Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia, Sumardiansyah Perdana Kusuma mengatakan kiprah presiden pertama Indonesia, Sukarno telah banyak dibahas dalam kurikulum pendidikan saat ini.
Hal tersebut diungkap merespons permintaan Presiden Kelima Indonesia Megawati Soekarnoputri ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk meluruskan sejarah khususnya periode 1965. Alasan Mega, ada politik desukarnoisasi sejak kepemimpinan Presiden Soeharto.
Periode 1965 merupakan awal masa transisi pergantian kepemimpinan dari Sukarno. Tampuk kekuasaan beralih ke Soeharto pada 1967.
"Beberapa kompetensi dasar [dalam kurikulum] itu, nama Bung Karno ditulis secara spesifik. Kompetensi dasar 39 dan 49 pada materi sejarah kelas 11," kata Sumardiansyah kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (25/11).
Ia lantas menjelaskan, kompetensi dasar itu meminta siswa menganalisa nilai dan peran Sukarno serta wakilnya, Mohammad Hatta sebagai proklamator.
Sumardiansyah memastikan pelajaran sejarah Indonesia untuk siswa di sekolah telah disusun sesuai kronologi waktu. Yakni mulai dari nenek moyang, masa kerajaan, penjajahan, proklamasi, orde lama, orde baru sampai saat ini.
"Artinya apa? Ketika pelajaran mengikuti kronologi itu, peran Bung Karno tidak pernah lepas di situ," lanjutnya.
Ia mengakui, desukarnoisasi yang disebut Megawati terjadi pada periode kepemimpinan yang dulu. Akan tetapi saat ini menurut Sumardiansyah, pelajaran sejarah sudah memuat seluruh jejak perjuangan dan pemerintahan Indonesia.
Namun begitu ia mengungkapkan tetap ada kendala dalam penerapan pelajaran sejarah di sekolah. Kendati problem ini lebih pada kemampuan guru serta narasi buku pelajaran yang tak mampu membawa sisi imajinatif siswa.
Ia mengatakan kedua hal tersebut yang justru perlu ditingkatkan dan jadi perhatian Kemendikbud. Sehingga pembelajaran sejarah pun dapat dengan mudah dimengerti siswa pada era modern.
Lebih lanjut, guru yang juga terlibat dalam perumusan kurikulum tersebut menilai perdebatan semacam ini menunjukkan bahwa urgensi pelajaran sejarah tetap ada.
Sebelumnya, Megawati menilai ada cerita-cerita yang hilang tentang Sukarno dalam sejarah Indonesia. Ia mengatakan kisah ayahnya seolah dihapus pada era orde baru.
"Saya hanya permintaan saya itu bahwa tidakkah bisa diluruskan kembali [sejarah tentang] seorang yang bisa memerdekakan bangsa ini?" tutur Mega ketika menghadiri diskusi virtual bersama Nadiem, Selasa (24/11).
(fey/nma)https://ift.tt/3fMxTRD
November 26, 2020 at 08:15AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Guru Sejarah Jawab Megawati soal Desukarnoisasi Pasca 1965"
Posting Komentar