakan dompet digital karena detail pengeluarannya tidak dicatat, yang dicatat hanya total saldo," ucap dia.

4. Hindari Menggunakan Fasilitas Kredit

Berbagai penyedia jasa menawarkan jasa kredit atau cicilan berkala yang dikenal dengan pay later. Meski menggiurkan, namun fasilitas ini bisa jadi malah membuat buntung karena mendorong perilaku konsumtif.

Teja menyebut jika Anda sudah harus menggunakan jasa pay later, itu merupakan pengingat bahwa Anda sudah melewati kemampuan finansial. Apalagi, jika kredit yang digunakan untuk pembelian yang tidak mendesak seperti belanja pakaian.

"Kalau uangnya tidak ada, jangan memaksa dengan pay later. Kadang begitu enggak bisa bayar tepat waktu, dikenakan bunga, jadi disesuaikan dengan uang yang ada," jelas Teja.

Sementara, Aidil menyebut boleh saja menggunakan jasa kredit dengan catatan bahwa barang yang dibeli bersifat produktif atau menunjang pekerjaan Anda, seperti laptop atau kamera untuk kerja.

Dia mencontohkan, jika Anda telah membidik laptop murah di marketplace namun belum memiliki uang yang memadai, bisa saja jasa pay later digunakan. Namun, pastikan Anda memiliki kemampuan untuk membayar tepat waktu dan kalkulasi bunga yang yang dibebankan.

5. Pastikan E-wallet Anda Terproteksi

Pembobolan saldo selalu menjadi bayang-bayang pengguna dompet digital. Saldo Anda bisa saja dikuras oleh peretas yang sayangnya hingga saat ini belum diregulasi pemerintah.

Oleh karena itu, Lusi menyarankan pengguna untuk senantiasa meningkatkan proteksi keamanan datanya. Pengguna harus berhati-hati dan tidak menggantungkan nasibnya kepada penyedia layanan.

Ada tiga saran yang diberikan Lusi. Pertama, lindungi piranti pribadi dengan kata sandi atau proteksi sejenisnya yang hanya dapat Anda akses.

Kedua, gunakan PIN atau sandi yang tidak mudah ditebak dengan menghindari menggunakan tanggal lahir atau angka berurutan. Sebaiknya gunakan kombinasi rumit seperti angka, huruf dengan kapitalisasi bervariasi, dan karakter khusus.

Terakhir, jangan pernah membagikan kata sandi atau kode verifikasi/OTP (One Time Password) yang dikirimkan ke piranti Anda kepada siapa pun.

(agt)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/323iDtJ

November 01, 2020 at 10:01AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Jurus Jaga Saldo Uang Elektronik dari Ancaman Pembobolan"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.