Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.685 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (12/10) pagi. Mata uang Garuda menguat 0,10 persen jika dibandingkan perdagangan Jumat (9/10) sore di level Rp14.700 per dolar AS.
Pagi ini, mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak variatif terhadap dolar AS. Dolar Taiwan melemah 0,15 persen, won Korea Selatan melemah 0,12 persen, peso Filipina melemah 0,07 persen ringgit Malaysia melemah 0,14 persen, dan baht Thailand melemah 0,41 persen.
Sebaliknya, Yen Jepang menguat 0,02 persen, dolar Singapura menguat 0,07 persen, rupee India menguat 0,15 persen, dan yuan China menguat 1,42 persen.
Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju bergerak menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,02 persen, dolar Australia menguat 0,17 persen dan franc Swiss menguat 0,09 persen. Hanya dolar Kanada yang terpantau masih melemah 0,07 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memprediksi sepanjang hari ini rupiah mengalami tekanan akibat sentimen eksternal, yakni pembicaraan paket stimulus fiskal AS yang masih mandek.
"Hal ini akan mendorong pelaku pasar menahan diri untuk masuk ke aset berisiko hari ini, termasuk rupiah," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Sementara itu, dari dalam negeri, pasar juga masih mewaspadai isu penerimaan Undang-undang Cipta Kerja. Hal ini menurutnya dapat menekan rupiah karena kekhawatiran atas demonstrasi lanjutan.
Di sisi lain kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi yang berlaku mulai hari ini hingga di pekan ke depan dinilai bisa memberi dampak positif untuk penguatan rupiah karena DKI lebih membuka perekonomiannya.
"Dengan sentimen tersebut, ada peluang tekanan untuk rupiah hari ini, tapi mungkin tidak besar. Potensi di kisaran Rp14.650-14.750 per dolar AS," tandasnya.
(hrf/bir)https://ift.tt/3jSnOU7
October 12, 2020 at 09:18AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "PSBB Transisi, Rupiah Unjuk Gigi ke Rp14.685 per Dolar AS"
Posting Komentar