Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan sentimen negatif global datang dari AS-China yang resmi memberlakukan tarif tambahan terhadap produk impor masing-masing pada Minggu (1/9). Kondisi itu menandai babak baru perang dagang.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mulai memungut tarif 15 persen atas impor China bernilai lebih dari US$125 miliar, meliputi produk speaker pintar, headphone bluetooth dan alas kaki. Sebaliknya, China mengenakan tarif 5 persen pada minyak mentah AS.
"Dampak dari kelanjutan perang dagang diperkirakan masih mempengaruhi pergerakan (IHSG)," kata Dennies dalam risetnya, dikutip Selasa (3/9).
Dari domestik, sambung dia, data inflasi Agustus sedikit di bawah ekspektasi pasar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Agustus sebesar 0,12 persen secara bulanan.Inflasi tercatat 2,48 persen pada periode Januari-Agustus dan sebesar 3,49 persen secara tahunan. "Namun, tidak terlalu berdampak buruk terhadap pergerakan," ujar Dennies.
Ia memprediksi IHSG melaju di level support 6.248-6.269 dan resistance 6.325-6.360.
Senada, Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan secara teknikal IHSG berpotensi melemah. Alasannya, sentimen kenaikan tarif impor AS-China menekan IHSG. Namun, pelemahan ini juga terjadi pada mayoritas bursa saham Asia lainnya.
"IHSG masih akan tertekan pada perdagangan selanjutnya dengan support resistance 6.258-6.326," tuturnya.Sebagai informasi, IHSG terpantau koreksi pada penutupan perdagangan Senin (2/9). Indeks ditutup di level 6.290 turun 37,92 poin atau 0,60 persen.
Sementara itu, saham-saham utama Wall Street mayoritas menguat. Dow Jones naik 0,16 persen atau 41,03 poin ke 26.403. Lalu, S&P 500 naik 0,06 persen atau 1,88 poin menjadi 2.926. Hanya Nasdaq Composite yang terpantau melemah 0,13 persen atau 10,51 poin ke 7.962.
[Gambas:Video CNN]
(ulf/bir)
https://ift.tt/2HFkbjj
September 03, 2019 at 02:30PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Babak Baru Perang Dagang, IHSG Diproyeksi Terkoreksi"
Posting Komentar