Luhut mengatakan, keinginan ini ia sampaikan ketika bertemu dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Hiroshige Seko, Rabu (29/5) kemarin. Menurutnya, keinginan ini disampaikan agar industri komponen Indonesia bisa menggeliat. Keinginan itu, lanjut dia, diamini oleh Jepang.
Bahkan, ia berharap penggunaan produksi komponen dalam negeri ini juga bisa dilakukan dengan menggaet perusahaan Jepang untuk mendirikan perusahaan patungan (Joint Venture). Skema bisnis serupa, lanjut Luhut, sudah berhasil diterapkan oleh PT PAL di Surabaya.
"Kami ingin industri kami makin baik dan ada transfer teknologi, dan itu disepakati oleh mereka," jelas Luhut, Kamis (30/5).
Untuk Pelabuhan Patimban, Luhut mengatakan penggunaan TKDN di sana sudah mencapai 69 persen dari target. Hanya saja, dia tak menyebut, berapa target penggunaan TKDN dalam konstruksi tersebut.
"Seperti pipa-pipa. Masih banyak Indonesia mengimpor pipa, padahal Indonesia punya banyak pabrik pipa. Saya lihat mereka semua setuju, dan kita akan bicara detail mengenai itu," jelas dia.
Sementara itu, ruang untuk meningkatkan TKDN di proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya juga masih terbilang lebar. Hanya saja, saat ini pihak Indonesia dan Jepang masih belum menentukan jenis rel yang akan digunakan di dalam proyek tersebut.
Luhut bilang, terdapat dua opsi pembangunan rel di dalam proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya. Pertama, adalah jalur rel yang sudah ada (existing) dengan single track narrow gauge dengan lebar 1.067 mm. Sementara itu, opsi kedua adalah teknologi standard gauge, yakni rel dengan ukuran 1.435 milimeter (mm).
"Masalahnya, kalau pakai narrow seperti sekarang, hampir tidak ada lagi yang menggunakan teknologi itu di dunia. Tapi kalau kami ubah ke standard gauge, cost-nya agak lebih tinggi dibanding narrow. Tapi, saya pikir ya biarkan waktu sebentar lagi lah, kami digest dulu," tutur dia.
Sekadar informasi, Pelabuhan Patimban dan kereta semi cepat Jakarta-Surabaya merupakan dua proyek kerja sama Indonesia dengan Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
Hanya saja, penggunaan konten impor untuk dua proyek ini kembali dikaji pemerintah pada tahun lalu. Hal ini seiring bengkaknya defisit neraca perdagangan Indonesia yang menekan defisit transaksi berjalan Indonesia. Data Bank Indonesia menyebut, defisit transaksi berjalan Indonesia mencapai 2,98 persen dari Produk Domestik bruto (PDB) sepanjang 2018, atau memburuk dibanding 2017 yakni 1,6 persen dari PDB. (glh/rea)
http://bit.ly/2XgHTs6
May 31, 2019 at 08:00AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Luhut Ajak Jepang Buat 'Joint Venture' untuk Proyek Patimban"
Posting Komentar