Jokowi 'Santai' Walau Penyaluran Kredit Bank Loyo pada 2019

Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi santai realisasi pertumbuhan kredit bank yang seret pada tahun lalu. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan kredit anjlok ke kisaran 6,08 persen pada 2019 dari sebelumnya mencapai 11,7 persen pada 2018.

Perlambatan pertumbuhan kredit tak menjadi masalah karena toh sumber pembiayaannya berasal dari dana pinjaman luar negeri.

"Meskipun pertumbuhan kredit turun, 2018 angkanya 11-12 persen, tahun ini 6 koma persen, tapi kenyataannya diisi oleh pinjaman outsource dengan jumlah Rp130 triliun," ucap Jokowi saat menghadiri Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2020, Kamis (16/1).


Bagi Jokowi, hal ini juga tak masalah karena tetap memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Tanah Air. Dengan begitu, target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tetap berada di kisaran 5 persen tetap bisa tercapai. "Ini angka yang besar sekali dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.

Bahkan secara keseluruhan, kata Jokowi, pertumbuhan ekonomi dan sektor keuangan Indonesia tetap bergerak stabil di antara negara-negara lain. Padahal, berbagai lembaga internasional, seperti Bank Dunia (World Bank) dan Lembaga Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) justru memperkirakan ada perlambatan ekonomi di seluruh dunia.

Selain itu, nilai tukar rupiah yang juga kerap dikhawatirkan melemah, justru berhasil menguat. "Tapi kalau menguat terlalu cepat juga harus hati-hati. Ada yang senang dan ada yang tidak senang, eksportir tentu tidak senang karena rupiah menguat, menguat, menguat sehingga daya saing juga akan menurun," katanya.

Berdasarkan perdagangan hari ini, mata uang Garuda berada di kisaran Rp13.656 per dolar AS. Sementara kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah berada di Rp13.658 per dolar AS.

[Gambas:Video CNN]
Sementara, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengungkapkan penurunan kredit di perbankan terjadi lantaran banyak korporasi yang mengajukan pinjaman dari luar negeri. Hal ini membuat penyaluran kredit dari bank dalam negeri lebih sepi tahun lalu.

"Ada hal fundamental karena korporasi lebih banyak menggunakan sumber pembiayaan offshore (dari luar negeri)," ucap Wimboh.

Wimboh memaparkan pembiayaan yang berasal dari luar negeri meningkat 133,6 persen menjadi Rp130,4 triliun pada 2019. Hal ini terjadi karena pembiayaan dari luar negeri lebih murah, sehingga banyak korporasi yang memilih skema tersebut.

Wimboh merinci pertumbuhan kredit pada 2019 mayoritas disumbang oleh bank kelompok BUKU II sebesar 8,4 persen. Diikuti, penyaluran kredit bank BUKU IV yang naik 7,8 persen, BUKU I sebesar 6,4 persen, dan BUKU III sebesar 2,4 persen.

"Dari sektornya ditopang sektor konstruksi tumbuh 14,6 persen, rumah tangga 14,6 persen, dan investasi 13,2 persen yang menunjukkan potensi pertumbuhan sektor riil ke depan," jelasnya.

(uli/agt)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2u6t7dT

January 17, 2020 at 02:30PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Jokowi 'Santai' Walau Penyaluran Kredit Bank Loyo pada 2019"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.