Berdasarkan data BPS, beberapa contoh negara yang menyebabkan defisit neraca perdagangan dari Januari hingga April terdiri dari Jepang, yaitu sebesar US$873 juta atau naik 74,6 persen dari tahun sebelumnya, yakni US$500 juta.
Selain itu, Indonesia juga mencatat defisit perdagangan dengan Thailand dengan angka sebesar US$1,35 miliar atau turun 9,39 persen dibanding tahun sebelumnya US$1,49 miliar.
Namun, defisit neraca perdagangan Indonesia yang paling besar adalah dengan China. Selama empat bulan pertama tahun ini, nilai defisit perdagangan Indonesia dengan negara tirai bambu itu mencapai US$7,1 miliar atau meningkat dibanding setahun sebelumnya, yakni US$5,76 miliar.
Sejatinya, defisit terjadi karena impor asal China masih lebih besar ketimbang ekspor Indonesia ke China. Hingga kuartal I 2019, impor asal China tercatat US$14,37 miliar, sedangkan ekspor Indonesia ke China hanya US$7,27 miliar.,
Jika dilihat lebih rinci, impor China ke Indonesia paling banyak didominasi oleh kelompok barang mesin-mesin dan pesawat mekanik dengan nilai US$3,46 miliar. Setelah itu, impor mesin dan peralatan listrik dari China membanjiri Indonesia dengan nilai US$2,93 miliar. Diikuti dengan impor besi dan baja dengan nilai US$768,62 juta.
Namun, jika dilihat melalui kode HS delapan digit, impor dari China dengan nilai terbesar adalah peralatan transmisi listrik dan penangkap transmisi dengan nilai US$470,82 juta.
Kemudian, nilai impor itu disusul oleh laptop asal China dengan nilai US$319,19 juta, panel sirkuit untuk televisi sebesar US$226,65 juta, dan baja dengan lebar 600 milimeter (mm) dengan nilai US$128,92 juta.
Meski mencatat defisit dengan beberapa negara, Indonesia masih mencatat neraca perdagangan yang surplus dengan beberapa negara. Berdasarkan data Januari hingga April 2019, tiga negara surplus paling besar diperoleh Indonesia setelah berdagang dengan Amerika Serikat sebesar US$2,91 miliar, India sebesar US$2,38 miliar, dan Belanda dengan nilai US$805 juta.
"Meski Indonesia masih alami surplus dari beberapa negara, kami berharap ke depan defisit neraca dagang akan terus membaik," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Rabu (15/5).
(glh/bir)
http://bit.ly/2LGswrD
May 15, 2019 at 10:00PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dagang dengan China, RI Tekor US$7,1 Miliar"
Posting Komentar