"Sekarang muncul wacana Kemenhub untuk mengoperasikan O-Bahn sebagai transportasi umum untuk mengatasi kemacetan di beberapa kota di Indonesia dengan konsep smart city lebih baik diabaikan saja," ujar Djoko kepada CNNIndonesia.com, Senin (24/6).
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini pun menambahkan, Pemerintah Daerah (Pemda) belum tentu setuju dengan konsep tersebut. Apalagi, menurutnya, belum ada regulasi yang mengatur penerapan konsep tersebut dapat menambah masalah baru.
"Teknologi yang tidak murah, masih asing di Indonesia, butuh waktu menyiapkan prasarana pendukung dan mempelajari teknologinya. Untuk lima tahun ke depan cukup sebagai wacana saja," tutur Djoko.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mewacanakan konsep transportasi massal bus berjalur, O-Bahn, di kota-kota di luar Jakarta. Bus ini dianggap lebih mahal dari TransJakarta dari segi dana proyek, namun lebih murah dari sisi operasional.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Zulfikri menjelaskan O-Bahn adalah transportasi massal yang menggabungkan konsep Bus Rapid Transit (BRT) dan Light Rapid Transit (LRT). O-Bahn yang berbentuk bus akan beroperasi seperti bus pada umumnya, tetapi pada beberapa rute terdapat jalur khusus.
Dengan jalur khusus tersebut O-Bahn bisa berjalan lebih cepat dibanding bus di jalan umum. Zulkifli membandingkan dengan dengan TransJakarta yang berjalan di atas 60 kilometer per jam (kpj), sementara O-Bahn bisa melaju di atas 80 km/jam di jalur khusus.
"Pada dasarnya kita butuh pengembangan angkutan di kota-kota besar di luar Jakarta karena bus masih kurang. Kita butuh yang efisien penggunaan ruang, energi dan efisien pengurangan polusi," kata Zul saat diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (23/6).
[Gambas:Video CNN] (ryn/pmg)
http://bit.ly/2LeVc9c
June 25, 2019 at 02:05PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pengamat: Wacana Kemenhub soal Bus O-Bahn Abaikan Saja"
Posting Komentar