
dr. Jose Rizal Jurnalis, Sp.OT merupakan alumnus Universitas Indonesia pada 1988. Joserizal kemudian memperdalam ilmu kedokterannya dengan mengenyam pendidikan Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi di universitas yang sama. Gelar Sp.OT ia raih pada 1999.
Pria kelahiran Padang, Sumatra Barat 11 Mei 1963 itu dikenal sebagai pejuang kemanusiaan. Pada 14 Agustus 1999, Joserizal mendirikan MER-C. Pendirian MER-C bermula dari api konflik kemanusiaan yang mendera Ambon, Maluku saat itu.
Mahasiswa Universitas Indonesia yang tergabung dalam Tim Medis Mahasiswa Universitas Indonesia (TMM-UI), April 1999 dikirim ke Ambon. Joserizal salah satu di antara tim yang diberangkatkan.
Di sana, mereka melihat ada ketimpangan pelayanan medis yang dilakukan. Ada pihak yang mendapatkan bantuan logistik dan pelayanan medis secara wajar, namun ada pihak yang tidak mendapatkannya.
Melalui misinya itu, MER-C ingin menyiarkan ke seantero dunia nilai-nilai Islam dan kemanusiaan. Joserizal menilai pertolongan berikan berdasarkan urgensi tanpa melihat latar belakang agama, etnik, dan politik.
Dari fenomena itu, Joserizal bersama kawan-kawannya mendirikan Mer-Cyang bergerak di bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat amanah, profesional, netral, mandiri, sukarela, dan mobilitas tinggi. Tak hanya di dalam negeri, kiprah MER-C turut mengulur dan memperpanjang bantuan kemanusiaan ke negara-negara konflik, mulai dari Irak, Iran, Afghanistan, Palestina.
Dalam laman resmi MER-C yang diakses CNNIndonesia.com, MER-C sudah mengirimkan lebih dari 124 misi kemanusiaan ke berbagai daerah di tanah air termasuk 2 misi ke Afghanistan, 1 misi ke Irak, 1 misi ke Iran (di bawah naungan Departemen Kesehatan RI), 1 misi ke Thailand, 2 misi ke Kashmir Pakistan, 1 misi ke Libanon Selatan, 1 misi ke Sudan, 1 misi ke Somalia, 2 misi ke Palestina (pada saat agresi militer Israel ke Jalur Gaza) dan 5 misi ke Palestina yang berkaitan dengan pembangunan RS Indonesia.
Joserizal kerap turun tangan langsung jadi relawan medis di daerah-daerah konflik tersebut.
Tak hanya fokus di kebencanaan luar dan dalam negeri. Bencana kemanusiaan yang diakibatkan aktivitas politik dalam negeri juga tak luput dari perhatian Joserizal.
Hal tersebut tecermin saat MER-C mendorong penghentian proses hitung suara di Pemilu 2019. Joserizal, melalui MER-C saat itu, mengaku prihatin ketika jumlah petugas KPPS yang meninggal dunia tembus 456 orang dan 4.310 orang sakit.
"Kalau perlu diberhentikan dulu penghitungan suara. Diberhentikan dulu. Fokus penanganan pencegahan ini dan semua pembiayaan dikerahkan untuk hal tersebut," tutur Joserizal di Kantor MER-C, Mei 2019 silam.
Ia menilai meninggalnya ratusan petugas KPPS karena kelelahan dalam proses kerja sebagai penyelenggara Pemilu. Atas dasar itu, jika penghentian proses penghitungan suara dilakukan maka akan mencegah timbulnya korban baru. Tak hanya soal pemilu, Joserizal juga sempat menyebut aksi yang terjadi pada 22 Mei 2019, yang menyebabkan sejumlah orang meninggal dunia, sebagai sebuah tragedi kemanusiaan.
Joserizal menghembuskan nafas terakhir pada hari ini. Rencananya, siang ini ia akan dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur siang ini.
"Mohon dimaafkan segala kesalahan dan kekhilafan beliau. Terima kasih atas segala doa dan perhatian dari kerabat, teman, relasi, saudara-saudara seperjuangan selama beliau sakit hingga akhir hayatnya," tulis unggahan laman resmi mer-c.org, diakses CNNIndonesia.com, Senin (20/1) pagi.
https://ift.tt/2RB7g6t
January 20, 2020 at 03:27PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Joserizal, Dokter Pendiri Mer-C Penembus Kawasan Konflik"
Posting Komentar