Data Kementerian Keuangan, terdapat lima dari enam sektor ekonomi yang mengalami perlambatan setoran pajak. Sektor tersebut adalah, industri pengolahan, perdagangan, jasa keuangan dan asuransi, pertambangan, serta konstruksi dan real estate.
Dari penjelasannya, Sri melaporkan bahwa realisasi penerimaan pajak dari sektor usaha industri pengolahan mencapai Rp245,6 triliun, tumbuh negatif 3,2 persen. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu sektor tersebut mampu tumbuh 11,7 persen.
Menurut Sri pelemahan terjadi karena faktor restitusi yang tumbuh 30,2% dan realisasi PPN dan PPh impor yang terkontraksi sebesar 7,2 persen. Kemudian, realisasi penerimaan sektor perdagangan mencapai angka Rp176, 2 triliun Sektor ini hanya tumbuh 2,8 persen, jauh lebih rendah dari periode tahun lalu yang masih bisa mencapai 25,8 persen.
Lebih lanjut setoran pajak dari sektor konstruksi dan real estate yang mencapai Rp56, 2 triliun. Realisasi tersebut tercatat tumbuh negatif sebesar 1,2 persen.
Padahal, pada tahun sebelumnya sektor konstruksi dan real estate mampu tumbuh 11,9 persen. Sementara itu, sektor pertambangan yang realisasi penerimaannya sebesar Rp43,2 triliun.
Realisasi sektor ini memiliki kinerja paling loyo dibanding sektor lainnya. Pasalnya, pertumbuhan penerimaan sektor tersebut negatif 20,6 persen.
Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan setoran tahun lalu yang masih tumbuh 69,9 persen.
"Dari sektor pertambangan dapat terlihat perusahaan mengalami tekanan dan revenue mereka menurun yang akhirnya membuat pembayaran pajak mereka turun," dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (4/11)
Sementara pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan ini meningkat dari setoran tahun lalu yang mencapai 12,6 persen.
[Gambas:Video CNN]
Selain perkembangan penerimaan negara yang belum menggembirakan, Sri Mulyani juga mengatakan kondisi kurang mengenakkan juga terjadi pada kondisi ekonomi. Kondisi tersebut terutama terkait gejolak dan keresahan yg terjadi dan dihadapi oleh ekonomi global yang diramalkan akan berpengaruh ke kondisi APBN.
"Tahun 2019 perekonomian dunia mengalami tekanan yang cukup berat," katanya.
Menurut Sri, tekanan tersebut diramalkan akan menurunkan kinerja ekonomi dunia. Penurunan tersebut terlihat dari proyeksi ekonomi global yang dilakukan sejumlah lembaga dunia.
"Risiko global yang perlu kita waspadai adalah perang dagang. Meski ada berita akan negosiasi, namun dia masih menyelimuti ketidakpastian global," ungkapnya.
Sri Mulyani mengatakan kalau tekanan tersebut tidak berkurang, kinerja sektor manufaktur dan investasi dalam negeri juga akan mengalami perlambatan."Eropa, Inggris, Jepang, dan India sekarang merosot cukup tajam dimana sekarang ada di kisaran 5 persen. Thailand dan Filipina juga begitu. Jadi di dunia mengalami perlambatan dan itulah yang harus kita waspadai," tuturnya. (ara/agt)
https://ift.tt/32fRwsD
November 05, 2019 at 01:54PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sri Mulyani Sebut Setoran Pajak Keok di Kuartal III 2019"
Posting Komentar