DSR adalah salah satu Pasien Dalam Pengawasan (PDP) virus corona Covid-19. Pada hari ulang tahunnya, hanya ucapan jarak jauh yang bisa ia terima.
"Terus terang sedih banget. Semua orang ucapin ulang tahun saat kondisi lagi kritis ya enggak, tapi masih dalam pemantauan seperti ini," ujar DSR saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (27/3).
DSR tak mengira akan mendiami bangsal RS Darurat Corona. Ia awalnya hanya mengeluh batuk pada 18 Maret lalu. Seingatnya, ia tak pernah melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19 maupun pulang dari perjalanan luar negeri. Tak ada kecurigaan sedikit pun. Ia lantas memilih membeli obat batuk biasa yang dijajakan di apotek. Alih-alih sembuh, batuk itu justru berbuntut demam, pusing, hingga sesak napas.
DSR khawatir sesak napas itu dipicu trauma peristiwa bom Thamrin yang terjadi pada 2016 silam. DSR yang kala itu berada di Starbucks Coffee, gedung Menara Cakrawala Thamrin merupakan salah satu korban ledakan.
"Dulu kan saya sempat jatuh karena ledakan bom, sakit di dada sebelah kiri. Kalau dulu memang sesak tapi enggak setiap hari, sekarang setelah masuk sini jadi lebih sering sesaknya. Harus pakai oksigen," katanya.
RS Darurat Corona di Wisma Atlet Kemayoran. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
|
DSR masih harus menjalani pemeriksaan lanjutan karena belum menjalani tes swab atau tes untuk memastikan seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari hidung dan tenggorokan.
"Tes paru baru dijalani setelah 3 hari di sini. Untuk tes swab dan darah karena kehabisan (alat) jadi kata dokternya baru besok Sabtu," tutur DSR.
Selama menjalani isolasi, petugas medis memberikan makan tiga kali sehari dan obat-obatan seperti paracetamol. Menurutnya, baru hari ini ia diberikan obat-obatan lengkap termasuk vitamin C.
"Alhamdulillah sekarang sudah mulai dikasih obat dan pelayanan lebih baik," katanya.
Bentuk Grup WhatsApp
Untuk memudahkan komunikasi antara pasien dengan petugas medis, DSR menuturkan terdapat grup WhatsApp yang beranggotakan dokter, perawat, dan pasien yang menjalani isolasi di lantai 5 Wisma Atlet.
DSR mengakui grup WhatsApp yang baru dibentuk pada Kamis (25/3) itu memudahkan dirinya berkomunikasi dengan dokter atau suster jika memiliki keluhan. Sebab ia menyadari, akses komunikasi di Wisma Atlet tak semudah seperti akses dan fasilitas di rumah sakit pada umumnya.
DSR juga memaklumi keterbatasan jumlah dokter dan perawat yang berjaga di Wisma Atlet. Sementara jumlah pasien yang dirawat mencapai ratusan orang.
"Jadi sebelum ada grup itu belum respons cepat. Setelah dibuat grup lebih memudahkan, sigap juga petugasnya. Aktif juga grupnya lebih pada keluhan seperti apa, kebersihan ruangan, dan sebagainya," jelas DSR.
Bahkan ia memperoleh ucapan ulang tahun dari dokter dan perawat melalui rekaman video yang dikirimkan di grup WhatsApp. "Mereka kirim ucapan ulang tahun ke saya. Sedih, tapi ya terharu juga buat saya semangat," ucapnya.
Menanti Kepastian Tes Swab
Selain DSR, pengalaman serupa juga dirasakan seorang PDP Covid-19 di Wisma Atlet yang masih menanti kepastian tes swab.
Sejak menjalani isolasi di Wisma Atlet 23 Maret lalu, PDP yang enggan disebutkan namanya ini belum menjalani tes swab. Padahal tes swab wajib dilakukan bagi pasien yang masuk kategori PDP dan diduga memiliki gejala mengarah Covid-19.
"Saya belum swab test. Makanya belum bisa dinyatakan positif atau negatif kata dokter waktu itu," ujarnya.
Petugas menata bangsal RS Darurat Corona. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
|
Pria berusia 31 tahun ini awalnya juga mengeluh batuk. Lantaran tak kunjung sembuh ia pun berobat ke rumah sakit swasta dan menjalani tes darah dan paru-paru.
Hasilnya, ia dinyatakan PDP dan diminta menjalani isolasi mandiri. Namun karena tinggal sendiri di indekos, PDP ini pun berinisiatif mendapatkan layanan medis yang lebih maksimal dengan mendatangi Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso.
"Tapi dari Sulianti Saroso saya diarahkan ke Wisma Atlet karena di sana untuk gejala berat dan sudah full," tuturnya.
[Gambas:Video CNN]
Saat datang ke Wisma Atlet, PDP ini harus antre mendaftar dari pukul 21.00 malam hingga 02.00 dini hari. Hingga akhirnya ia diperiksa dan harus menjalani isolasi di ruangan Wisma Atlet.
PDP ini sendiri belum mengetahui berapa lama dirinya harus menjalani isolasi. Umumnya proses isolasi dilakukan selama 14 hari. Saat ini ia hanya ingin segera menjalani tes swab untuk memastikan apakah dirinya terinfeksi covid-19 atau tidak.
Selama menunggu itu, PDP ini rutin melakukan aktivitas seperti olahraga, ibadah, atau sekadar bertelepon dengan keluarga dan menonton video YouTube.
"Saya enggak tahu dan belum nanya juga berapa lama mesti isolasi, saya lebih berharap segera dites swab," katanya. (wis)
https://ift.tt/39o09oJ
March 28, 2020 at 07:51AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ulang Tahun Sunyi PDP Corona di Wisma Atlet"
Posting Komentar