Pilkada Serentak 2020 tetap digelar di 270 daerah di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Jumlah pemilih pemula atau penduduk yang baru berusia 17 tahun ada sekitar 3 juta orang berdasarkan versi KPU.
Pemilih pemula tentu belum mengetahui banyak seluk beluk pilkada dan dampaknya jika tidak menggunakan hak suara. Pemilih pemula juga kerap tidak menggunakan hak suaranya terutama mereka yang tidak terlalu tertarik dengan politik.
Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada 2005. Sebelum itu, kepala daerah dipilih oleh DPRD setempat dan dilantik presiden.
Saat itu, Indonesia menggelar serentak pemilihan gubernur dan 19 bupati/wali kota di Provinsi Aceh.
Kemudian pada 2010, Indonesia kembali menggelar pilkada serentak. Kali itu, pemilihan kepala daerah di 17 kabupaten/kota di Sumatera Barat digelar bersamaan.
Lima tahun setelahnya, Indonesia mengukir sejarah dengan menggelar pilkada serentak skala nasional untuk pertama kali.
Foto: CNN Indonesia/ Fajrian
Tata Cara Nyoblos di Pilkada Era Pandemi |
Pilkada Serentak 2015 dilaksanakan di 269 daerah. Sekitar 98,3 juta orang memiliki hak suara dalam pemilihan tersebut.
Pilkada serentak skala nasional kedua digelar pada tahun 2017. Saat itu, 101 pilkada digelar dalam satu waktu, termasuk Pilgub DKI Jakarta. Tercatat 41,2 juta orang diikutsertakan sebagai pemilih.
Lalu pada 2018, Indonesia kembali menggelar 171 pilkada secara bersamaan. Bahkan seluruh provinsi di Pulau Jawa selain DKI Jakarta menyelenggarakan pemilihan gubernur. Sebanyak 160,8 juta orang tercatat sebagai pemilih.
Pilkada serentak dan pemilu lima tahunan memiliki sejumlah perbedaan. Dalam pilkada, pemilih hanya memilih kepala daerah, baik bupati, wali kota, dan/atau gubernur.
Berbeda dengan pemilu yang mana masyarakat memilih anggota DPR RI, pemilihan anggota DPD RI, pemilihan anggota DPRD provinsi, serta pemilihan anggota DPRD kabupaten/kota. Masyarakat juga memilih calon presiden-wakil presiden.
Persamaan di antara pilkada serentak dan pemilu adalah sama-sama dipilih langsung oleh rakyat. Lalu calon yang terpilih sama-sama menjabat selama lima tahun.
Usai memberikan suara di TPS, para pemilih harus menandai jarinya dengan tinta yang dimiliki petugas (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
|
Partisipasi Anak Muda
Pemilih pemula atau orang yang memilih untuk pertama kali selalu menjadi sorotan. Jumlah mereka sering kali jadi penentu kemenangan kandidat pemilihan, termasuk pilkada serentak.
Jumlah pemilih pemula selalu meningkat setiap tahun. Pada 2015, ada 1,8 juta orang atau 1,83 persen dari total pemilih. Di 2017, ada 2,2 juta orang atau 5,3 persen pemilih.
Pada 2018, ada 10,6 juta orang atau 6,59 persen dari total pemilih. Sementara tahun ini, diprediksi ada 3 juta orang atau sekitar 2,8 persen. Jumlah itu meningkat dari pemilihan lima tahun lalu.
Direktur Eksekutif Perludem Khoirunnisa Agustyati mengatakan menilai anak muda punya minat partisipasi politik yang tinggi. Namun mereka sering dikecewakan dalam pemilihan.
"Mereka jadi apatis dengan politik formal seperti pemilu karena mereka tidak dapat informasi memadai bagaimana mereka bisa terlibat dalam program-program pemilu," ujar Khoirunnisa kepada CNNIndonesia.com, Kamis (22/10).
Ia berharap pemilih muda bisa menggunakan hak pilihnya jika pilkada jadi digelar. Pasalnya, suara mereka dipercaya bisa menentukan nasib daerah masing-masing lima tahun ke depan.
"Anak-anak muda kan punya kepentingan yang juga butuh diperjuangkan. Sehingga mereka bisa mempertimbangkan siapa yang akan dipilih yang akan memperjuangkan kepentingan anak muda," tuturnya.
Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen
Infografis Pilkada Serentak 2020 di Tengah Covid-19 |
https://ift.tt/2TkR0rl
October 24, 2020 at 07:10AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tentang Pilkada Serentak untuk Pemilh Pemula yang Awam"
Posting Komentar