Pandemi virus corona memaksa banyak hal berubah, termasuk tentang pelaksanaan ibadah haji pada 2020.
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memutuskan tetap menggelar haji di masa pandemi dalam jumlah terbatas, yakni seribu orang saja.
Mulanya tidak ada kejelasan apakah ibadah haji pada 2020 akan tetap digelar. Bahkan diperkirakan pelaksanaan itu ibadah itu akan dibatalkan. Namun, saat waktu semakin sempit, Saudi memutuskan tetap menggelarnya secara terbatas.
Lazimnya pada musim haji, ada sekitar 2.5 juta calon jemaah yang menyemut di Mekah dan Madinah, hingga padang Arafah.
Dari 1.000 jemaah, sekitar 700 di antaranya adalah ekspatriat yang bermukim di sana. Namun, mereka bisa menunaikan haji di masa pandemi karena dipilih secara khusus oleh tim yang ditunjuk pemerintah Saudi dengan menetapkan berbagai persyaratan.
Proses haji itu juga berbeda dari biasanya. Suasananya juga sangat sepi, berbanding terbalik dari umumnya yang padat.
Para jemaah dibawa ke terlebih dulu dikarantina di Mekah selama empat hari sebelum memulai proses ibadah haji pada 30 Juli.
Sejumlah hal yang menjadi kebiasaan jemaah haji pun tidak bisa dilakukan di masa pandemi, seperti menyentuh Kakbah dan Hajar Aswad. Proses tawaf atau berjalan mengelilingi Kakbah juga dilakukan dengan protokol kesehatan, yakni menjaga jarak antara satu jemaah dengan lainnya.
Tercatat ada 13 WNI yang bisa berhaji di tengah pandemi. Mereka dipilih oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi.
Seluruh jemaah haji pun patut menerapkan jaga jarak selama melaksanakan kegiatan. Sebelum dan setelah proses ibadah haji, jemaah diwajibkan melakukan karantina mandiri.
Saat wukuf di padang Arafah, khotbah puncak ibadah haji diterjemahkan ke dalam 10 bahasa termasuk China, Rusia, Inggris dan Prancis.
Di sisi lain, saking inginnya berhaji meski di masa pandemi, tercatat ada 2.050 orang yang ditangkap karena menerobos kota Mekah.
Mereka menyusup ke sejumlah situs suci di Mekkah tanpa izin pihak berwenang demi mengikuti proses haji.
Penyelenggaraan ibadah haji oleh Saudi di masa pandemi juga menuai kritik, terutama dari Iran. Iran kecewa dan keberatan dengan keputusan Saudi karena merasa tidak diajak berkonsultasi mengenai penyelenggaraan haji di masa pandemi.
Meski penduduknya mayoritas Syiah, Iran juga menyatakan warganya mempunyai hak untuk bisa menunaikan ibadah haji. Namun, Arab Saudi tetap melanjutkan penyelenggaraan haji.
Ketika proses haji berakhir, para jemaah juga langsung dikarantina hingga dua pekan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud, mengatakan menyelenggarakan ibadah haji di tengah pandemi memang memerlukan upaya ekstra.
"Haji tahun ini terbatas pada jumlah yang sangat terbatas dari jemaah berbagai negara, memastikan ritual itu selesai meskipun dalam keadaan sulit," kata Raja Salman.
(ayp)https://ift.tt/3hnt0Pv
December 28, 2020 at 08:00AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sunyi Haji di Kala Pandemi"
Posting Komentar