Mungkin begitulah jika mengikuti pola sinetron yang saat ini ada di Indonesia. Terlepas dari hal itu, Jose Mourinho benar-benar menderita melihat Tottenham Hotspur bermain tanpa striker pada laga lawan RB Leipzig di Liga Champions.
Mourinho adalah tipe pelatih yang mengutamakan hasil. Bagi Mourinho, permainan indah tidak akan jadi tujuan utama. Bila menang harus diperoleh dengan cara bertahan total, hal itulah yang akan ia lakukan.Sejarah panjang perjalanan Mourinho sudah membuktikan hal tersebut. Mourinho dipuji atas keberhasilannya mengantar Inter Milan menyingkirkan Barcelona di semifinal Liga Champions 2009/2010. Padahal saat itu Barcelona dikenal sebagai klub terbaik di dunia.
Mourinho akan dengan mudah memutuskan bermain total bertahan dan parkir bus meski ia punya striker dan gelandang top di dalam timnya. Mourinho bisa saja mengabaikan ketajaman Didier Drogba (Chelsea) dan Diego Milito (Inter Milan) sehingga ia sama sekali tak berminat untuk bermain menyerang saat Mourinho melihat peluang menang bakal lebih besar bila ia bermain bertahan.
![]() |
Ingin Menekan Namun Tak Punya Penyelesai Serangan
Situasi unik seolah hukum karma kemudian menimpa Mourinho saat ia kini jadi arsitek Tottenham Hotspur.
Tottenham sebelumnya dikenal sebagai klub yang minim striker. Harry Kane dianggap sudah cukup untuk jadi tumpuan di lini depan.
Ketika Kane cedera panjang, Mourinho menunjuk Son Heung Min sebagai ujung tombak. Son mampu bermain apik dan kecepatan Son membantu Tottenham menuai hasil positif.
![]() |
Mourinho akhirnya dihadapkan pada situasi aneh. Ia diharuskan bermain tanpa striker saat menjamu RB Leipzig.
Bila dulu Mourinho memilih bermain bertahan saat menganggap peluang menang lebih besar bila memakai cara tersebut, Mourinho kini justru dihadapkan pada situasi ingin menekan namun tak punya penyelesaian serangan.Jika dibandingkan dengan tim-tim terdahulu Mourinho, Tottenham belum punya lini belakang solid yang bisa dipercaya dan didorong untuk bermain bertahan. Karakter pemain-pemain Tottenham sendiri adalah karakter pemain-pemain cepat yang bisa dengan mudah merusak pertahanan lawan.
RB Leipzig memang pada akhirnya lebih sering menekan, namun Tottenham juga tak kalah dalam hal penciptaan serangan.
Kelemahan terbesar Tottenham di laga tersebut adalah mereka tak punya penyelesaian serangan. Ada beberapa umpan silang yang melintas di depan gawang Tottenham namun tak ada pemain yang berdiri di posisi yang tepat.
![]() |
Ketiadaan striker benar-benar berpengaruh besar pada wajah Tottenham. Peluang berbahaya Tottenham pada permainan terbuka hanya hadir lewat Steven Bergwijn.
Di luar itu, harapan Tottenham untuk mencetak gol ada pada dua tendangan bebas yang dieksekusi oleh Giovani Lo Celso dan Erik Lamela.
Dengan kalah 0-1 di leg pertama, Tottenham masih bisa berharap lolos ke fase berikutnya meski harus jadi tim tamu di Jerman. Namun sebelum berpikir ke sana, Mourinho harus benar-benar cari cara memiliki penyelesai serangan di lini depan dari skuat yang ia miliki saat ini.
Bukan hanya untuk perjuangan di Liga Champions, melainkan juga untuk finis empat besar di Liga Inggris. (bac)
https://ift.tt/38I1s2n
February 20, 2020 at 02:32PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kutukan bagi Jose Mourinho Seperti Cerita Sinetron Azab"
Posting Komentar