Namun, hari raya yang dipenuhi antusiasme kurang dirasakan penjual parsel di kawasan tersebut. Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa omzet dagangannya kian melandai.
"Kalau dipersentasekan, mungkin penurunan omzet bisa mencapai 40 persen dibanding tahun lalu," ujar Dewi (37), salah satu penjual parsel di bilangan Cikini kepada CNNIndonesia.com, Kamis (30/5).
Dewi menuturkan penurunan omzet ini cukup tajam dibanding tahun kemarin. Meski begitu ia tidak menyebut berapa omzet yang telah dia dihasilkan pada masa Idul Fitri setahun silam.
Ia hanya bilang, laba bersih penjualan parsel selama bulan Ramadan berada dalam rentang Rp10 juta hingga Rp20 juta pada periode jualan antara hari keempat Ramadan hingga sehari sebelum Lebaran. Bahkan, ada kalanya laba bersih yang ia terima menembus Rp30 juta.
Kini, dengan omzet yang menurun, ada kemungkinan laba bersih yang diterima Dewi juga akan terkikis.
"Saya sudah berjualan lebih dari lima tahun, dan memang baru tahun ini terjadi penurunan omzet," tutur dia.
Ia mengaku tak tahu ihwal penyebab lesunya penjualan parsel pada tahun ini. Dewi menduga ada penurunan daya beli masyarakat seiring harga kebutuhan pokok yang juga terkerek naik. Namun, ia tak mau berspekulasi lebih jauh lagi.
Padahal, ia mengklaim parsel yang dijual masih sesuai dengan kantong masyarakat ibu kota. Satu parsel berisi piring dan alat makan dipatok Rp1,75 juta. Sementara itu, parsel berisi makanan ringan diberi label harga Rp100 ribu hingga Rp1 juta yang berisikan sereal, biskuit, cokelat, hingga sirup.
"Jadi ya sudah jelas, saya berharapnya cepat laris saja," jelas dia.
Rangkaian Parsel yang Terjajar di Jalan Pegangsaan Timur, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (30/5). (Foto: CNN Indonesia/Galih Gumelar)
|
Setali tiga uang, penjual parsel lain yang enggan menyebutkan namanya juga merasakan kondisi Dewi. Ia mengaku, omzet berjualan parsel kian menurun.
Pengunjung yang melipir ke lapaknya disebutnya lebih sering melihat-lihat saja ketimbang membeli barang dagangannya.
Ia memang tak menyebut penurunan omzet yang ia harus emban. Namun, ia menyebut pembelian parsel sepanjang Ramadan ini rata-rata berkisar di angka 15 hingga 20 parsen per hari.
Padahal, beberapa tahun sebelumnya, sering ada borongan parsel dalam partai besar dan bikin dia mendadak tajir. "Tapi kalau ditanya omzet berapa persen, saya kurang tahu. Yang jelas, memang penjualannya turun sih," katanya.
Bagi dirinya, menjual parsel adalah pekerjaan musiman. Setelah masa Lebaran usai, ia harus kembali lagi menjadi ibu rumah tangga dan membantu suami berdagang di pasar. Makanya, penghasilan dari berjualan parsel ia gunakan untuk keperluan selain kebutuhan hidup.
Meski jumlahnya diproyeksi lebih sedikit dibanding tahun lalu, namun ia tak merasa sedih. Hanya saja, ia sedikit menyunggingkan senyum kecut di wajahnya.
"Jadi, kadang saya sisihkan laba hasil jualan parsel untuk kebutuhan anak sekolah. Tahun ini, bulan Juli kan seharusnya sudah masuk tahun ajaran baru, semoga masih ada sisa untuk beli sepatu, seragam, dan lain-lain," imbuh dia.
(glh/fea)
http://bit.ly/2WeAwot
May 31, 2019 at 12:23AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pahit Manis Pedagang Parsel di Pojok Cikini"
Posting Komentar