
Mereka adalah Chucheep Chiwasut, seorang yang menyiarkan komentar politik terhadap Thailand terkait masalah pengasingan, serta rekannya yakni Siam Theerawut dan Kritsana Thapthai.
Ketiga orang ini dilaporkan telah diserahkan ke pihak berwenang Thailand oleh Vietnam pada Rabu (8/5). Namun, kabar mereka tak diketahui sampai saat ini.
Aliansi Thailand untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di AS melaporkan bahwa Chucheep, yang lebih dikenal Paman Sanam Luang, telah dipulangkan kembali ke Thailand.
"Kami khawatir dengan situasi yang terjadi. Ada banyak pelenyapan dan kematian terjadi terhadap aktivis politik yang melawan pemerintahan militer dan mengkritik keluarga kerajaan."
Namun, Wakil Perdana Menteri Thailand, Prawit Wongsuwan, menyangkal bahwa tiga aktivis tersebut sebelumnya berada di tahanan Thailand.
"Vietnam tidak memberikan informasi perihal pemulangan para aktivis tersebut. Kami belum menerima permintaan apa pun. Jika memang ada, hal itu akan diinformasikan melalui kementerian luar negeri dan polisi," ujar Prawit.
Brad Adams selaku Direktur Human Rights Watch Asia mengatakan, "Pemaksaan Vietnam untuk mengembalikan tiga aktivis Thailand seharusnya menjadi peringatan bagi komunitas internasional."
Amnesty Internasional juga melaporkan bahwa Chuhceep telah lama menghadapi tuduhan dari pasal lese majeste atau penghinaan terhadap kerajaan. Sementara itu, Siam dan Kritsana berada dalam penyelidikan polisi atas pasal lese majeste.
Menurut pasal 112 hukum kriminal Thailand, siapapun yang menghina raja, ratu, atau pewaris takhta, akan dihukum 15 tahun penjara.
Kelompok pemerhati HAM menuduh militer yang berkuasa telah memberlakukan hukum lese majeste secara sewenang-wenang sejak kudeta militer tahun 2014 sebagai cara untuk membungkam kritik.
Bulan Januari lalu, jasad dua aktivis lain yang diasingkan karena mengkritik militer dan keluarga kerajaan, Chatcharn Buppawan dan Kraidej Luelert, ditemukan di Sungai Mekong. Tubuh mereka ditemukan telah diisi dengan beton yang membuatnya dapat tenggelam.
Namun, pihak militer Thailand sendiri mengaku tidak menerima informasi terkait jasad aktivis tersebut.
Selain itu, seorang aktivis yang juga bertugas mengoperasikan stasiun radio pengkritik junta dan kerajaan, yakni Surachai Danwattananusorn, dikabarkan menghilang pada bulan Desember. Hingga kini keberadaannya belum diketahui. (ajw/has)
http://bit.ly/2E1xnxa
May 10, 2019 at 11:33PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tiga Aktivis Penghina Keluarga Kerajaan Thailand Menghilang"
Posting Komentar